Media Massa merupakan media komunikasi dan informasi yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat modern khususnya dalam proses penyebaran informasi secara cepat dan dapat mengaksesnya pula secara cepat. Sangat penting bagi masyarakat dan organisasi untuk memperhatikan kembali perkembangan media komunikasi yang sangat pesat. Media komunikasi berfungsi sebagai alat untuk menghubungkan orang dan membantu menyebarkan informasi, termasuk media massa. Media sosial pada dasarnya adalah perkembangan terbaru dari teknologi web berbasis internet yang memungkinkan orang untuk berinteraksi, berpartisipasi, berbagi, dan membentuk jaringan online untuk menyebarluaskan konten mereka sendiri. YouTube, WhatsApp, instagram, twitter, dan blog lainnya memungkinkan jutaan orang untuk memproduksi konten dan melihatnya secara langsung dan juga secara gratis.
Selain itu, peran media massa tidak dapat dilepaskan dari tujuan media massa itu sendiri. Media massa harus memperhatikan dan mengingat peran mereka saat bertugas. Media massa ditugaskan oleh UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 untuk menginformasikan, mendidik, menghibur, dan melakukan pengawasan sosial (social control) untuk mengawasi perilaku publik dan penguasa yang berusaha untuk mempengaruhi tujuan baik dari media massa.
Namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin meningkat pada tingkat globalisasi, media massa malah digunakan sebagai sarana untuk saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Pada tingkat global pun media massa digunakan sebagai alat untuk menciptakan suatu ideologi untuk menguasai suatu kelompok-kelompok tertentu. Pengaruh-pengaruh inilah yang kemudian mempengaruhi juga para ahli filsafat untuk mencetuskan konsep-konsep pemikiran mereka. Salah satunya adalah konsep pemikiran Antony Gramsci mengenai ”konsep hegemoni”.
Penguasaan media yang kuat di tangan segelintir individu menyebabkan arus informasi yang tidak seimbang, yang akan mengancam ideologi suatu negara. Sejarah negara berkembang seperti Indonesia telah menunjukkan betapa tidak konsistennya aliran informasi dengan masalah ideologi, terutama terkait dengan pengendalian jalan kekuasaan dan keterlibatan masyarakat dalam proses politik.
Hegemoni Media dalam Pandangan Gramsci
Gramsci melihat ciri-ciri hegemoni sebagai upaya untuk membentuk komunitas tertentu melalui kesepakatan. Ini termasuk paradigma atau nalar berpikir, gambaran hidup ideal, budaya, nilai-nilai (baik dan buruk), dan commonsense. Semua proses hegemoni ini dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa terhadap kelompok minoritas atau kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah. Oleh karena itu, hegemoni global terjadi karena kelompok elit tertentu dapat mengontrol pandangan dunia masyarakat secara keseluruhan, bahkan memaksa masyarakat global untuk menerima ideologi-ideologi yang disebarkan melalui jalur hegemoni yang lembut agar masyarakat secara spontan setuju.
Baca Juga: Vladimir Lenin: Pemikiran Revolusioner dalam Konteks Sejarah dan Relevansi Terhadap Kaum Buruh
Hegemoni global memaksa masyarakat untuk menerima apa yang dirancang oleh kelompok tertentu untuk memanipulasi kesadaran masyarakat. Hegemoni tersebut bertujuan membentuk nalar global atau worldview, gaya hidup masyarakat, budaya, dan etika dikontrol secara global melalui alat-alat yang mampu menyebarkan ideologi dan mampu mempengaruhi masyarakat seperti media-media online yang saat ini semakin marak meningkat. Hegemoni media bukan hanya terjadi dalam masyarakat global melainkan juga dapat terjadi dalam masyarakat lokal yang dipengaruhi oleh kelas-kelas dominasi. Maraknya globalisasi membuat pasar bebas semakin menggeliat, sehingga para pemilik modal akan semakin bebas menanamkan modalnya di seluruh bidang yang mereka inginkan. Globalisasi tidak akan terlepas dari yang namanya kapitalisme.
Berbicara tentang kapitalisme berarti membahas hegemoni. Hegemoni tidak hanya menunjukkan dominasi ekonomi dan politik, tetapi juga menunjukkan bagaimana kelas dominan menafsirkan dunia, yang diterima oleh kelas subordinat—kelas yang dikuasai Marx—dengan berbagai cara (Eni Maryani, 2011; 53). Berdasarkan gagasan Karl Marx tentang “kesadaran yang salah” yang berarti bahwa orang tidak menyadari adanya dominasi dalam kehidupan mereka, Antonio Gramsci melihat hegemoni berdasarkan gagasan Karl Marx mengenai “kesadaran yang salah” (false consciousness), yaitu keadaan di mana individu menjadi tidak menyadari adanya dominasi dalam kehidupan mereka.
Hegemoni Media di Indonesia: Kasus-kasus
Proses hegemoni kaum kapitalis telah berjalan lancar di bidang budaya, fashion, film, media, dll. Hal ini telah terjadi di Indonesia, dan bahkan telah menjadi tempat yang ideal bagi kaum kapitalis untuk menyebarkan ideologi mereka. Ini karena fakta bahwa masyarakat Indonesia cenderung mengikuti gaya barat, menghilangkan budayanya, dan mudah terpengaruh oleh media. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hegemoni media terhadap kapitalisme tidak lagi berbicara tentang kebutuhan publik, tetapi tentang keinginan publik yang telah dimanipulasi untuk kepentingan kapitalisme.
