Pembuatan Hidroponik Tanaman Kangkung dengan Media Rockwool dan Botol Bekas: Upaya KSM-T Unisma Kurangi Hama dan Limbah Plastik

Persiapan pembuatan media semai menggunakan Rockwoll (kiri) dan hasil semai tanaman kangkung (kanan). (doc. KSM-T 59 Unisma)
Persiapan pembuatan media semai menggunakan Rockwoll (kiri) dan hasil semai tanaman kangkung (kanan). (doc. KSM-T 59 Unisma)

Desa Wonoayu, Krajan.id – Program Kandidat Sarjana Mengabdi Tematik (KSM-Tematik) dari Universitas Islam Malang (Unisma) kembali hadir dengan semangat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Tahun ini, KSM-Tematik Unisma Kelompok 59 yang bertempat di Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, mengangkat tema “Pembuatan Hidroponik Tanaman Kangkung dengan Memanfaatkan Botol Bekas”.

Program ini menawarkan solusi ramah lingkungan dalam memanfaatkan limbah plastik sekaligus memberikan pelatihan kepada warga desa tentang cara menanam kangkung menggunakan teknik hidroponik.

Bacaan Lainnya

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dari kelompok ini, Bapak Dr. Arfan Kaimuddin, SH., MH, menjelaskan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada penanaman kangkung secara hidroponik, tetapi juga pada peningkatan kesadaran warga tentang pengelolaan sampah dan penggunaan pupuk organik cair.

Mahasiswa KSM-T Unisma Kelompok 59, yang dibantu oleh Kader PKK Desa Wonoayu, berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif dalam pengurangan limbah plastik dan meningkatkan kualitas lingkungan sekitar.

Manfaat Botol Bekas sebagai Media Hidroponik

Cantika Yulia Sintha Dewinda, salah satu anggota KSM-T Unisma Kelompok 59, menjelaskan alasan utama mereka memilih hidroponik dengan botol bekas sebagai tema program.

“Menggunakan botol plastik bekas dapat memberikan manfaat ganda,” ujarnya dalam press release. “Pertama, kami dapat membantu mengurangi sampah plastik yang sulit terurai. Kedua, botol bekas ini kami ubah menjadi wadah yang berguna untuk menanam sayuran seperti kangkung.”

Cantika menambahkan, kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Kami ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga, terutama dalam hal teknik hidroponik. Ini merupakan keterampilan yang dapat mereka kembangkan lebih lanjut, bahkan bisa dijadikan peluang kewirausahaan untuk menghasilkan sayuran segar,” jelasnya.

Pelaksanaan Program: Langkah Demi Langkah

Program ini dilaksanakan pada Rabu (13/8/2024), dimulai pukul 10.00 WIB, di kontrakan mahasiswa perempuan yang digunakan sebagai lokasi pelatihan. Sosialisasi diawali dengan penyampaian materi tentang cara menanam kangkung secara hidroponik menggunakan botol bekas.

Para peserta, yang sebagian besar adalah ibu-ibu PKK dan Kader PKK Desa Wonoayu, diberikan pelatihan langsung. Mereka diajarkan cara menyiapkan botol bekas, mengisi dengan media tanam rockwool, hingga proses perawatan tanaman hidroponik.

Cantika menjelaskan secara rinci bagaimana hidroponik ini dijalankan. “Langkah pertama adalah menyiapkan botol plastik bekas, yang kemudian dipotong menjadi dua bagian. Bagian atas digunakan sebagai tempat media tanam, sementara bagian bawah diisi dengan larutan nutrisi,” terangnya. “Kami juga menggunakan rockwool sebagai media tanam, karena bahan ini mampu menyerap air dan nutrisi dengan baik, sehingga tanaman kangkung dapat tumbuh optimal.”

Dalam pelaksanaannya, mahasiswa KSM-T Kelompok 59 ini juga memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kelembaban dan kondisi lingkungan yang sesuai bagi tanaman hidroponik.

“Kami menekankan pentingnya pemindahan tanaman dari rockwool ke botol bekas yang telah dilubangi setelah dua minggu. Pada tahap ini, tanaman harus dijauhkan dari sinar matahari langsung agar tidak merusak pertumbuhannya,” kata Cantika.

Tujuan Program: Meningkatkan Kualitas Tanaman dan Lingkungan

Kegiatan pembuatan hidroponik kangkung ini memiliki beberapa tujuan utama yang diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi warga Desa Wonoayu. Pertama, program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tanaman kangkung yang dihasilkan.

