Gali Asal Usul Nama Desa Kuantan Babu, Mahasiswa Kukerta MBKM UNRI Luncurkan Program “MATA SEJARAH”

Mahasiswa Kukerta MBKM UNRI saat berkunjung ke Kuantan. (doc. Kukerta MBKM UNRI)
Mahasiswa Kukerta MBKM UNRI saat berkunjung ke Kuantan. (doc. Kukerta MBKM UNRI)

Desa Kuantan Babu, Krajan.id  – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau (UNRI) telah meluncurkan program “MATA SEJARAH” sebagai bagian dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) MBKM 2024. Kegiatan ini dilaksanakan pada (21/8/2024) di dua lokasi penting, yaitu di rumah Bapak Usman Umar dan Bapak H. Sarno bin Wasman, dua tokoh masyarakat yang dihormati di Desa Kuantan Babu.

Program ini didasarkan pada tema Kukerta MBKM UNRI 2024, yaitu “Desa Sejarah”. Mahasiswa dituntut untuk menggali dan mengkaji kembali sejarah serta situs peninggalan yang ada di desa tersebut.

Bacaan Lainnya

Feby, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam program ini, menjelaskan bahwa “MATA SEJARAH” bertujuan untuk mengungkap asal muasal nama Desa Kuantan Babu, yang hingga kini masih menjadi misteri bagi sebagian besar penduduk setempat.

Proses awal dalam mengidentifikasi sejarah desa dimulai dengan observasi dan dialog langsung dengan penduduk setempat.

“Kami melakukan observasi dengan mengelilingi desa dan bertanya kepada penduduk tentang arti dari nama Kuantan Babu. Untuk memvalidasi informasi yang kami dapatkan, kami meminta bantuan Kepala Desa Kuantan Babu untuk mengarahkan kami kepada para sesepuh desa,” ujar Danita, salah satu anggota tim penelitian.

Dalam pengumpulan data, mahasiswa menggunakan metode observasi dan wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mengetahui sejarah desa. Sumber utama informasi dalam penelitian ini adalah wawancara dengan Bapak Usman Umar dan Bapak H. Sarno bin Wasman.

Melalui wawancara ini, mahasiswa Kukerta MBKM UNRI menemukan fakta menarik tentang asal usul nama desa.

“Kami menemukan fakta bahwa Desa Kuantan Babu sendiri diperkirakan terbentuk pada tahun 1950. Saat itu, desa ini hanya berupa kampung kecil yang dihuni oleh 15 kepala keluarga (KK) dan dipimpin oleh seorang kepala kampung bernama Datuk Gumpal,” tambah Nadia, anggota tim lainnya.

Menurut penuturan para tokoh masyarakat setempat, awalnya desa ini bernama Pasir Jaya. Nama tersebut diambil karena Desa Kuantan Babu saat itu dikenal sebagai desa dengan penghasilan pasir terbanyak di Kabupaten Indragiri Hulu.

Namun, Desa Kuantan Babu sebenarnya adalah sebuah kuantan atau sungai besar yang mengalir dalam waktu yang sangat lama.

Pada tahun 1969, banjir besar melanda daerah tersebut, menyebabkan seluruh rumah warga tenggelam. Seiring perkembangan zaman dan dinamika sosial, pada tahun 2001 nama desa ini resmi diubah dari Pasir Jaya menjadi Desa Kuantan Babu.

Letaknya yang berada di bantaran Sungai Indragiri membuat mayoritas penduduk desa bekerja sebagai pelaut. Selain itu, sebagian besar masyarakat juga bekerja sebagai buruh pabrik.

Foto Kuantan sekitar tahun 2014. (doc. Ist)
Foto Kuantan sekitar tahun 2014. (doc. Ist)

Temuan ini mendapat respon positif dari masyarakat setempat. Mereka sangat antusias dan mendukung penuh program “MATA SEJARAH”. Partisipasi aktif warga desa juga terlihat jelas, terutama dalam membantu mahasiswa menemukan lokasi-lokasi penting yang berkaitan dengan sejarah desa.

“Warga sangat membantu kami, terutama dalam menunjukkan lokasi Danau Kuantan yang menjadi asal mula nama desa ini,” kata Feby.

Rencananya, hasil penelitian ini akan didokumentasikan dan dipublikasikan melalui jurnal penelitian agar dapat diakses oleh masyarakat luas.

Baca Juga: Cethik Geni: Tradisi Leluhur yang Menjaga Warisan Kuliner Desa Gatak

Mahasiswa berharap bahwa pengetahuan mengenai asal usul Desa Kuantan Babu tidak akan lekang oleh waktu dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

“Semoga generasi muda dapat mengetahui dan menceritakan kembali sejarah desa ini ke generasi berikutnya,” harap Danita.

Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga bagi para mahasiswa, baik dari segi akademis maupun personal. Mereka merasa senang dapat mengunjungi tempat-tempat yang dianggap sakral di desa tersebut.

Selain itu, mereka juga menyadari betapa pentingnya memahami dan melestarikan sejarah lokal. “Dari kegiatan ini, kami sadar bahwa penting untuk tidak melupakan sejarah, terutama sejarah lokal yang dekat dengan diri kita,” ujar Nadia.

Baca Juga: KKN 48 UNS Olah Kotoran dan Urine Sapi di Kalurahan Pampang Menjadi Pupuk Padat dan Cair

Mereka juga berencana untuk mengadakan acara atau kegiatan khusus untuk mempresentasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas, meskipun waktu pelaksanaannya belum ditentukan.

Feby menambahkan pesan khusus bagi masyarakat, “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah, terutama sejarah lokal yang merupakan bagian dari identitas kita.”

Program “MATA SEJARAH” ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus melestarikan dan menjaga sejarah lokal, serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengenal asal usul identitas mereka.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *