Mengubah Sampah Menjadi Berkah, Pendekatan Kreatif KKN-BBK 4 untuk Pengelolaan Sampah Desa Kedungudi

Workshop pembuatan ecoenzyme di Desa Kedungudi. (doc. KKN-BBK 4 Unair Desa Kedungudi)
Workshop pembuatan ecoenzyme di Desa Kedungudi. (doc. KKN-BBK 4 Unair Desa Kedungudi)

Krajan.id – Desa Kedungudi kini tengah menjadi sorotan berkat pendekatan kreatif yang diambil dalam mengelola sampah. Menghadapi masalah pengelolaan sampah yang kronis, desa ini tidak hanya menemukan solusi praktis tetapi juga memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan baru.

Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup, Desa Kedungudi menghasilkan sekitar 1 ton sampah per hari yang sebagian besar tidak terkelola dengan baik. Hal ini menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan yang serius bagi warga setempat.

Bacaan Lainnya

Menyadari urgensi situasi ini, mahasiswa BBK 4 Universitas Airlangga (Unair) bersama Wahana Edukasi Harapan Alam Semesta (Wehasta), sebuah lembaga pendidikan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sejak 2009. Meluncurkan dua program utama yaitu sosialisasi konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan workshop pembuatan ecoenzyme.

Anisah Nur Azizah, salah satu peserata KKN-BBK 4 Unair dalam program ini, menyatakan dalam press release, “Kami berharap melalui program ini, masyarakat Desa Kedungudi dapat lebih memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sampah yang baik. Dengan demikian, mereka bisa mengubah sampah menjadi sumber daya yang bernilai.”

Sosialisasi 3R yang dilakukan Wehasta melibatkan seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok yang mengedukasi warga tentang pentingnya mengurangi penggunaan barang sekali pakai, memanfaatkan barang bekas, dan mendaur ulang. Tempat sampah 3R juga ditempatkan di lokasi strategis seperti balai desa, sekolah, dan tempat ibadah untuk memudahkan masyarakat memilah sampah dari rumah.

Selain itu, workshop pembuatan ecoenzyme yang diadakan oleh mahasiswa BBK 4 Universitas Airlangga memberikan keterampilan praktis dalam mengolah sampah organik menjadi produk berguna seperti pembersih alami dan pupuk cair. Proses pembuatannya sederhana namun efektif, hanya memerlukan limbah organik, gula, dan air yang difermentasi selama tiga bulan.

Baca Juga: KKN-BBK 4 Unair Adakan Edukasi Kebersihan dan Pendidikan Seksual untuk Generasi Sehat di SDN Kedungudi

Program ini tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan baru, tetapi juga membangun kesadaran akan potensi ekonomis dari sampah organik.

“Ecoenzyme tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga bisa mengurangi biaya rumah tangga. Dengan mengolah sampah organik menjadi ecoenzyme, masyarakat bisa mendapatkan manfaat ganda: lingkungan yang bersih dan produk bernilai ekonomis,” tambah mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi itu, (25/7/2024).

Kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan LSM Wehasta menunjukkan sinergi yang kuat dalam upaya mengatasi masalah sampah di Desa Kedungudi. Pemerintah desa mendukung penuh program ini dengan menyediakan fasilitas dan memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif.

Baca Juga: Menjemput Anugerah Desa Wisata Terbaik: KKN 128 UINSA Bangun Kolaborasi bersama Pokdarwis Desa Kemiren

Dengan pendekatan komprehensif dan integratif ini, Desa Kedungudi diharapkan bisa menjadi contoh bagi desa lain dalam mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan. Masyarakat Desa Kedungudi kini tidak hanya belajar mengelola sampah tetapi juga mengubahnya menjadi berkah, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk generasi mendatang.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *