Krajan.id – Mahasiswa KKN-PMD Unram Desa Giri Madia gandeng BPBD tingkatkan mitigasi bencana longsor melalui pemanfaatan rumput akar wangi yang dilaksanakan di Kantor Desa Giri Madia, Selasa (9/01/2024).
Desa Giri Madia terletak di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, dengan Topografi perbukitan dan tanah subur. Mayoritas penduduknya menggantungkan mata pencahariannya pada perkebunan, terutama dalam tanaman aren dan durian sebagai hasil kebun utama.
Namun, topografi curam dan tanah longsor membuat desa ini menghadapi tantangan serius terkait keamanan lingkungan. Ketika curah hujan tiba, penduduk desa menghadapi tanah longsor yang dapat mengancam pemukiman dan akses jalan mereka. Kondisi geografis yang sulit menuntut upaya mitigasi yang cermat dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Mahasiswa KKN PMD Unram Giri Madia mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai upaya mitigasi bencana longsor dengan memanfaatkan rumput akar wangi.
“Kegiatan ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dengan membudidayakan rumput akar wangi. Dengan diadakannya kegiatan ini masyarakat dapat menyampaikan semua permasalahan dan memperoleh solusi dari masalah yang dihadapi,” tulisnya dalam keterangan yang diberikan kepada redaksi.
Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh Halid sebagai narasumber pertama dari mitra BPBD dan Arben Virgota sebagai narasumber kedua dari dosen Ilmu Lingkungan, Unram. Audien dalam sosialisasi ini terdiri dari Kepala Desa, Kepala Dusun, Kelompok Tani, Pekasih, anggota kelompok tani dan karang taruna yang ada di desa Giri Madia.
Pemaparan dari Halid selaku Sekretaris BPBD, sesuai dengan keluhan masyarakat di Desa Giri Madia, terutama terkait kejadian longsor yang masih sering terjadi di wilayah tersebut.
“Masyarakat perlu mengenal dimana tempat mereka tinggal agar mengetahui jika terjadi bencana yang akan datang, selain itu kita perlu mengetahui pasca bencana susulan yang perlu diantisipasi,” tuturnya.
Ia melanjutkan, bencana longsor di Desa Giri Madia disebabkan oleh pembuatan saluran air yang menyebabkan erosi pada lapisan tanah sehingga tanah tersebut ambruk dan menyebabkan longsor.
“Setiap ada kejadian longsor perlu dilakukan evakuasi penduduk dan mengetahui apakah ada korban jiwa. Untuk mengganti biaya yang disebabkan oleh bencana longsor, perlu mengajukan proposal yang tercantum foto bencana longsor, RAB biaya yang terjadi akibat bencana longsor karena di BPBD terdapat biaya tidak terduga yang dapat digunakan untuk mengganti rugi biaya yang disebabkan oleh bencana longsor,” ujarnya.
Materi upaya mitigasi dengan memanfaatkan rumput akar wangi (Chrysopogon Zizanioides) dijelaskan oleh Arben Virgota. Berdasarkan pemaparan Arben, rumput akar wangi atau dikenal juga dengan sebutan rumput vetiver merupakan tanaman rumput-rumput yang berukuran besar dan memiliki akar yang panjang dan kuat.
Tanaman ini memiliki panjang akar mencapai 3 meter dan dapat menembus lapisan tanah yang sangat keras. Manfaat dari tanaman ini dapat mengurangi erosi pada tanah yang mudah terkikis dan tidak stabil.
“Selain itu, tanaman ini dapat dijadikan sebagai mata pencaharian karena tanaman ini dijadikan sebagai bahan utama minyak wangi, bahan kerajinan dan dijadikan sebagai pakan ternak. Usia produktif dari tanaman ini untuk dimanfaatkan adalah 9 bulan jika melalui biji dan usia 6-8 bulan usia yang siap untuk dipecah,” jelasnya.
Kegiatan yang diadakan ini mendapatkan respon yang positif dari Kepala Desa, Kepala Dusun, Kelompok Tani, Pekasih, anggota kelompok tani dan karang taruna yang ada di desa Giri Madia.
Kegiatan ini menjadi jembatan bagi masyarakat Desa Giri Madia untuk menyuarakan aspirasi mereka kepada pihak BPBD dan mendapatkan tindakan nyata dan pengetahuan pemanfaatan tentang rumput akar wangi.
Mahasiswa KKN PMD Unram sangat bersyukur dengan kegiatan sosialisasi mitigasi bencana ini bisa terselenggarakan dan berharap masyarakat dapat menerapkan ilmu yang sudah didapat dari sosialisasi ini.