Menggali Ilmu dan Tradisi: Kunjungan TIM KKN MIT UIN Walisongo ke Usaha Tempe Tradisional di Desa Ngerjo

Mahasiswa KKN sedang praktik dalam membuat tempe. (doc. KKN MIT UIN Walisongo)
Mahasiswa KKN sedang praktik dalam membuat tempe. (doc. KKN MIT UIN Walisongo)

Krajan.id – Tim KKN dari MIT UIN Walisongo dengan semangat melangkahkan kaki menuju rumah produksi tempe di Desa Ngerjo, Kecamatan Ringinarum, Kabupaten Kendal. Bukan sekadar kunjungan biasa, kegiatan ini bertujuan menggali ilmu dan tradisi dari pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang telah puluhan tahun bertahan dengan kearifan lokal.

Bapak Mundakur, seorang pengusaha tempe yang namanya harum di desa tersebut, menyambut hangat kedatangan mereka. Usaha tempe ini diwariskan secara turun-temurun dalam keluarganya, dan selama lebih dari 30 tahun, Bapak Mundakur tetap setia pada metode tradisional dalam produksi tempe.

Bacaan Lainnya

“Dalam sekali produksi tempe bisa menggunakan hingga 30-35 kg kedelai,” ujar Bapak Mundakur, menyoroti skala usahanya yang cukup signifikan namun tetap mempertahankan kualitas melalui cara manual.

Mahasiswa KKN mendengarkan penjelasan bapak Mundakur selaku pemilik UMKM. (doc. KKN MIT UIN Walisongo)
Mahasiswa KKN mendengarkan penjelasan bapak Mundakur selaku pemilik UMKM. (doc. KKN MIT UIN Walisongo)

Ketelatenan dan perhatian terhadap setiap detail proses pembuatan tempe menjadi kunci keberhasilan Bapak Mundakur. Dari pemilihan bahan baku, kebersihan, hingga proses pengemasan, semua dilakukan dengan tangan sendiri tanpa bantuan mesin modern. Hal ini, selain menjaga kualitas, juga mengundang kekaguman dari banyak orang yang menjadi pelanggan setia tempe produksinya.

Norma Zulfiana, Koordinator Divisi Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif dari TIM KKN, menyatakan bahwa kunjungan ini memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa.

“Kegiatan kunjungan ini mempunyai banyak manfaat bagi mahasiswa KKN. Selain mendapatkan ilmu baru berupa tata cara proses pembuatan tempe, mahasiswa juga dapat langsung praktik dalam membuat tempe, sehingga pemahaman mereka akan lebih dalam,” ungkap Norma.

Baca Juga: Mahasiswa UNIMAL KKN-PPM Kelompok 28 Dorong Pemberdayaan Limbah Desa Buloh LT Melalui Pembuatan Briket

Lebih dari sekadar pembelajaran teknis, kunjungan ini juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk merasakan langsung semangat dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh para pelaku UMKM seperti Bapak Mundakur.

Diharapkan, pengalaman ini tidak hanya menambah wawasan mereka tentang pembuatan tempe, tetapi juga menginspirasi mereka untuk menghargai dan menjaga tradisi serta kearifan lokal yang ada di sekitar mereka.

Baca Juga: Hanya dengan Pekarangan Rumah! Mahasiswa KKNT Inovasi IPB Berikan Tips Efektif Mewujudkan Ketahanan Pangan Keluarga

Dengan adanya kegiatan semacam ini, tradisi dan ilmu pengetahuan lokal seperti pembuatan tempe dapat terus dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi muda, menciptakan sinergi antara ilmu akademis dan kearifan tradisional.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *