KSM-T Unisma Kelompok 59 Wonoayu Berhasil Membuat Hidroponik dengan Memanfaatkan Sampah Anorganik dan Merecycle Sampah Organik sebagai Pupuk Organik

Dokumentasi bersama. (doc. KSM-T 59 Unisma)
Dokumentasi bersama. (doc. KSM-T 59 Unisma)

Desa Wonoayu, Krajan.id – Kelompok Mahasiswa KSM-T (Kandidat Sarjana Mengabdi Tematik) Universitas Islam Malang (Unisma) kembali melaksanakan program pengabdian masyarakat dengan tema yang sangat relevan dalam isu lingkungan dan pertanian berkelanjutan.

Program ini bertajuk “Pembuatan Hidroponik dengan Memanfaatkan Sampah Anorganik dan Merecycle Sampah Organik sebagai Pupuk Organik,” dilaksanakan di Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Bacaan Lainnya

Program ini bertujuan memberikan edukasi kepada warga tentang pengelolaan sampah rumah tangga serta penerapan hidroponik yang ramah lingkungan.

Kegiatan yang dilakukan pada Rabu (28/8/2024) ini bertempat di rumah Ketua RT 04, Bapak Kusdi, dan dihadiri oleh masyarakat dari tiga RT di Desa Wonoayu.

Sosialisasi dimulai pada pukul 16.30 WIB, di mana mahasiswa KSM-T Kelompok 59 Unisma memberikan pelatihan tentang cara pembuatan pupuk organik cair menggunakan limbah organik dari rumah tangga, serta penerapan sistem hidroponik dengan bahan anorganik yang sering kali dianggap sebagai sampah tak berguna.

Menurut Cantika Yulia Sintha Dewinda, salah satu anggota KSM-T Kelompok 59, program ini diharapkan dapat memberikan solusi sederhana namun efektif bagi warga untuk mengelola sampah rumah tangga.

“Kami ingin memberikan wawasan kepada masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan sampah organik dan anorganik secara lebih bijak. Sampah organik seperti sayuran yang tidak terpakai bisa kita olah menjadi pupuk cair yang bermanfaat bagi tanaman, sementara sampah anorganik seperti botol plastik bisa kita manfaatkan sebagai media hidroponik. Dengan begitu, kita tidak hanya mengurangi sampah tetapi juga meningkatkan hasil pertanian secara organik,” jelas Cantika dalam press release.

Manfaat Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair yang dibuat dari limbah rumah tangga mengandung berbagai nutrisi penting bagi tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang sehat. Penggunaan pupuk organik ini terbukti lebih ramah lingkungan karena bahan-bahannya dapat terurai secara alami dan tidak mencemari tanah atau air.

Dalam pelatihan tersebut, mahasiswa KSM-T Kelompok 59 Unisma memperkenalkan metode pembuatan pupuk cair yang sangat sederhana. Alat dan bahan yang diperlukan mudah didapatkan, seperti tetes tebu, EM4, sisa sayuran seperti kangkung dan selada, kulit jeruk, cangkang telur, serabut kelapa, dan debog pisang.

Setelah semua bahan dicampur, proses fermentasi berlangsung selama 1-2 minggu. Pupuk cair yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan dan siap digunakan untuk menyuburkan tanaman.

Hasil pupuk selama proses fermentasi 2 minggu. (doc. KSM-T 59 Unisma)
Hasil pupuk selama proses fermentasi 2 minggu. (doc. KSM-T 59 Unisma)

Cantika menambahkan, “Pupuk cair yang dihasilkan dari limbah rumah tangga ini sangat efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Nutrisi yang terkandung dalam pupuk ini mudah diserap oleh tanaman sehingga dapat mempercepat proses pertumbuhan, memperkuat akar, serta meningkatkan kualitas hasil panen.”

Sistem Hidroponik dengan Sampah Anorganik

Selain memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk, mahasiswa KSM-T Kelompok 59 juga mengajak warga untuk membuat sistem hidroponik dengan memanfaatkan sampah anorganik, seperti botol plastik bekas. Hidroponik merupakan sistem bercocok tanam yang tidak menggunakan tanah sebagai media tanam, melainkan air yang sudah dicampur dengan nutrisi.

Dengan metode ini, masyarakat Desa Wonoayu diajarkan cara mendaur ulang botol plastik bekas untuk dijadikan pot tanaman hidroponik. Botol plastik tersebut dipotong dan diisi dengan media tanam yang telah dicampur pupuk organik cair, kemudian digunakan untuk menanam berbagai jenis sayuran.

Baca Juga: Perjuangan Feri Anwar, Penyandang Disabilitas yang Menjadi Salah Satu Jagoan Tani Banyuwangi

Selain mengurangi sampah anorganik, metode ini juga membantu masyarakat menghemat lahan pertanian, karena sistem hidroponik dapat diterapkan di ruang terbatas seperti halaman rumah.

Program ini mendapatkan sambutan hangat dari warga Desa Wonoayu. Mereka merasa bahwa program ini tidak hanya membantu mengatasi permasalahan sampah yang semakin menumpuk, tetapi juga memberikan peluang untuk meningkatkan hasil pertanian secara organik.

Salah satu warga mengatakan, “Saya sangat terbantu dengan adanya pelatihan ini. Selama ini, saya sering bingung harus membuang sampah sayuran kemana, sekarang saya tahu bahwa sampah tersebut bisa dijadikan pupuk yang sangat berguna. Saya juga tertarik mencoba hidroponik di rumah.”

Pelaksanaan program ini didukung penuh oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Bapak Dr. Arfan Kaimuddin, SH., MH., yang memberikan arahan kepada para mahasiswa.

Program yang dilaksanakan oleh KSM-T Kelompok 59 ini menjadi salah satu upaya nyata dalam mendukung pertanian berkelanjutan di Desa Wonoayu. Dengan menggabungkan inovasi teknologi sederhana seperti hidroponik dan pemanfaatan limbah organik, warga diharapkan dapat memperoleh manfaat ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Baca Juga: Transformasi Kakao Nglanggeran: Dari Desa Tertinggal ke Pasar Global

Cantika Yulia Sintha Dewinda menutup dengan harapan, “Kami berharap program ini dapat terus berlanjut dan masyarakat semakin paham akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Ke depan, kami juga berharap ada kolaborasi lebih lanjut dengan pihak desa untuk mengembangkan program-program serupa yang dapat memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat.”

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *