Kurangnya Pengetahuan Orang Tua tentang Anak ADHD

Ilustrasi gambar anak ADHD. (doc. ist)
Ilustrasi gambar anak ADHD. (doc. ist)

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neuropsikiatri yang memengaruhi konsentrasi, kontrol impuls, dan aktivitas motorik seseorang. Di Indonesia, kondisi ini dialami sekitar 15% anak-anak, sebagaimana dilansir Universitas Gadjah Mada. Meski angka ini cukup tinggi, kesadaran orang tua tentang ADHD masih rendah.

Banyak yang salah kaprah, menganggap anak mereka hanya “nakal” atau “sulit diatur” tanpa memahami bahwa mungkin ada kondisi medis di balik perilaku tersebut. Hal ini menyebabkan banyak anak dengan ADHD tidak mendapatkan dukungan yang tepat sehingga tumbuh dengan berbagai kendala sosial dan emosional.

Bacaan Lainnya

ADHD sering muncul sejak anak berusia tiga tahun, namun banyak kasus yang terlambat terdiagnosis. Beberapa orang tua sering kali menganggap gejala ADHD sebagai bagian dari karakter anak, terutama bila mereka belum cukup paham soal gangguan ini. Hal ini disampaikan oleh Eva Meizara Puspita Dewi, dosen psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM), yang menekankan pentingnya memahami perbedaan antara perilaku normal dan gejala ADHD.

Kesalahpahaman inilah yang acap kali menyebabkan anak dengan ADHD menjadi korban disiplin berlebihan dan kurangnya empati, sebagaimana yang terjadi pada kasus viral di Bali pada 22 Oktober, ketika seorang ibu merantai anaknya karena dianggap nakal. Tes psikologis belakangan menunjukkan bahwa kedua anak tersebut menderita ADHD.

Kondisi ini, bila tidak ditangani, dapat menghambat perkembangan kognitif, keterampilan sosial, dan pola perilaku anak. Para ahli menyebutkan bahwa faktor genetik, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, serta paparan alkohol atau bahan kimia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko ADHD.

Dalam kondisi seperti ini, anak-anak sering menunjukkan gejala kesulitan berkonsentrasi, impulsif, dan hiperaktif. Mereka mungkin mudah terganggu, menghindari aktivitas yang dirasa membosankan, atau cenderung bicara tanpa henti dan bergerak berlebihan pada situasi yang tidak pantas.

Baca Juga: Bahaya Seks Oral Penyebab PMS, Remaja Wajib Tahu dan Waspadai

Gejala-gejala ini seharusnya menjadi perhatian orang tua untuk segera melakukan konsultasi profesional, bukan malah dianggap kenakalan yang memerlukan tindakan keras. Pemahaman mendalam tentang ADHD akan membantu orang tua membedakan antara perilaku yang normal dengan yang perlu perhatian khusus. Tanpa pemahaman ini, orang tua dapat berisiko memberikan perlakuan yang tidak tepat dan bahkan merugikan perkembangan mental dan emosional anak.

Peran orang tua dalam proses perkembangan anak sangatlah penting. Orang tua yang memiliki anak ADHD perlu mendalami penanganan khusus, baik dalam bentuk terapi perilaku maupun pengobatan. ADHD dan autisme memang kerap disamakan, namun keduanya berbeda secara signifikan.

ADHD lebih berfokus pada masalah konsentrasi dan impulsivitas, sementara autisme berkaitan dengan gangguan interaksi sosial dan komunikasi. Oleh sebab itu, kedua kondisi ini memerlukan pendekatan yang berbeda dalam perawatan dan pengasuhan.

Pengetahuan tentang ADHD bukan hanya penting bagi orang tua, tetapi juga masyarakat luas. Lingkungan yang tidak mendukung bisa memperburuk kondisi anak dengan ADHD, terutama jika anak mengalami diskriminasi atau stigmatisasi karena dianggap “berbeda.”

Pengetahuan yang lebih baik di masyarakat akan membantu membangun dukungan sosial bagi anak-anak ADHD, yang sangat krusial dalam mendukung perkembangan mereka secara optimal.

Baca Juga: Gizi Buruk yang Membayangi Asmat, Papua – Darurat yang Tak Kunjung Usai

Perlu disadari bahwa memiliki anak ADHD bukanlah kegagalan bagi orang tua. Sebaliknya, hal ini menuntut orang tua untuk lebih banyak belajar dan berempati. Mengedukasi diri sendiri serta bekerja sama dengan tenaga kesehatan dapat membantu mengurangi tekanan dalam pengasuhan.

Ketika orang tua memahami ADHD dan bagaimana cara menangani anak dengan gangguan ini, mereka tidak hanya memberikan dukungan yang lebih baik tetapi juga membantu anak mengembangkan potensinya tanpa merasa terhalang oleh kondisi yang dialaminya.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *