Krajan.id – Gas bumi sebagai salah satu sumber energi di Indonesia terus mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh penurunan performance reservoir secara alami dan belum adanya cadangan besar pengganti (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2019). Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita untuk mengoptimalkan dan menyiapkan energi terbarukan alternatif sumber energi fosil di masa mendatang.
Disisi lain, bisnis sapi potong seperti halnya koin, memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif dari limbah kotoran sapi, yaitu dapat mengganggu aktivitas dan lingkungan hidup masyarakat dan berkemungkinan menularkan penyakit bagi manusia. Oleh karena itu, manajemen pengelolaan limbah menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Adapun, kelompok Ternak Sumber Makmur telah mengembangkan limbahnya menjadi produk bernilai jual, yaitu pupuk organik dan biogas.
Hadir sebagai solusi, Mahasiswa S-1 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam tim Hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mengenalkan inovasi baru pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biobriket untuk energi di Kelompok Ternak Sumber Makmur, Desa Mertan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.
MBKM sendiri adalah kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dimana perguruan tinggi memberikan hak belajar di luar kampus bagi mahasiswanya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai alternatif bahan bakar ramah lingkungan serta memberikan solusi bagi pengelolaan limbah peternakan.
Lintang Nur Cahyo, Ketua tim Hibah MBKM mahasiswa S-1 Teknik Kimia UNS, menjelaskan bahwa biobriket yang mereka ciptakan berasal dari biomassa material organik, dalam hal ini limbah kotoran sapi.
“Inovasi biobriket dari kotoran sapi diharapkan dapat menjadi terobosan sebagai pengganti bahan bakar fosil skala rumah tangga. Kelebihannya, emisi karbon biobriket nilainya lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil,” ujar Lintang.
Kegiatan sosialisasi pembuatan biobriket telah dilaksanakan pada (11/5/2024) lalu, yang dimulai dengan penyampaian materi oleh dosen pembimbing, Dr. Joko Waluyo, S.T., M.T., mengenai potensi biomassa dan biobriket. Warga memberikan respon yang positif dengan berperan aktif pada sesi tanya jawab. Diakhir sesi, mahasiswa mengadakan beberapa permainan interaktif untuk para warga yang hadir.
Baca Juga: Desa Netampin Tingkatkan Semangat Gotong Royong Menuju Lomba Desa Tingkat Kabupaten
Setelah penyampaian materi, dilanjutkan dengan peragaan cara pembuatan biobriket. “Kelompok Ternak Sumber Makmur diminta untuk menyiapkan kotoran sapi yang sudah dikeringkan selama beberapa hari, yang selanjutnya dicampurkan dengan molasses sebagai perekat,” jelas Lintang. Demonstrasi ini memberikan pemahaman praktis bagi warga mengenai proses produksi biobriket.
Mahasiswa S-1 Teknik Kimia juga mendemonstrasikan tentang penggunaan kompor biomassa yang dapat menggunakan biobriket kotoran sapi sebagai sumber energi.
“Kompor ini merupakan salah satu contoh yang bisa memanfaatkan biobriket dari kotoran sapi untuk sumber energi,” tambah Rizal, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Selain itu, mahasiswa telah memaparkan analisis ekonomi terkait pupuk organik kotoran sapi kepada warga yang tertarik menjadikan produksi biobriket kotoran sapi sebagai peluang usaha. Edukasi ini diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat Desa Mertan.
Baca Juga: Desa Tukum Menjadi Pelopor Digitalisasi Pengelolaan Pajak dengan SISMOP
“Agenda ini merupakan salah satu langkah untuk mendorong Kelompok Ternak Sumber Makmur sebagai desa mandiri energi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi energi terbarukan,” pungkas Lintang.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat lingkungan tetapi juga berpotensi besar untuk meningkatkan perekonomian lokal melalui pengelolaan limbah yang efektif dan efisien.