Hidroponik memungkinkan tanaman menyerap nutrisi dengan lebih baik karena larutan nutrisi yang digunakan sudah terukur dengan cermat. “Ini memberikan dampak langsung pada kualitas hasil panen, terutama dari segi kandungan gizi,” jelas Cantika.

Kedua, teknik hidroponik yang diterapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida. “Dengan lingkungan yang terkendali, risiko serangan hama dan penyakit pada tanaman menjadi lebih kecil, sehingga hasilnya lebih aman untuk dikonsumsi,” tambahnya.

Proses pemasangan tanaman hidroponik kangkung di belakang Kantor Desa Wonoayu. (doc. KSM-T 59 Unisma)
Proses pemasangan tanaman hidroponik kangkung di belakang Kantor Desa Wonoayu. (doc. KSM-T 59 Unisma)

Program ini juga mendorong peningkatan produktivitas tanaman. Dengan mengontrol suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya, tanaman dapat tumbuh lebih cepat dan sehat, memungkinkan warga untuk mendapatkan hasil panen sepanjang tahun.

Edukasi dan Pengembangan Kewirausahaan

Program KSM-T Unisma ini juga memiliki nilai edukasi yang tinggi. Selain mengajarkan teknik hidroponik, kegiatan ini mendorong masyarakat untuk memahami pentingnya daur ulang limbah plastik.

“Kami ingin warga tidak hanya memahami pentingnya menanam sayuran secara hidroponik, tetapi juga melihat ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan kewirausahaan,” kata Cantika. “Dengan hidroponik, warga dapat menghasilkan sayuran segar yang bisa dijual di pasar lokal, sehingga memberikan dampak ekonomi yang positif.”

Baca Juga: Transformasi Kakao Nglanggeran: Dari Desa Tertinggal ke Pasar Global

Tak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi sarana pembelajaran bagi siswa dan generasi muda di Desa Wonoayu.

“Kami mengajak anak-anak dan remaja untuk turut serta dalam kegiatan ini, agar mereka bisa belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan dan bagaimana daur ulang bisa memberikan manfaat jangka panjang,” tutur Cantika.

Alat dan Bahan yang Dibutuhkan

Untuk menjalankan program hidroponik ini, alat dan bahan yang diperlukan cukup sederhana dan mudah didapatkan. Beberapa bahan utama yang digunakan antara lain:

  1. Botol Bekas: Botol plastik yang dipotong menjadi dua bagian sebagai wadah tanaman.
  2. Rockwool: Media tanam untuk menopang akar tanaman.
  3. Larutan Nutrisi: Larutan yang mengandung mineral penting untuk pertumbuhan tanaman.
  4. Air Bersih: Digunakan untuk melarutkan nutrisi.
  5. Bibit Tanaman: Benih kangkung yang ditanam dalam media rockwool.
  6. Kain Flanel/Sumbu Kompor: Untuk menghubungkan larutan nutrisi dengan media tanam.

Harapan dan Dampak Jangka Panjang

Melalui program ini, mahasiswa KSM-T Unisma berharap dapat terus memberikan dampak positif di Desa Wonoayu, khususnya dalam hal pengelolaan sampah dan pertanian berkelanjutan.

Baca Juga: KSM-T Unisma Kelompok 59 Wonoayu Berhasil Membuat Hidroponik dengan Memanfaatkan Sampah Anorganik dan Merecycle Sampah Organik sebagai Pupuk Organik

Cantika Yulia Sintha Dewinda menutup dengan harapan besar, “Kami berharap warga Desa Wonoayu dapat melanjutkan program ini secara mandiri di masa depan. Dengan adanya teknologi hidroponik, mereka bisa terus memanfaatkan lahan yang terbatas dan mengurangi limbah plastik, sekaligus meningkatkan kesejahteraan melalui hasil panen yang lebih produktif.”

Hasil tanaman hidroponik kangkung memanfaatkan botol bekas dengan media rockwell. (doc. KSM-T 59 Unisma)
Hasil tanaman hidroponik kangkung memanfaatkan botol bekas dengan media rockwell. (doc. KSM-T 59 Unisma)

Dengan langkah-langkah yang sederhana dan bahan yang mudah didapat, hidroponik menjadi solusi nyata untuk pertanian modern yang ramah lingkungan dan efisien. Program ini membuktikan bahwa perubahan kecil, seperti memanfaatkan botol bekas, dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat dan lingkungan.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *