Krajan.id – Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan secara terus menerus dapat menyebabkan kandungan bahan organik berkurang bahkan habis. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan ph tanah yang membuat tanah menjadi asam sehingga dapat membunuh mikroorganisme di dalam tanah.
Selain itu, porositas tanah menghilang sehingga pemberian unsur hara langsung menghilang tanpa terserap baik oleh tanaman. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan unsur hara dan struktur tanah menggunakan pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa seresah tanaman atau kotoran hewan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan bahan organik pada tanah. Pupuk organik dibagi menjadi dua yaitu pupuk organik padat dan cair. Pupuk organik padat berasal dari kotoran hewan ternak, sedangkan pupuk organic cair berasal dari urin hewan ternak.
Mahasiswa KKN UMD UNEJ Kelompok 29, berinovasi untuk membuat Pupuk Organik Cair (POC) yang dilihat dari permasalahan di Desa Silo (22/1/2024). Semua dusun terutama di Dusun Karang Baru, membutuhkan pupuk. Hal tersebut dikarenakan pupuk kimia subsidi dari pemerintah, tidak pernah ke tangan petani dan biaya produksi pupuk kimia yang tidak bisa dijangkau oleh petani.
Menurut Phibunwatthanawong dan Riddech (2019) pupuk organik cair terdiri tanaman esensial yang semua residu organik berpotensi sebagai substrat. Salah satu upaya yang sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan dalam kegiatan pertanian adalah limbah cair hewan ternak (urine) utamanya sapi. Produk POC yang bersumber dari bahan daur ulang, khususnya yang berasal dari limbah atau sisa-sisa tanaman, dinilai lebih ramah terhadap lingkungan.
Putri Maulidya Fitri salah satu anggota KKN UNEJ Kelompok 29 mengatakan, proses produksi pupuk cair ini dianggap dapat mengurangi jumlah sampah di sekitarnya, sehingga lingkungan menjadi lebih bersih tanpa adanya tumpukan sampah yang mengganggu.
Banyak hal yang harus disiapkan untuk membuat POC. Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat POC yaitu galon le minerale 15 liter (terdapat tutup dan gagang) 1 buah, pisau/gunting/golok/parang, karung bawang 1 buah, airlock, selang aerator ukuran 3/6” (50cm), daun kelor 1 kg, daun kipait 1 kg, kecambah 1 kg, dedak halus 1 kg, gula merah 500 gr, urine sapi/kelinci 5 liter, air cucian beras 2 liter, em4 250 ml, plastisin.
“Urin sapi, daun kipait, dan daun kelor adalah limbah yang dapat ditemukan di Desa Silo sebagai bahan utama dalam pembuatan POC ini,” ucap mahasiswa Fakultas Pertanian itu.
Urin Sapi merupakan limbah ternak yang memiliki kandungan unsur hara yang lengkap dan lebih tinggi dibandingkan dengan limbah ternak yang lain. (Solikhah, dkk. 2018). Kandungan urin dari sapi urin sapi adalah N: 1.4 sampai 2.2 %, P : 0.6 sampai 0.7 % dan K : 1.6 sampai 2.1%.
Tanaman Kipait merupakan tumbuhan perdu yang biasa menjadi gulma atau tanaman liar disekitar lahan pertanianyang memiliki kandungan unsur hara meliputi kandungan N sebesar 3.59%, Fosfor (P) sebesar 0,34%, dan Kalium (K) sebesar 2,29%. Menurut Sholikhah dkk., (2018) pemberian poc dari tanaman kipait berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan mempercepat pertumbuhan bagi tanaman.
Tanaman Kelor terutama pada bagian daunnya dapat membantu proses pertumbuhan pada suatu tanaman. Daun kelor di dalamnya memiliki beberapa kandungan unsur hara yaitu unsur Ca, Mg, P, Fe, dan S yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh (Rahmah dkk., 2019).
Tahap-tahap yang diperlukan untuk membuat pupuk organik cair yang pertama adalah menyiapkan alat dan bahan, mencacah halus dedaunan dan kecambah (dapat ditumbuk untuk hasil yang lebih halus) lalu memasukkan bahan cair (urine sapi dan air cucian beras) ke dalam galon, melarutkan gula merah dan dedak lalu mencampur ke dalam galon dan juga memasukkan EM4, kemudian diaduk hingga rata.
Setelah itu, memasukkan karung bawang ke dalam galon dan diisi dengan bahan yang telah tercacah halus dengan menyisakan ruang udara sebanyak 1/5 dari volume gallon, kemudian memasang sealer dari airlock atau selang aerator pada tutup galon dan merekatkan dengan plastisin agar tidak ada udara yang keluar dan masuk, selanjutnya disimpan di tempat yang teduh. Alat fermentasi POC yang sudah jadi kemudian dilakukan fermentasi selama 14 hari dengan setiap 3 hari sekali diamati dengan parameter pengamatan berupa bau, warna, suhu, terdapat jamur putih, terdapat gelembung, dan tidak terdapat ulat atau organisme lain.
Indikator keberasilan POC adalah warna cairan cokelat kekuningan, ph normal (7) > toleransi 5,5, suhu berkisar 35-600c, bau cairan seperti tape (fermentasi), terdapat jamur putih dipermukaan larutan, terdapat gelembung pada botol kecil, tidak terdapat ulat pada cairan,” jelasnya.
“Kami berharap kegiatan yang diselenggarakan dapat bermanfaat dan sebagai solusi mahalnya pupuk kimia bagi petani kopi di Dusun Karang Baru,” tutupnya.