Berita mengenai seorang guru di Jember yang melakukan tindakan rasis terhadap seorang murid asal Papua mencerminkan masih adanya masalah serius terkait diskriminasi rasial di Indonesia. Insiden ini bukan hanya memalukan, tetapi juga sangat mengkhawatirkan. Meski guru tersebut telah meminta maaf dan mengakui kesalahannya, kekecewaan yang dirasakan oleh murid jelas tidak bisa diabaikan.
Seorang murid yang berniat belajar dan mengikuti kegiatan di sekolah seharusnya mendapatkan lingkungan yang aman dan mendukung, bukan sebaliknya, menghadapi perlakuan yang mengecewakan dari seorang pendidik.
Sekolah semestinya menjadi tempat yang inklusif, di mana setiap siswa tanpa memandang latar belakang etnis, agama, atau budaya dapat merasa dihormati dan dilindungi. Tindakan rasisme dari seorang pendidik mencederai nilai-nilai pendidikan, mengingat guru tidak hanya bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi juga membentuk karakter dan moral anak didik. Ketika guru terlibat dalam diskriminasi, dampaknya jauh lebih buruk karena siswa bisa merasa tidak dihargai, diperlakukan tidak adil, dan mengalami trauma jangka panjang.
Baca Juga: Mewujudkan Diversifikasi dengan Pangan Lokal
Langkah cepat Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yang segera menangani kasus ini patut diapresiasi. Tindakan tegas seperti pembebastugasan dan mutasi guru bersangkutan menunjukkan bahwa pemerintah daerah serius dalam menangani isu diskriminasi di lingkungan pendidikan. Namun, intervensi semacam ini tidak cukup jika tidak disertai perubahan sistemik.
Diperlukan program pelatihan bagi para guru untuk menanamkan pemahaman tentang keberagaman, pentingnya inklusivitas, serta kampanye anti-diskriminasi di sekolah. Dengan pelatihan semacam ini, para guru dapat meningkatkan etika profesional dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung tanpa risiko diskriminasi.
Baca Juga: Teknologi Jadi Pahlawan Penyelamat Ketahanan Pangan Indonesia
Kasus ini juga menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa rasisme harus dilawan bersama. Tidak hanya di lingkungan pendidikan, tetapi juga di masyarakat luas, sikap saling menghargai perlu terus digalakkan.
Sosialisasi mengenai bahaya rasisme dan bullying dapat dimulai sejak dini di sekolah-sekolah, mengajarkan siswa untuk hidup dalam kerukunan. Dengan demikian, lingkungan yang damai, aman, dan saling menghormati dapat tercipta, membangun masa depan Indonesia yang lebih adil dan inklusif.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.