Mengeksplorasi Makna Filosofis Tradisi Kore Metan dalam Kehidupan Masyarakat Timor Leste melalui Lensa Filsafat Herder: Sejarah dan Manusia

Ilustrasi
Ilustrasi

Dalam seluruh kehidupan bermasyarakat, terdapat rekam jejak yang menjadi bukti kehidupan itu dimulai, baik itu dari segi ekonomi, sosial, teknologi maupun budaya yang ada.[1] Semuanya bermula dari sejarah, dan pada hakikatnya manusia melihat itu sebagai tolak ukur untuk terus berkembang dari semua aspek kehidupan, salah satunya dalam aspek budaya. Sejatinya budaya yang hadir dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi suatu habitus yang tidak bisa dihilangkan dan secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi dengan penuh cinta dan bangga. Sehingga, budaya yang telah didahului oleh para leluhur tetap dijaga dengan penuh hormat dan diteruskan dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu kehidupan masyarakat dengan budaya yang masih sangat kental dijaga, terdapat di negara Timor Leste yang notabenenya adalah negara yang baru 21 tahun Merdeka. Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) merupakan negara termudah dan memiliki beberapa wilayah, suku, bahasa, dan tradisi yang sering dikenal dengan kebudayaan.[2] Negara ini juga memiliki 13 wilayah antara lain: Aileu, Ainnaro, Baucao, Bobonaro (Maliana), Cova Lima (Suai), Dili, Ermera, Lautem(Lospalos), Liquica, Manatuto, Manufahi (Same), Oecusse (Ambeno) dan Viqueque.[3] Dari ke-13 wilayah ini, tradisi yang sering dikenal dan sangat kental adalah Kore Metan.

Bacaan Lainnya

Tradisi Kore Metan sendiri menjadi kewajiban yang harus diikuti oleh seluruh masyarakat Timor Leste terkhususnya dari pihak keluarga yang sudah selesai berduka selama setahun. Biasanya, tradisi ini dipimpin oleh ketua adat dengan struktur upacaranya dan sebagai masyarakat yang beriman dan beragama maka disertai juga dengan perayaan misa ataupun ibadat pada saat itu sebagai bentuk penghormatan. Namun, secara konkret bagaimana tata upacara ini dijalankan dan apa pengaruh dari tradisi ini terhadap aktivitas sehari-hari masyarakat Timor Leste?

Tradisi ini pun menampilkan ciri khasnya dalam bentuk sebuah kain hitam, yang ketika salah satu dari keluarga meninggal maka kain hitam tersebut akan dipotong dan diubah bentuknya seperti gelang ataupun kalung untuk dipakai oleh setiap anggota keluarga yang ditinggalkan. Secara simbolis menunjukkan rasa kesedihan yang begitu besar atas kehilangan satu anggota keluarga. Juga menjadi tanda perkabungan atau duka selama setahun. 

Sehingga menjadi hal yang tabu ketika masih dalam masa perkabungan, anggota keluarga yang memakai kain hitam mengikuti acara-acara hajatan yang bernuansa pesta secara berlebihan atau sederhananya sikap senang yang berlebihan harus dikurangi. Karena sudah menjadi kepercayaan masyarakat Timor Leste bahwa saat hal tabu itu dilanggar, maka arwah dari keluarga yang meninggal akan marah dan konsekuensinya ada pada masing-masing orang yang telah melanggar hal tabu tersebut.

Dari dua dunia yang berbeda baik itu dunia orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup, masih memiliki keterkaitan dan hubungan yang erat. Karena itu, masyarakat Timor Leste sangat mempercayai bahwa arwah dari keluarga yang telah meninggal, akan terus mengikuti setiap anggota keluarganya yang masih hidup dengan maksud ingin menjaga dan melindungi setiap dari mereka.

Di sisi lain, tradisi Kore Metan masih disalahartikan oleh masyarakat luar seperti di negara tetangga yakni, Indonesia. Lebih khususnya di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT)  terutama di wilayah Kupang yang sangat dekat dengan wilayah Timor Leste.  Masyarakat asli Kupang seringkali menganggap bahwa tradisi ini sangat aneh karena pada masa berduka, ada larangan bahwa sekelompok masyarakat Timor Leste tidak boleh bersenang-senang secara berlebihan dan menjadi hal yang tabu. Sehingga tulisan ini ingin memberi pemahaman yang signifikan tentang makna tradisi Kore Metan kepada masyarakat luar, terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT), Kupang selain masyarakat asli Timor Leste itu sendiri. Maka, apa makna dan aspek-aspek identitas budaya dalam tradisi Kore Metan dan bagaimana relevansinya dengan konsep semangat rakyat (Volksgeist) menurut Herder?

Dengan demikian tradisi Kore Metan sangat penting untuk dipahami guna menjaga dan meneruskan warisan budaya. Namun untuk lebih memahami makna tradisi ini secara signifikan maka, terdapat pendekatan filsafat yang diambil dari pemikiran Johann Gottfried Herder, seorang filsuf jerman yang mengembangkan konsep tentang Sejarah dan Manusia yang lebih kepada semangat rakyat (Volksgeist) dan pemahaman tentang ciri khas budaya. Bagaimana kontribusi pemikiran Herder tentang semangat rakyat dan ciri khas budaya dalam memperdalam pemahaman terhadap tradisi Kore Metan di masyarakat Timor Leste?

Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan,adalah untuk menganalisis tata upacara tradisi Kore Metan dalam masyarakat Timor Leste, untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang terkandung dalam tradisi Kore Metan dan juga menganalisis identitas budaya yang terkandung dalam tradisi Kore Metan dan menggali aspek-aspek semangat rakyat (Volksgeist) melalui lensa filsafat Herder, serta memberikan kontribusi pada pemahaman secara signifikan tentang warisan budaya masyarakat Timor Leste, serta mengapresiasi keragaman dan kekayaan budaya di seluruh dunia.

Selain tujuan yang ingin dicapai, terdapat pengaruh dari pemikiran Herder itu sendiri, yang mana dalam konsep Herder mengenai semangat rakyat (Volksgeist) dan ciri khas budaya telah memberikan partisipasi  yang signifikan pada pemahaman mengenai identitas dan nilai budaya sesuai dengan konteks budaya itu sendiri. Ada juga dari penerapan lensa filsafat Herder, tulisan ini bisa menjadi acuan untuk lebih memperdalam wawasan tentang makna tradisi Kore Metan dalam kehidupan masyarakat Timor Leste dan membantu memperluas persepsi kita tentang keanekaragaman budaya secara global dan keunikannya serta pentingnya menghargai perbedaan budaya dalam kehidupan bermasyarakat.

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif yang mengandalkan sumber dari media internet untuk mengimpor hasil dalam proses penelitian. Pendekatan kualitatif dipilih untuk memberikan pemahaman mendalam tentang tradisi Kore Metan di masyarakat Timor Leste, termasuk tata upacara, makna budaya, dan pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari. Melalui wawancara dan analisis terhadap informasi yang diperoleh dari berbagai sumber internet, penulis memperoleh data yang relevan untuk menggali pemahaman tentang tradisi ini dari sudut pandang filosofis Herder. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menggali pemahaman yang lebih komprehensif tentang fenomena budaya yang kompleks seperti tradisi Kore Metan, serta memfasilitasi interpretasi yang mendalam terhadap hubungan antara tradisi, identitas budaya, dan pemikiran filosofis yang terkait.

Kore Metan berasal dari kata tetun, “Kore” yang berarti melepaskah dan “Metan” berarti hitam. Maka Kore Metan adalah  pelepasan kain hitam dari keluarga yang berduka.[4] Sehingga tradisi Kore Metan merupakan suatu bentuk penghormatan terakhir dari keluarga dalam satu klan terhadap orang yang meninggal dengan mengenakan kain hitam sebagai tanda berkabung selama satu tahun.[5] Dalam wawancara dengan Bapak Mateus Lopez (Ayah saya) mengatakan bahwa ada tata cara atau upacara dalam tradisi ini.

Upacara/Tata Cara Tradisi “Kore Metan”

Dari hasil wawancara dengan Bapak Mateus Lopez, bahwa kultura atau tradisi Kore Metan atau pelepasan kain hitam bagi masyarakat Timor Leste untuk anak kecil hingga orang dewasa yang belum berkeluarga, ketika meninggal dan setelah dikuburkan, selama waktu tujuh hari tujuh malam para keluarga dan kerabat yang hadir akan mete atau begadang (Aifunan Moruk) dengan membuat rampai bunga (Aifunan), lalu akan dibawa ke kuburan (Rate) untuk ditaburkan.

Selain itu, terdapat interval waktu yang dihitung dari hari penguburan hingga tiga bulan, enam bulan dan satu tahun dengan simbol kain hitam yang dikenakan sebagai gelang maupun kalung. Sehingga dalam durasi waktu tiga sampai enam bulan tata cara yang dilakukan bisa juga dengan doa lalu membawa rampai atau lilin untuk ditabur atau dibakar di makam mereka.

Namun, berbeda dengan jangka waktu hingga satu tahun. Pada momen ini tata cara atau upacara yang dilakukan berbeda dengan tata cara saat jangka waktu tiga atau enam bulan yang mana, ketika sudah memasuki waktu satu tahun, terdapat satu kewajiban yang dalam perspektif orang dewasa yang telah berkelurga atau orang tua seperti kakek dan nenek sebagai Aifunan Midar dengan kata lain  Kore Metan itu sendiri.

Sehingga wajib dilaksanakan sebuah ritual tepat pada tanggal kematian orang tersebut selama beberapa hari, dan dibawah ke kubur (Rate) sampai pada tanggal penguburannya. Karena banyak masyarakat Timor Leste yang sudah memiliki kepercayaan terutama kepercayaan pada agama Katolik, maka dilaksanakan perayaan Ekaristi dengan tujuan mendoakan arwah para leluhur yang telah meninggal agar boleh mendapat pengampunan serta garansi menuju pada kehidupan yang dijanjikan Tuhan.[6]Dan kain hitam yang telah dilepas, akan dibawah lalu diletakkan di atas kubur anggota keluarga yang telah meninggal.

Kemudian pengaruh tradisi ini terhadap aktivitas sehari-hari masyarakat Timor Leste ditinjau dari penjelasan di atas bahwa selama masa berkabung maka aktivitas yang dilakukan tidak berjalan normal atau terhambat dalam beberapa hal. Karena terdapat pantangan-pantangan yang harus dijalani, misalnya:

Pakaian yang digunakan harus berwarna gelap; dilarang menyentuh air atau mandi, kecuali urusan biologis selama tiga hari sampai hari pemakaman; dan dilarang senang secara berlebihan seperti tertawa atau mendengar musik berlebihan. Sehingga, ada beberapa pekerjaan atau hal lainnya yang tersendat atau terbengkalai karena dibatasi oleh pantangan yang dijalani. Oleh karena hal ini, tradisi Kore Metan terus-menerus menjadi warisan budaya yang dijaga masyarakat Timor Leste dan sebagai eksistensi budaya yang memiliki keunikan tersendiri bagi bangsa ini.

Aspek-aspek Identitas Budaya dalam Hubungan dengan Semangat Rakyat (Volksgeist) Menurut Herder

Dalam kaitannya dengan konsep Herder, terdapat beberapa poin penting mengenai identitas budaya yang mana menjadi suatu tinjauan untuk lebih memahami tradisi Kore Metan. Poin-poin tersebut, antara lain: Pertama, Bahasa dan Komunikasi: Bahasa memiliki peran penting dalam membentuk identitas budaya. Dalam tradisi Kore Metan, bahasa digunakan dalam upacara dan doa-doa yang dilakukan sebagai bagian dari penghormatan terhadap orang yang telah meninggal.