Kasus-kasus di Indonesia saat ini yang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh hegemoni media sangat terlihat dengan jelas. Seperti yang kita ketahui mengenai proses pilpres 2024 baru-baru ini. Media terutama media-media online saling membangga-banggakan tokoh yang didukungnya sekaligus mengintimidasi tokoh atau pasangan calon lain dengan tujuan agar masyarakat memilih tokoh tersebut dan membuat pesan politik yang dibuat sedemikian rupa secara halus demi kepentingan politik. Fakta bahwa media sekarang berfungsi sebagai tangan kedua politik dan secara aktif mempengaruhi publik untuk kepentingan politik, yang dikenal sebagai pengkultusan individu, menunjukkan hubungan erat antara media dan politik. Seperti yang disebutkan sebelumnya, media cenderung menayangkan program yang disukai publik daripada yang dibutuhkan publik.
Kasus kedua adalah banyaknya situs-situs pornografi semakin banyak beredar yang menayangkan program tentang sex, wanita, dan gaya hidup. Jika kita memperhatikan lebih jauh, acara tersebut sama sekali tidak memberikan edukasi kepada penonton; peran media seharusnya adalah mengajarkan penonton cara hidup bermasyarakat sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku. Namun, ideologi media kapitalis telah berubah secara drastis bahwa pada abad ini tujuan media adalah meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa mengorbankan fungsi utamanya.
Banyak masyarakat Indonesia yang sudah masuk di dalam sistem kapitalisme ini. jika kita menelaah kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, ada begitu banyak orang yang sudah terpengaruh oleh gaya-gaya hidup barat, sehingga budaya asli semakin memudar dan bahkan menghilang. Iklan-iklan mengenai budaya-budaya hidup barat pun disajikan oleh para pemilik modal atau kelompok-kelompok kelas atas dengan memakai alat-alat seperti media sebagai sarana untuk menghegemoni kaum-kaum kelas bawah agar masuk ke dalam ideologi mereka. Iklan menjadi akrab dengan konsumen di era globalisasi saat ini, khususnya di Indonesia. Iklan sangat berdampak pada masyarakat Indonesia karena ideologi kapitalis yang ingin menguasai pasar. Banyak perusahaan dan produk asing yang masuk ke Indonesia dengan mudah mempengaruhi orang-orang di sana, dan menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat konsumtif.
Karena itu sesungguhnya media memang perlu terus dibenahi dan diperbaiki, karena jika tidak persoalannya akan semakin besar dan kompleks. Perbaikan bukan melulu di ranah pendidikan tetapi juga di kalangan masyarakat harus meninjau ulang sistem komunikasi dalam konteks historisnya karena dengan itu maka akan muncul solusi untuk membenahi sistem media agar kembali lagi ke fungsi sebenarnya. Meskipun hidup di era globalisasi kita harus lebih kritis terhadap hal-hal yang mengganggu ideologi kita, jangan sampai ideologi kita dapat dipengaruhi oleh sistem kapitalisme, meskipun itu tidak dapat ditolak sepenuhnya tetapi kita setidaknya dapat memilih dan memilah apa yang sebenarnya layak kita konsumsi dan apa yang tidak layak dikonsumsi.
Kesimpulan
Analisis terhadap kekuatan media massa di Indonesia melalui konsep hegemoni media menurut Antonio Gramsci mengungkapkan bagaimana media dapat menjadi alat dominasi ideologi oleh kelompok elit. Media massa, yang seharusnya berfungsi untuk menginformasikan, mendidik, menghibur, dan melakukan pengawasan sosial, seringkali digunakan untuk menyebarkan ideologi yang menguntungkan pihak tertentu. Hegemoni ini memaksa masyarakat untuk menerima pandangan dunia yang dikontrol oleh kelompok elit, baik secara lokal maupun global.
Di Indonesia, hegemoni media terlihat jelas dalam berbagai kasus, seperti dalam proses pemilihan presiden di mana media digunakan untuk mempengaruhi opini publik demi kepentingan politik tertentu. Selain itu, maraknya konten-konten yang tidak mendidik dan lebih berfokus pada gaya hidup konsumtif menunjukkan bagaimana media massa digunakan untuk menyebarkan ideologi kapitalis. Hal ini berdampak pada perubahan budaya dan gaya hidup masyarakat Indonesia, yang semakin terpengaruh oleh budaya barat dan kapitalisme.
Kesadaran kritis terhadap peran media dan hegemoni yang terjadi sangat penting untuk membentuk masyarakat yang lebih terinformasi dan tidak mudah terpengaruh oleh ideologi yang dipaksakan. Perbaikan sistem media, baik melalui pendidikan maupun regulasi, perlu dilakukan untuk memastikan media kembali pada fungsi utamanya. Masyarakat juga harus lebih selektif dalam mengonsumsi informasi dan lebih sadar akan pengaruh-pengaruh ideologis yang ada di balik setiap konten media.
Dengan demikian, meskipun globalisasi dan kapitalisme tidak dapat sepenuhnya dihindari, upaya untuk memahami dan mengatasi hegemoni media dapat membantu menjaga ideologi dan nilai-nilai budaya yang sesuai dengan konteks lokal. Kesadaran dan tindakan kritis dari masyarakat serta perbaikan terus-menerus dalam sistem media adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan media massa berfungsi sebagaimana mestinya untuk kebaikan publik.