Desa Nglanggeran, Krajan.id – Kabupaten Gunungkidul, yang dahulu dikenal sebagai wilayah dengan keterbatasan ekonomi, kini telah bertransformasi menjadi daerah yang menonjol dengan berbagai potensi unggulan, terutama di bidang pertanian, peternakan, dan hortikultura.
Salah satu produk hortikultura yang menjadi primadona adalah kakao atau cokelat dari Desa Nglanggeran. Produk olahan kakao dari desa ini tidak hanya dikenal di tingkat nasional, tetapi juga telah menembus pasar internasional.
Produk kakao dari Nglanggeran memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga mampu bersaing dengan cokelat dari berbagai negara. Kepala Desa Nglanggeran, Widada, menyebutkan bahwa peran pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung sektor pertanian, khususnya kakao, sangat besar.
“Ada banyak program bantuan dari pemerintah, seperti pendampingan dan pemberian stimulan. Hal ini penting karena usia tanaman kakao rata-rata hanya 30 tahun, sehingga perlu dilakukan peremajaan untuk menjaga produktivitas dan kualitas,” jelas Widada dalam wawancaranya dikutip krajan.id dari Kolomdesa pada Selasa (14/9/2024).
Widada menambahkan bahwa Desa Nglanggeran, yang kini dikenal sebagai sentra kakao di Gunungkidul, telah berhasil mengangkat citra daerah tersebut. Gunungkidul, yang dulunya dianggap tertinggal, kini mulai diakui sebagai kawasan dengan potensi ekonomi yang besar.
Salah satu kunci keberhasilan ini adalah keunikan cita rasa kakao Nglanggeran, yang membuatnya diminati pasar global.
Wisata Edukasi Griya Cokelat Nglanggeran
Produk olahan kakao dari Desa Nglanggeran dipasarkan melalui pusat oleh-oleh yang dikenal dengan nama Griya Cokelat Nglanggeran. Tempat ini tidak hanya menjadi pusat penjualan cokelat, tetapi juga menawarkan pengalaman edukasi bagi pengunjung.
Wisatawan yang datang dapat melihat langsung proses pembuatan produk cokelat, mulai dari bahan mentah hingga menjadi produk jadi. Selain itu, pengunjung juga bisa mengikuti praktik pembuatan dodol kakao dan mencicipi hasil karya mereka sendiri.
“Kualitas cokelat dari Desa Nglanggeran tidak kalah dengan merek-merek cokelat terkenal. Kami yakin produk ini bisa bersaing di pasar internasional. Yang penting adalah menjaga keberlanjutan produksinya,” ujar Widada optimis.
Griya Cokelat Nglanggeran menyajikan beragam produk olahan kakao, seperti keripik pisang cokelat, minuman cokelat, onde-onde cokelat, dan dodol kakao. Tempat ini juga menjadi destinasi wisata yang populer.
Selama musim liburan, seperti akhir tahun, Griya Cokelat menerima lonjakan pengunjung yang signifikan. Pada Desember 2023, tercatat ada 709 wisatawan yang berkunjung dalam rombongan paket wisata di Desa Wisata Nglanggeran. Jumlah ini belum termasuk pengunjung mandiri.
Ahmad Nasrudin, Ketua BUMDesa Tunas Mandiri yang mengelola Griya Cokelat, menyebutkan bahwa omzet bulanan dari pusat oleh-oleh ini berkisar antara Rp60 hingga Rp70 juta. Namun, selama musim liburan, seperti saat Natal dan Tahun Baru, omzet bisa melonjak hingga mencapai Rp80 juta.
Kerja Sama dengan Perusahaan Swiss
Di bawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Nglanggeran, Griya Cokelat Nglanggeran tidak hanya berfokus pada pasar lokal, tetapi juga menjalin kerja sama internasional. Salah satu mitra mereka adalah perusahaan cokelat asal Swiss. Melalui kerja sama ini, Nglanggeran mengekspor produk fermentasi kakao dengan merek ‘Cokelat Munair’. Pada tahun 2023, ekspor mencapai 100 kg dengan harga awal Rp60.000 per kilogram.
Baca Juga: Mahasiswa KKN 99 UNS Ajak Siswa SD untuk Mengenal Alam melalui “Pendidikan Konservasi” di Alas Bromo
Kerja sama ini berhasil memberikan laba sebesar Rp6 juta dari ekspor ke Swiss. Tahun ini, harga fermentasi kakao dinaikkan menjadi Rp110.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Menurut Widada, kerja sama tersebut bersifat tidak mengikat, sehingga setiap kali ada permintaan dari pihak Swiss, mereka siap mengirimkan stok yang tersedia.
“Kadang mereka hanya butuh dua kilogram saja, tapi tetap kami kirim. Mungkin mereka ingin menjaga pasokan kakao dari kami,” ungkap Widada.
Saat ini, ada sekitar 6.500 pohon kakao yang tumbuh di Desa Nglanggeran. Pada tahun lalu, desa ini berhasil menanam 3.000 pohon baru, dan rencananya akan terus dilakukan peremajaan untuk menjaga kelangsungan produksi kakao.
Baca Juga: Perjuangan Feri Anwar, Penyandang Disabilitas yang Menjadi Salah Satu Jagoan Tani Banyuwangi
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Desa Nglanggeran telah berhasil mengangkat nama Gunungkidul hingga kancah internasional. Keberhasilan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi perekonomian desa, tetapi juga memperkuat citra Indonesia sebagai salah satu produsen kakao berkualitas di dunia.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.