Bahasa juga merupakan alat untuk menyampaikan nilai-nilai dan makna-makna yang terkandung dalam tradisi tersebut kepada generasi selanjutnya.[7] Kedua, Tradisi dan Adat Istiadat: Herder menekankan pentingnya tradisi dan adat istiadat dalam membentuk semangat rakyat. Tradisi Kore Metan mencerminkan adat istiadat yang turun-temurun dijaga oleh masyarakat Timor Leste.[8]

Upacara-upacara dan tata cara yang dilakukan dalam tradisi ini merupakan ekspresi dari semangat dan nilai-nilai kolektif yang dianut oleh masyarakat. Ketiga, Religi dan Kepercayaan: Herder mengakui peran agama dan kepercayaan dalam membentuk semangat rakyat suatu kelompok. Tradisi Kore Metan mencakup aspek religi, seperti perayaan misa dan doa-doa, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara pelepasan kain hitam.

Kepercayaan akan kekuatan arwah yang terus mengikuti dan melindungi keluarga yang masih hidup juga mencerminkan hubungan erat antara dunia spiritual dan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Timor Leste.[9]

Baca Juga: Kebebasan dalam Demokrasi Pancasila: Kajian Filosofis Isaiah Berlin terhadap Sistem Pemerintahan Indonesi

Dan yang Keempat, Kesenian dan Simbol: Herder memahami bahwa kesenian dan simbol memiliki peran penting dalam mengungkapkan semangat rakyat suatu kelompok. Dalam tradisi Kore Metan, kesenian yang dimaksud bersifat instrumental dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti ukulele, biola, juk, genderang maupun gong dan menjadi instrumen yang mengiringi upacara dari tradisi ini.[10] Kain hitam yang digunakan menjadi simbol kesedihan dan penghormatan terhadap orang yang telah meninggal.Penggunaan kesenian dan simbol ini membantu memperkuat identitas budaya dan mempertahankan tradisi dari generasi ke generasi.[11]

Maka, melalui pendekatan Herder, kita dapat melihat bagaimana aspek-aspek identitas budaya dalam tradisi Kore Metan di Timor Leste tercermin dalam semangat rakyat yang mengikat masyarakat secara kolektif. Sehingga konsep ini membantu kita memahami betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat Timor Leste dalam mempertahankan jati diri budaya mereka serta nilai-nilai yang mereka anut sebagai bagian integral dari kehidupan mereka.

Melihat Kontribusi Ciri Khas Budaya dari Konsep Herder dalam Memperdalam Pemahaman Terhadap Tradisi “Kore Metan” di Masyarakat Timor Leste

Pemikiran Herder tentang semangat rakyat (Volksgeist) dan ciri khas budaya memberikan kontribusi penting dalam memperdalam pemahaman terhadap tradisi Kore Metan di masyarakat Timor Leste dengan beberapa cara: 1) Memahami Hubungan Antara Tradisi dan Identitas: Herder menyoroti hubungan erat antara tradisi dan identitas suatu kelompok. Dalam kasus Kore Metan, pemikiran Herder membantu masyarakat Timor Leste memahami bagaimana tradisi ini memengaruhi dan mencerminkan identitas budaya mereka. Ini memungkinkan mereka untuk lebih mengenali dan menghargai aspek-aspek kultural yang membentuk jati diri mereka sebagai suatu masyarakat. 2) Menghargai Keragaman Budaya: Herder mengakui pentingnya menghargai keragaman budaya sebagai bagian dari kekayaan kemanusiaan.

Dalam konteks Timor Leste, pemahaman tentang ciri khas budaya yang tercermin dalam tradisi Kore Metan membantu mengapresiasi keanekaragaman budaya yang ada di negara itu. Ini memperkuat identitas budaya mereka dan juga membuka pikiran terhadap keberagaman budaya di seluruh dunia.3) Memahami Makna Kultural: Herder menekankan pentingnya memahami budaya dan tradisi suatu kelompok sebagai ekspresi dari semangat rakyat mereka.

Baca Juga: Musik: Medium Ekspresi Diri yang Tak Tergantikan

Dalam konteks Timor Leste, konsep ini membantu dalam memahami makna dan signifikansi budaya yang terkandung dalam tradisi Kore Metan. Dengan memahami bagaimana tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Timor Leste, mereka dapat menghargai dan merawat warisan budaya mereka dengan lebih baik.4) Menjaga Keberlangsungan Budaya: Herder menyoroti pentingnya melestarikan tradisi dan adat istiadat sebagai bagian dari warisan budaya suatu masyarakat.

Dalam kasus Kore Metan, pemikiran Herder mengingatkan masyarakat Timor Leste akan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini dan pentingnya menjaga keberlangsungannya dari generasi ke generasi.Dengan memahami kontribusi Herder tentang pelestarian budaya, masyarakat Timor Leste dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk menjaga dan meneruskan tradisi Kore Metan.

Dengan demikian, pemikiran Herder tentang semangat rakyat dan ciri khas budaya memberikan landasan konseptual yang kuat dalam memperdalam pemahaman terhadap tradisi Kore Metan di masyarakat Timor Leste. Ini membantu mereka menghargai, merawat, dan meneruskan warisan budaya mereka dengan lebih baik serta memperluas pemahaman mereka tentang kekayaan budaya di seluruh dunia.

Kesimpulan

Dalam kesimpulannya, pemahaman terhadap tradisi Kore Metan di masyarakat Timor Leste melalui lensa filosofis Herder memberikan wawasan yang mendalam tentang nilai budaya dan identitas kolektif. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga mencerminkan semangat rakyat (Volksgeist) dan kekayaan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui kontribusi pemikiran Herder, kita dapat memahami tata upacara, simbol, dan makna budaya yang terkandung dalam tradisi Kore Metan.

Baca Juga: Ancaman Disintegrasi Bangsa: Kritik Media Sosial Menurut Neil Postman

Pemikiran Herder menekankan secara komprehensif pentingnya melestarikan tradisi dan adat istiadat sebagai bagian dari warisan budaya suatu masyarakat. Hal ini mendorong masyarakat Timor Leste untuk menjaga dan meneruskan tradisi Kore Metan dengan lebih baik, memastikan keberlangsungannya dari generasi ke generasi.

Selain itu, pemahaman akan hubungan erat antara tradisi dan identitas budaya membantu mereka mengenali dan menghargai aspek-aspek kultural yang membentuk jati diri mereka. Sehingga kontribusi Herder tentang semangat rakyat dan ciri khas budaya memberikan landasan konseptual yang kuat dalam memahami, merawat, dan memperluas pemahaman tentang tradisi Kore Metan serta kekayaan budaya di seluruh dunia yang mana, tidak hanya memperkaya pengalaman budaya masyarakat Timor Leste, tetapi juga memberi pemahaman kepada masyarakat luar dengan saling menghormati dan mengapresiasi keragaman budaya yang ada di dunia.

Daftar Pustaka


[1]Christina Alau Lopes, Liliweri Aloysius, and Fitria Titi Meilawati, ‘Makna Ritus Kore Metan (Lepas Kain Hitam) (Sebuah Kajian Fenomenologi Pada Komunitas Warga Baru Di Mota’Ain Kabupaten Belu)’, Jurnal Mahasiswa Komunikasi, 3.1 (2023), 81–88.

[2]Lopes, Aloysius, and Meilawati.

[3] Lopes, Aloysius, and Meilawati.

[4]Metan Di and others, ‘PERAN PEMIMPIN INFORMAL PADA PRAKTIK TRADISI KORE-’, XXIX.2 (2020), 144–68.

[5]Pandemi Covid-, Florentina Fatima Colo, and Puspita Pebri Setiani, ‘Makna Kore Metan Bagi Masyarakat Imigran Timor-Timor Pada Masa’, 403–12.

[6]Covid-, Colo, and Setiani.

[7]Gregor Neonbasu, Sketsa Dasar: MENGENAL MANUSIA DAN MASYARAKAT (Jakarta: Kompas, 2020).

[8]Di and others.

[9]Lopes, Aloysius, and Meilawati.

[10]Covid-, Colo, and Setiani.

[11]Di and others.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *