Belakangan ini kabar mengenai bencana iklim semakin sering didengar. Salah satu bencana iklim terbesar di tahun 2024 adalah banjir di Kabupaten Demak yang terjadi pada Bulan Maret kemarin. Setidaknya sebanyak 97.000 jiwa terdampak oleh banjir tersebut, 25.000 diantaranya mengungsi hingga ke luar wilayah Demak. Banjir tersebut merupakan satu dari 417 kejadian banjir yang telah terjadi di 2024 menurut BNPB.
Tidak hanya banjir yang terus melanda Indonesia, beberapa bencana lain seperti tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, abrasi dan ombak tinggi juga sering terjadi di Indonesia belakangan ini. Selama 2024, BNPB telah mencatat 719 bencana iklim yang melanda di Indonesia. Angka tersebut kemungkinan akan terus bertambah hingga akhir tahun 2024. Bencana iklim yang terjadi merupakan ulah dari manusia sendiri seperti eksploitasi alam berlebihan, alih fungsi lahan hijau menjadi perkebunan industri, dan berbagai pencemaran lingkungan lain yang merusak alam Indonesia. Sayangnya, kesadaran akan bahayanya perbuatan manusia tersebut masih sering diabaikan.
Gentingnya keadaan iklim di Indonesia mendorong sebagian anak muda untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka mengenai iklim melalui pendidikan informal berbasis komunitas.
Salah satu komunitas yang gencar melakukan kegiatan pendidikan mengenai krisis iklim dan energi bersih terbarukan adalah Solar Generation. Solar Generation atau sering disebut Solgen merupakan komunitas yang berdiri pada tahun 2007 yang berbasis di Jakarta dan Bandung. Komunitas Solgen pada mulanya merupakan kumpulan volunteer Greenpeace Indonesia yang ditujukan untuk mendorong para pemimpin dunia dalam COP (Conference of Parties) agar mengurangi gas rumah kaca dan dibarengi dengan aksi nyata kreatif.
Solgen telah melaksanakan berbagai kegiatan berupa pemasangan panel surya sebagai program pemberdayaan masyarakat terdampak bencana Cianjur, Earth Camp, Green Camp, RE Camp, Climate Strike, Field Visit and Learning, festival dan Solgen Goes to School.
Pada tahun 2023, Solgen melakukan rangkaian agenda Solgen Goes to School atau SGTS yang dilaksanakan di sembilan SMA di Jakarta, Bandung dan Malang. SGTS merupakan kegiatan edukasi mengenai perubahan iklim mulai dari penyebab hingga dampak yang ditimbulkan.
Tidak hanya itu, Solgen juga melakukan edukasi dan workshop mengenai energi bersih terbarukan terutama energi solar matahari sebagai Solusi mengurangi krisis iklim. Rangkaian kegiatan SGTS 2023 ditutup dengan RE Camp (Renewable Energy Camp) pada tanggal 16-17 Desember 2023 di Gunung Pancar, Bogor. RE Camp menggunakan 100% energi solar panel selama kegiatan outdoor berjalan. Kegiatan RE Camp merupakan kelanjutan dari materi yang diberikan di SGTS mengenai krisis iklim, energi terbarukan dan mengajak para peserta untuk merancang Proyek Sosial mengenai penggunaan energi bersih di sekitar mereka.
Tahun 2024 Solgen juga masih membuka peluang bagi sekolah-sekolah yang ingin mengadakan kegiatan pembelajaran krisis iklim dan energi terbarukan melalui Solgen Goes to School dengan mengirim undangan kepada komunitas Solgen. Selain kegiatan SGTS, tahun ini Solgen juga sudah melaksanakan dua kegiatan berupa Aksi Sapa Bumi bersama RRI Pro 2 Bogor pada 20 Januari 2024 dan Renewable Energy Workshop di Central Park Mall, Jakarta pada 26 Mei 2024.
Berbagai kegiatan Solar Generation merupakan contoh nyata pendidikan informal yang dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan generasi muda terhadap keadaan iklim di Indonesia. Kesadaran pentingnya pendidikan iklim perlu dibangun sejak dini, salah satunya dengan cara pendidikan informal seperti yang dilakukan Solgen. Kegiatan positif seperti ini seharusnya lebih banyak digencarkan oleh lembaga lain baik lembaga informal maupun pemerintah demi keadaan iklim Indonesia yang lebih baik.
Referensi
- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2024). Data Informasi Bencana Indonesia. BNPB.
- BBC Indonesia. (2024). Banjir Demak terparah dalam 30 tahun terakhir – Apakah bencana ini berkaitan dengan Selat Muria? BBC Indonesia.
- Rommiyati, A., Nasihah, I. A., & Nur, D. M. (2024). Penanganan Bencana Banjir Demak: Komparasi Pendekatan dan Budaya Lokal di Demak dan Kudus. Jurnal Ilmiah Multidisiplin, Vol. 1, No. 5, 76-83.
proud bf🫶🏻