Badung, Krajan.id – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Yandri Susanto, menyatakan komitmen pemerintah untuk menghentikan impor beras, jagung, gula, dan garam mulai Januari 2025 sebagai peluang emas bagi desa-desa di seluruh Indonesia. Ia menekankan bahwa potensi desa harus dioptimalkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
“Ini adalah kesempatan besar bagi para petani di seluruh Indonesia, termasuk di Bali seperti di Jembrana, Gianyar, Badung, dan Karangasem. Desa harus bergerak menuju swasembada pangan dengan memanfaatkan dana desa. Kita bisa menciptakan desa tematik seperti desa padi, desa cabai, desa ikan nila, atau desa telur, sesuai potensi masing-masing,” ujar Yandri dalam kunjungan kerjanya ke Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Sabtu (11/1/2025).
Yandri juga menjelaskan bahwa Peraturan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 2 Tahun 2024 telah mengatur penggunaan dana desa, di mana minimal 20 persen dari total pagu anggaran harus dialokasikan untuk program ketahanan pangan. Program ini merupakan salah satu unggulan Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
BUMDes sebagai Motor Ekonomi Desa
Mendes Yandri menekankan pentingnya peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam mendukung program ketahanan pangan. “BUMDes harus menjadi tulang punggung ekonomi desa. Jangan sampai BUMDes tidak punya kegiatan yang signifikan. Kita ingin BUMDes mampu mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan menciptakan pemerataan ekonomi di desa,” tegasnya dikutip dari situs resmi kemendesa.go.id.
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan aktif semua pihak, mulai dari pemerintah provinsi, kabupaten/kota, hingga desa, untuk merealisasikan pembangunan desa yang berkelanjutan.
Baca Juga: Tingkatkan Potensi Lokal, Mendes: Jangan Sampai Desa Kosong seperti di Jepang
“Pembangunan desa adalah fondasi utama dalam mewujudkan Asta Cita ke-6 Presiden Prabowo, yaitu membangun dari desa untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan,” tambahnya.
Desa Bongkasa Pertiwi Jadi Percontohan
Dalam kunjungannya, Yandri mengapresiasi langkah-langkah inovatif yang telah dilakukan Desa Bongkasa Pertiwi. Desa ini telah sukses menjalankan program tanam cabai untuk mendukung ketahanan pangan nabati.
Selain itu, desa ini juga membagikan indukan babi kepada masyarakat. Hal ini sangat relevan mengingat babi adalah salah satu komoditas utama di Bali, yang tidak hanya bernilai ekonomi tinggi tetapi juga mendukung pengembangan energi terbarukan berupa biogas dari kotoran ternak.
Baca Juga: Pembentukan PT LKM Artha Desa di Malang: Langkah Baru dalam Pengelolaan Dana Desa
“Kita perlu menjadikan desa-desa mandiri seperti Bongkasa Pertiwi sebagai model bagi desa lainnya. Namun, kita juga tidak boleh melupakan desa-desa sangat tertinggal. Semua desa harus diberdayakan agar tidak ada yang tertinggal dalam proses pembangunan,” ujar Yandri.
Yandri mengakhiri kunjungan dengan pesan optimistis, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi. Menurutnya, keberhasilan desa dalam menjalankan program ketahanan pangan akan menjadi tonggak penting dalam menciptakan ekonomi desa yang mandiri dan kuat.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.