Kekerasan di Tanjung Balai: Refleksi dan Solusi Dalam Kerangka Fazlur Rahman

Ilustrasi
Ilustrasi

Fazlur Rahman adalah seorang cendekiawan Islam terkemuka Pakistan yang dikenal karena pendekatan progresifnya dalam memahami Islam. Beliau lahir pada tahun 1919 dan meninggal pada tahun 1988. Beliau menekankan pentingnya mengontekstualisasikan ajaran Islam, menekankan pemahaman Al-Qur’an dan Sunnah dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi yang selalu berubah. Sebagai profesor di berbagai universitas, termasuk Universitas Chicago, ia menganjurkan ijtihad (pengejaran intelektual independen) dan mengkritik fanatisme dan literalisme dalam agama. Pemikirannya yang dinamis dan relevan menjadikannya sebagai tokoh kunci dalam upaya memperbarui dan merevitalisasi pemikiran Islam yang lebih inklusif dan rasional.

Pembakaran rumah seorang perempuan di Tanjung Balai pada tahun 2016 mencerminkan ketegangan sosial dan agama yang kompleks di Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 29 Juli 2016 di Tanjung Balai, Sumatera Utara, dimana beberapa vihara dan pura diserang.

Bacaan Lainnya

Dengan menerapkan teori-teori ulama Islam progresif  Fazlur Rahman, harapannya akan mendapat wawasan lebih dalam bagaimana menerapkan ajaran Islam secara lebih kontekstual untuk menghindari konflik serupa di kemudian hari.

Insiden Di Tanjung Balai 2016

Latar belakang dan timeline peristiwa peristiwa ini dipicu oleh keluhan seorang penganut Buddha Tionghoa bernama Meliana yang menganggap azan dari masjid terlalu keras. Keluhan ini kemudian menyebar dan menyebabkan kemarahan di kalangan Muslim setempat. Pada malam tanggal 29 Juli 2016, massa berkumpul untuk melakukan protes, yang berujung pada kerusuhan yang mengakibatkan beberapa kuil, tempat suci, dan properti milik warga Tiongkok dibakar dan dirusak.

Dampak dan respon insiden ini menyebabkan kerusakan properti yang signifikan dan meningkatkan ketegangan antara komunitas Muslim dan Tionghoa di Tanjung Balai. Pemerintah dan pasukan keamanan setempat mengambil langkah-langkah untuk menenangkan situasi, termasuk menangkap sejumlah perusuh dan memastikan tindakan hukum yang tegas. Meliana kemudian dijatuhi hukuman penjara karena penodaan agama, sehingga memicu reaksi dan perdebatan tentang kebebasan berekspresi dan toleransi beragama di Indonesia.

Kontekstualisasi Al-Quran Fazlur Rahman menekankan pentingnya mengontekstualisasikan ajaran Islam. Ia berpendapat bahwa Al-Qur’an harus dipahami dalam konteks sejarahnya dan kemudian diterapkan pada konteks modern. Menurut Rahman, penting untuk memahami tujuan dan semangat di balik hukum Islam, dibandingkan sekadar mengikuti apa yang tertulis di dalamnya.

Dalam kasus Tanjung Balai, keluhan Meliana terkait bunyi adzan bisa dilihat konteksnya. Masyarakat majemuk memerlukan saling pengertian dan toleransi antar umat beragama. Reaksi yang mengarah pada kekerasan menunjukkan kurangnya pemahaman kontekstual terhadap prinsip-prinsip dasar Islam seperti rahmat (rahmah) dan keadilan (adl). Sebaliknya, keluhan-keluhan ini harus ditangani melalui mediasi dan dialog antar kelompok masyarakat, bukan melalui kekerasan. Akhlak dan etika dalam Islam Fazlur Rahman menekankan bahwa Islam sangat mementingkan moralitas dan etika. Segala tindakan umat Islam harus didasarkan pada prinsip moral yang tinggi seperti keadilan, kasih sayang, dan menghormati hak orang lain.

Tindakan kekerasan dan pembakaran jelas melanggar prinsip moral Islam. Fazlur Rahman akan mengkritik tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai fundamental Islam. Hukum Islam bertujuan untuk melindungi keadilan dan memelihara ketertiban umum. Respons hukum yang adil dan tidak memihak terhadap pelaku kerusuhan dan perlindungan terhadap kelompok minoritas menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip keadilan Islam.

Ijmaa dan Ijtihad Fazlur Rahman menganjurkan ijtihad (usaha intelektual mandiri) untuk memahami ajaran Islam dalam konteks modern. Ia juga memandang pentingnya ijma (konsensus) dalam masyarakat Islam untuk mencapai konsensus tentang bagaimana ajaran Islam diterapkan. Melalui Ijtihad, umat Islam Tanjung Balai diharapkan mampu mencari solusi yang lebih baik sesuai prinsip Islam melalui dialog dan konsensus. Hal ini mungkin termasuk menyesuaikan volume adzan agar bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Hal ini juga sangat penting untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang toleransi beragama dan pentingnya menerapkan ajaran Islam dalam berbagai situasi sosial.

Kritik terhadap fanatisme dan ekstremisme, Fazlur Rahman mengkritik tajam fanatisme dan ekstremisme dalam agama. Menurutnya, pendekatan ajaran agama yang sempit dan literal seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan. Kekerasan di Tanjung Balai bisa dilihat sebagai ekspresi fanatisme yang dikecam Rahman. Dia akan mendesak umat Islam untuk kembali ke pemahaman Islam yang lebih inklusif dan damai. Mempromosikan toleransi dan dialog antaragama ketika menangani keluhan dan perbedaan sangat penting untuk mencegah konflik.

Baca Juga: Metode Tafsir Al-Furqan Dalam Menafsirkan Ayat Pernikahan Beda Agama

Dengan menerapkan teori Fazlur Rahman, kita dapat memahami bahwa peristiwa Tanjung Balai adalah akibat dari pemahaman agama yang sempit dan kurangnya dialog yang konstruktif. Pendekatan yang lebih holistik, kontekstual dan etis dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam dapat mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan.

Peristiwa pembakaran Tanjung Balai tahun 2016 mencerminkan pentingnya pemahaman dan penerapan ajaran agama dalam konteks kekinian. Dalam pandangan Fazlur Rahman, reaksi keras terhadap keluhan Meliana tentang suara azan mencerminkan pemahaman agama yang sempit dan kurangnya dialog antar masyarakat. Fazlur Rahman menekankan perlunya memahami Al-Qur’an dan ajaran Islam dalam konteks sejarah dan sosialnya, dengan menekankan prinsip-prinsip  moral dan etika seperti keadilan dan kasih sayang. Melalui Ijtihad dan Ijma, komunitas Muslim dapat menemukan solusi yang lebih inklusif dan adil dalam mengatasi perbedaan dan mencegah prasangka dan ekstremisme. Pendekatan yang lebih komprehensif, kontekstual dan etis dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam dapat mencegah konflik serupa di masa depan dan mendorong toleransi dan kerukunan

  


REFERENSI

  • https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160730093221-20-148070/kerusuhan-pecah-di-tanjungbalai-rumah-ibadah-dibakar

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *