Krajan.id – Kelompok Kuliah Kerja Nyata 76 Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar rangkaian acara senam sehat yang diikuti kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah dan bank sampah, Minggu (4/2/2024) lalu. Rangkaian tersebut dilaksanakan di Taman Tapak Bimo, Krenekan, Senden, Klepu, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten.
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya permasalahan sampah yang menumpuk di Desa Klepu. Selain itu, tidak sedikit dari warga desa yang belum mengetahui cara mengelola sampah dengan baik dan benar.
Acara dimulai dengan pengumpulan sampah anorganik dari para peserta, kemudian dilanjutkan dengan senam sehat bersama di halaman Taman Tapak Bimo. Setelah senam selesai, KKN 76 UNS memberikan penyuluhan mengenai pengelolaan sampah. Acara diakhiri dengan pemilahan sampah anorganik yang nantinya dijual ke pengepul sampah.
Pengelolaan sampah menjadi permasalahan krusial yang masih banyak ditemukan di Indonesia, tak terkecuali di Desa Klepu. Pengelolaan sampah yang tidak tepat seperti membakar, mengubur, atau menghanyutkan ke sungai dapat berdampak ke permasalahan lingkungan yang lain, seperti polusi udara, polusi tanah, bahkan sampai bencana banjir.
“Sampah anorganik seperti kardus dan botol plastik yang memiliki nilai jual sebaiknya dikumpulkan untuk bank sampah. Sedangkan yang tidak memiliki nilai jual seperti kantong plastik dan bekas kemasan makanan bisa dikumpulkan untuk menjadi ecobrick,” papar Sabila Soraya Dewi, mahasiswa KKN 76 UNS dalam press release yang diberikan, Rabu (6/3/2024).
Sabila melanjutkan, “Jadi, sampah jangan dibakar atau dikubur karena bisa menimbulkan pencemaran lingkungan. Dengan bank sampah kita bisa mengubah sampah jadi uang dan dengan ecobrick kita bisa memanfaatkan sampah menjadi barang-barang yang berguna”.
Setelah selesai pemaparan materi, kemudian dilanjutkan dengan praktik membuat ecobrick yang nantinya dapat dilakukan sendiri di rumah.
Sampah organik sisa rumah tangga dapat diubah menjadi uang melalui proses pembuatan pupuk organik cair. Sampah organik dikumpulkan setiap harinya, kemudian diolah melalui tong pembuat pupuk yang bisa dilakukan secara mandiri oleh ibu-ibu di rumah. “Pupuk cair yang sudah jadi nantinya bisa dikemas dan dijual, atau bisa dimanfaatkan sendiri untuk menanam sayur di rumah. Dengan menanam sayur di rumah, ibu-ibu bisa menghemat pengeluaran untuk beli sayur di pasar. Jadi, mengolah sampah organik bisa membantu menghasilkan dan menghemat uang,” papar Sabila.
Donni Prakosha selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN 76 UNS menyatakan bahwa program kerja ini dapat menghasilkan kontribusi positif bagi lingkungan. “Edukasi kepada warga desa mengenai sampah ini penting dilakukan, sesuai dengan misi yang ada di Sustainability Development Goals,” paparnya.
Kegiatan ini sesuai dengan implementasi Sustainability Development Goals (SDGs) poin nomor 12 mengenai Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Sampah hasil konsumsi barang, makanan, pakaian khususnya yang berupa plastik memiliki sifat yang sulit terdegradasi oleh mikroorganisme.
“Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang baik akan berperan besar dalam mengurangi pencegahan lingkungan,” ujarnya.
Fian Maulana Yusuf Setiawan selaku Ketua Kelompok KKN 76 UNS menyatakan harapannya agar masyarakat bisa aktif berpartisipasi dalam mensukseskan bank sampah. “Bank sampah merupakan kegiatan yang sangat memerlukan partisipasi aktif masyarakat sekitar. Di dalamnya terdapat kegiatan memilah, mengolah dan mengelola sampah yang sangat baik untuk dijadikan budaya baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi dampak negatif sampah, seperti polusi udara, polusi air dan banjir,” pungkasnya.
Kinan selaku peserta sosialisasi bank sampah mengungkapkan bahwa penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengelola sampah dengan baik. “Edukasi ini mengajak kita semua khususnya masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif sampah,” ungkapnya.