Akhir-akhir ini, media sosial digemparkan oleh kejadian di Parlemen New Zealand. Seorang politisi muda, Hana-Rawhiti Maipi-Clarke, asal suku Maori, menolak perjanjian baru yang mengusulkan perubahan cara penafsiran Perjanjian Waitangi, yang telah disepakati oleh Kerajaan Inggris dan Suku Maori 184 tahun lalu. Ia kemudian merobek kertas perjanjian tersebut dan berdiri dari kursinya untuk memimpin tarian Haka, tarian yang biasanya digunakan oleh tim rugby New Zealand sebelum bertanding.
Lantas, apa itu tarian Haka? Tarian Haka adalah tarian asal suku Maori yang dilakukan secara berkelompok dengan gerakan ritmis yang kuat dan gerakan-gerakan menggertak, seperti memukul dada, menjulurkan lidah, serta ekspresi wajah yang mengintimidasi. Tarian Haka juga disertai dengan nyanyian khas yang lantang.
Di masa lalu, tarian Haka digunakan untuk menyambut suku-suku yang berkunjung dan menyemangati para pejuang sebelum menuju medan perang. Namun, saat ini, tarian Haka digunakan sebagai tanda penghormatan dan dilakukan dalam acara-acara penting seperti acara olahraga, pernikahan, pemakaman, dan Pōwhiri (sambutan tradisional).
Tarian Haka juga selalu ditampilkan dalam festival seni pertunjukan Te Matatini yang sangat populer sejak tahun 1972. Festival ini merupakan acara tahunan yang diadakan setiap dua tahun sekali di New Zealand.
Nama “Haka” sendiri berasal dari legenda suku Maori. Menurut legenda, Dewa Matahari bernama Tama-nui-te-ra dan salah satu istrinya, Hine-raumati, yang merupakan dewi musim panas, memiliki seorang putra bernama Tane-rore.
Saat musim panas, Tane-rore akan menarikan tarian untuk ibunya yang menyebabkan udara bergetar pada hari-hari panas. Tarian inilah yang menjadi fondasi terbentuknya tarian Haka, yang dilambangkan dengan gerakan tangan gemetar yang merupakan salah satu gerakan umum dalam tarian Haka.
Baca Juga: Proteksi Data di E-Commerce, Apakah Nyata?
Ada berbagai macam tarian Haka yang dimiliki oleh suku Maori. Salah satunya adalah Whakatu Waewae, yang melibatkan para pejuang yang tegap dan menghentakkan kaki. Tarian ini khususnya dibawakan oleh masyarakat suku asli Tuhoe yang tinggal di ujung timur Pulau Utara New Zealand, tepatnya di kawasan hutan lebat tempat Danau Waikaremoana berada.
Kemudian ada Tutu Ngarahu, yang dilakukan sebelum pertempuran oleh sekelompok pria bersenjata yang melompat dari sisi ke sisi. Tarian Peruperu adalah tarian perang yang dilakukan saat menghadapi musuh. Para pejuang bersenjata akan melompat dari tanah ke atas dan ke bawah untuk mengintimidasi dan melemahkan semangat musuh.
Tarian Ngeri dilakukan tanpa senjata maupun gerakan khusus, mengekspresikan emosi dan perasaan mereka melalui tarian tersebut, dan ditujukan untuk memotivasi para pejuang perang. Manawa Wera dilakukan tanpa senjata dan memiliki kebebasan berekspresi dalam setiap gerakannya yang tidak ditentukan, biasanya dilakukan saat pemakaman dan yang berkaitan dengan kematian.
Ka Mate adalah tarian yang sering dilakukan oleh tim rugby internasional New Zealand “All Blacks”. Tarian ini diawali dengan menyerukan “Ka mate, ka mate, ka ora, ka ora” yang berarti “Aku mati, aku mati, aku hidup, aku hidup”. Haka ini diciptakan oleh Te Rauparaha, seorang kepala suku Maori dan pemimpin perang. Ka Mate menggambarkan bagaimana Te Rauparaha menepis kesulitan saat menghindari penangkapan oleh suku iwi (saingannya) untuk muncul dari kegelapan lubang kūmara menuju cahaya.
Menurut Tapeta Wehi dari The Haka Experience, “Saya percaya bahwa Haka seharusnya kontroversial dan menantang. Apa pun acaranya, saya melihat lirik sebagai aspek yang paling penting, nada, ritme, dan gerakan tubuh hanyalah sarana untuk menyampaikan pesan tersebut.” Keseragaman gerakan tubuh dan pesan yang disampaikan adalah salah satu fokus utama tarian Haka, sehingga bahasa Reo adalah komponen utama dalam tarian ini.
Haka sering dikaitkan dengan perang, namun saat ini, perang bukan hanya pertempuran fisik tetapi juga dalam hal politik. Haka tidak hanya menjadi simbol kebanggaan budaya suku Maori, tetapi juga berperan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, baik tentang isu sosial maupun politik, sehingga pesan tersebut dapat didengar oleh masyarakat global.
Dengan berbagai makna yang dimilikinya, Haka tetap menjadi warisan budaya yang berharga dan penuh inspirasi, menghubungkan nilai-nilai masa lalu dengan tantangan serta kebutuhan dunia modern saat ini.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.