Dalam melampaui sebuah perjalanan panjang mencari kebenaran, kita sebagai manusia seringkali dihadapkan pada kegelapan yang menyelimuti arah pandang. Maka dari itu, ada satu filosof dengan pemikirannya yang menawarkan seberkas cahaya untuk menuntun kita dalam melampaui kegelapan tersebut. Dialah Syaikh al-Isyraq Suhrawardi, sang penerang melalui konsep cahayanya dalam filsafat Iluminasi (Ishraqiyah) yang mengajarkan kita jalan menuju kebenaran sejati.
Syaikh al-Isyraq Suhrawardi, hidup pada abad ke-12, adalah seorang filosof dan sufi berkebangsaan Persia yang berusaha menggabungkan tradisi filsafat Yunani khususnya Neo-Platonisme dengan ajaran-ajaran spiritual Islam. Dalam magnum opusnya yang cukup masyhur yakni “Hikmah al-Ishraq” (Filsafat Iluminasi), ia mengembangkan sebuah teori cahaya yang revolusioner, yang menawarkan sudut pandang baru tentang realitas dan pengetahuan.
Teori Cahaya Suhrawardi
Teori cahaya Suhrawardi menawarkan sudut pandang yang khas dan menarik tentang korelasi antara Tuhan, kosmos, dan kemanusiaan. Meskipun berasal dari abad ke-12, teori ini tetap relevan untuk dikaji dan dianalisis dalam upaya untuk memahami esensi dan signifikansi kehidupan yang mendalam.
Dalam teori ini, Tuhan dianggap sebagai Cahaya Cahaya (Nur al-Anwar), sumber tertinggi dari segala cahaya. Keberadaan alam semesta beserta seluruh makhluk hidup dan benda-benda di dalamnya merupakan pancaran dari Tuhan sebagai Nur al-Anwar.
Suhrawardi menganggap bahwasannya cahaya merupakan prinsip fundamental dari suatu eksistensi. Ia menganggap cahaya sebagai sumber segala pengetahuan, kebenaran dan realitas itu sendiri. Sebaliknya, kegelapan baginya dianggap sebagai suatu ketiadaan, kebodohan, dan bahkan kesesatan.
Menurut Suhrawardi, realitas terdiri dari struktur hierarkis luminositas yang berasal dari Cahaya Pertama (Nur al-Anwar), yang berfungsi sebagai asal mula semua makhluk dan kebijaksanaan tertinggi. Selanjutnya, esensi bercahaya ini mengalir ke luminositas yang lebih rendah berikutnya dan menghasilkan rantai eksistensi yang saling terkait satu sama lain.
Dalam hierarki ini, jiwa manusia dianggap sebagai sebuah cahaya yang berasal dari Cahaya Pertama. Namun, karena keterbatasan eksistensi material, cahaya jiwa manusia ini menjadi ternodai oleh kegelapan, yang menyebabkan kebingungan dan ketidaktahuan.
Filsafat iluminasi Suhrawardi dipengaruhi oleh tradisi Persia kuno dan ajaran Zoroastrianisme, terutama dalam penggunaan simbol cahaya dan kegelapan. Dalam teori iluminasi ini ia memberikan penekanan pada pengalaman spiritual dan intuisi batin dalam mencapai pengetahuan tertinggi tentang realitas mutlak.
Jalan Menuju Kebenaran
Menurut Suhrawardi, untuk menemukan kebenaran sejati, seorang individu diharuskan untuk memulai perjalanan pencerahan spiritual, yang memerlukan pemurnian diri dari kegelapan menuju pencapaian persepsi iluminasi (ishraq). Proses transformatif ini memungkinkan jiwa manusia untuk membebaskan dirinya dari segala kendala kegelapan dan bersatu kembali dengan asal cahaya yang otentik yakni sang pencipta.
Proses pencerahan ini melibatkan tiga tahap utama:
- Refleksi filosofis: Suhrawardi menggarisbawahi pentingnya refleksi dan kontemplasi dalam mencapai pengetahuan sejati. Dia menganjurkan penggunaan penalaran logis untuk memahami realitas secara rasional serta memandang segala sesuatu secara obyektif.
- Proses pemurnian jiwa: Di samping kontemplasi intelektual, Suhrawardi juga menekankan perlunya membersihkan jiwa dari kegelapan dan keterikatan duniawi. Melalui disiplin spiritual seperti puasa, dzikir, dan meditasi, jiwa manusia mengalami pemurnian dari kotoran yang menghalangi cahaya.
- Pencapaian pencerahan: Dengan kemajuan melalui tahap kontemplasi dan pemurnian, jiwa manusia dapat mencapai visi iluminasi (ishraq), menandakan pertemuan langsung dengan kebenaran dan realitas tertinggi. Pada titik ini, jiwa manusia bergabung dengan Cahaya Primordial dan memperoleh pengetahuan otentik.
Dampak dan Warisan Suhrawardi
Teori Suhrawardi tentang cahaya tidak hanya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap filsafat Islam tetapi juga memberikan pengaruh luas pada tradisi intelektual dan spiritual secara global. Gagasan tentang kegelapan, cahaya, dan pencerahan spiritual telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak pemikir spiritual dan praktisi dari beragam tradisi.
Di ranah Islam, ajaran Suhrawardi telah mempengaruhi kemajuan tasawuf dan filsafat. Sebagai contoh karya-karya Mulla Sadra, seorang filsuf Persia terkenal abad ke-17. Bahkan sampai saat ini, teori Suhrawardi tentang cahaya tetap menjadi topik eksplorasi dan diskusi di kalangan cendekiawan dan intelektual Muslim.
Lebih jauh lagi, teori Suhrawardi tentang cahaya telah melampaui batas-batas tradisional dan budaya. Ide-idenya tentang pencerahan dan perolehan pengetahuan sejati telah memicu gerakan spiritual dan intelektual di seluruh dunia, termasuk di belahan bumi Barat.
Penutup
Di alam yang sering diselimuti oleh ketidakjelasan dan ketidakpastian, doktrin Suhrawardi tentang cahaya menyajikan jalan menuju kebenaran sejati. Melalui refleksi filosofis, penyucian jiwa, dan pencapaian visi iluminatif, manusia kiranya dapat melampaui kegelapan dan mencapai pengetahuan yang autentik.
Baca Juga: Akar Psikologis KDRT: Analisis Melalui Teori Kriminalitas Sigmund Freud
Warisan intelektual Suhrawardi mengajarkan kita pentingnya pencarian kebenaran sebagai pengembaraan spiritual yang membutuhkan dedikasi dan usaha konsisten. Meniru konsep filosofisnya memungkinkan kita untuk menemukan iluminasi yang akan menuntun kita melalui kegelapan menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas dan keberadaan pribadi kita.