Dari Gulma Jadi Energi: Inovasi Biobriket Eceng Gondok Waduk Cengklik sebagai Sumber Energi Terbarukan Desa Ngargorejo

Anggota Tim MBKM ID 1077 UNS beserta Dosen S-1 Teknik Kimia UNS (dari kiri atas ke kanan bawah), Mahadewi Ramadhan, Anisa Resa Junita, Dr. Ir. Joko Waluyo, S.T.,M.T., Dr. Bregas Siswahjono Tatag S. ,S.T., M.T., Dr. Wusana Agung W., S.T.,M.T., Adelia Nova A., Nur Khofifah Risa P., Mikail Gibraltar, Mathew Inrianto B. N., Cavin Muhammad P. P., Ethan Nandika Y., M. Ghozy Izzulhaq, Dio Pratama. (doc. MBKM ID 1077 UNS)
Anggota Tim MBKM ID 1077 UNS beserta Dosen S-1 Teknik Kimia UNS (dari kiri atas ke kanan bawah), Mahadewi Ramadhan, Anisa Resa Junita, Dr. Ir. Joko Waluyo, S.T.,M.T., Dr. Bregas Siswahjono Tatag S. ,S.T., M.T., Dr. Wusana Agung W., S.T.,M.T., Adelia Nova A., Nur Khofifah Risa P., Mikail Gibraltar, Mathew Inrianto B. N., Cavin Muhammad P. P., Ethan Nandika Y., M. Ghozy Izzulhaq, Dio Pratama. (doc. MBKM ID 1077 UNS)

Desa Ngargorejo, Krajan.id – Waduk Cengklik, terletak di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, memiliki peran penting dalam irigasi, perikanan, dan mendukung bisnis lokal. Namun, pertumbuhan pesat eceng gondok (Eichhornia crassipes) telah menjadi masalah serius.

Gulma ini tidak hanya mengganggu fungsi ekosistem perairan, tetapi juga memengaruhi kualitas air, memicu pencemaran, dan mengancam kehidupan biota air.

Bacaan Lainnya

Akumulasi eceng gondok sering kali menghambat transportasi air, menyempitkan permukaan sungai, dan menimbulkan berbagai masalah lingkungan lainnya. Selama ini, eceng gondok hanya dibersihkan lalu ditumpuk di pinggir waduk tanpa pengelolaan lebih lanjut.

Limbah eceng gondok di Waduk Cengklik. (doc. MBKM ID 1077 UNS)
Limbah eceng gondok di Waduk Cengklik. (doc. MBKM ID 1077 UNS)

Situasi ini mendorong Tim Hibah MBKM ID 1077 Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk menghadirkan solusi inovatif: pemanfaatan eceng gondok menjadi biobriket sebagai sumber energi terbarukan.

Pembuatan biobriket eceng gondok dilakukan melalui serangkaian proses: pengambilan gulma, pengeringan di bawah sinar matahari, pengarangan, pencampuran perekat, pencetakan, pengeringan, hingga pengemasan. Proses ini didemonstrasikan dalam kegiatan bertajuk

Sesi demonstrasi pembuatan perekat dan pencetakan biobriket arang eceng gondok. (doc. MBKM ID 1077 UNS)
Sesi demonstrasi pembuatan perekat dan pencetakan biobriket arang eceng gondok. (doc. MBKM ID 1077 UNS)

“Sosialisasi Pembuatan Biobriket Eceng Gondok Waduk Cengklik sebagai Sumber Energi Terbarukan” pada Sabtu (14/12/2024), di Sunset & Sunrise Plaza Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

Baca Juga: Mahasiswa Amikom Yogyakarta Gelar Pelatihan untuk Pengurus LKS Raharja Desa Kedungkeris Bersama Seniorlife

Sosialisasi ini dihadiri oleh Komunitas Peduli Waduk Cengklik, Kepala Program Studi S-1 Teknik Kimia UNS, Dr. Ir. Joko Waluyo, S.T., M.T., serta para dosen Teknik Kimia UNS. Peserta mendapatkan demonstrasi langsung serta panduan pembuatan biobriket melalui flyer.

“Program ini menjadi solusi baru untuk permasalahan eceng gondok di sini. Kami berharap program ini terus didampingi agar manfaatnya lebih optimal,” ujar Giyanto, Kepala Komunitas Peduli Waduk Cengklik.

Penyampaian materi tinjauan ekonomi produk biobriket eceng gondok. (doc. MBKM ID 1077 UNS)
Penyampaian materi tinjauan ekonomi produk biobriket eceng gondok. (doc. MBKM ID 1077 UNS)

Tidak hanya menjadi solusi lingkungan, inovasi ini juga menawarkan peluang ekonomi baru. Tim Hibah MBKM ID 1077 menjelaskan bahwa produksi biobriket dengan kapasitas 500 plastik per bulan, yang dijual dengan harga Rp5.500,00 per plastik, dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp1.248.250,00 per bulan.

“Target pemasaran kami adalah restoran yang membutuhkan bahan bakar dengan panas stabil dan minim asap, seperti untuk grill daging,” jelas Ethan, pemateri tinjauan ekonomi.

Uji coba biobriket eceng gondok sebagai bahan bakar. (doc. MBKM ID 1077 UNS)
Uji coba biobriket eceng gondok sebagai bahan bakar. (doc. MBKM ID 1077 UNS)

Dalam uji coba lapangan, biobriket eceng gondok digunakan untuk membakar sosis. Hasilnya menunjukkan biobriket dapat menyala selama 1 jam 22 menit dengan suhu konstan sekitar 350°C.

“Uji coba ini membuktikan bahwa biobriket memiliki potensi besar sebagai sumber energi ramah lingkungan,” ujar Mathew, anggota tim pembuat biobriket.

Sosialisasi ini diakhiri dengan penyerahan alat press briket manual dan distribusi produk biobriket kepada peserta. Antusiasme masyarakat terlihat dari banyaknya pertanyaan dan ketertarikan untuk mengembangkan produksi biobriket secara mandiri.

Baca Juga: Tim Hibah MBKM ID 1133 UNS Kenalkan Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi POC

“Program ini memberikan harapan baru dalam pengelolaan limbah eceng gondok. Kami ingin program ini terus dikembangkan agar manfaatnya semakin luas,” tambah Dr. Wusana Agung W., salah satu dosen Teknik Kimia UNS.

Foto bersama Tim MBKM ID 1077 UNS dengan anggota Komunitas Peduli Waduk serta para Dosen S-1 Teknik Kimia UNS. (doc. MBKM ID 1077 UNS)
Foto bersama Tim MBKM ID 1077 UNS dengan anggota Komunitas Peduli Waduk serta para Dosen S-1 Teknik Kimia UNS. (doc. MBKM ID 1077 UNS)

Inovasi ini membuktikan bahwa pengelolaan limbah berbasis kearifan lokal dapat menjadi solusi multifungsi, baik dalam aspek lingkungan maupun ekonomi. Dengan dukungan berkelanjutan dari pihak universitas, masyarakat diharapkan dapat mencapai kemandirian ekonomi melalui produksi biobriket.

Kolaborasi antara komunitas, akademisi, dan masyarakat menjadi kunci untuk menjamin keberlanjutan program ini. Transformasi eceng gondok dari gulma menjadi energi terbarukan adalah langkah nyata menuju lingkungan yang lebih baik dan masyarakat yang lebih mandiri secara ekonomi.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *