Sambi, Krajan.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Kelompok 87 melakukan peninjauan terhadap berbagai situs peninggalan sejarah di Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.
“Kegiatan ini bertujuan untuk menggali nilai historis serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan warisan budaya,” tulis Tim KKN Tematik 87 UNS Desa Sambi dalam press release yang diberikan pada (18/2/2025). Dalam peninjauan tersebut, mahasiswa didampingi oleh kepala desa dan juru kunci di setiap situs.
Desa Sambi terdiri dari empat kebayanan, yakni Kebayanan Jatisari, Kebayanan Gedangan, Kebayanan Bulu, dan Kebayanan Basan, yang mencakup total 40 RT. Setiap kebayanan memiliki peninggalan sejarah yang unik. Di Kebayanan Jatisari terdapat Lingga Yoni dan Arca tanpa kepala, Petilasan Silir, Punden Eyang Slamet, dan Punden Menjing.
Sementara itu, Kebayanan Gedangan memiliki Petilasan Eyang Kriyo Ngukilo, Punden Tawangrejo, dan Punden Jatirejo. Di Kebayanan Bulu, terdapat Punden Kelir, sedangkan Kebayanan Basan memiliki Punden Tawangsari.
Selama bulan Januari 2025, sebanyak 10 mahasiswa KKN UNS melakukan empat kali peninjauan di berbagai situs sejarah tersebut. Kegiatan pertama dilakukan di Punden Tawangsari, Kebayanan Basan. Peninjauan kedua berlangsung di Punden Kelir, yang terletak di Sidoharjo RT 24, Kebayanan Bulu.
Selanjutnya, mahasiswa mengunjungi tiga situs sekaligus di Kebayanan Gedangan, yakni Petilasan Eyang Kriyo Ngukilo, Punden Tawangrejo, dan Punden Jatirejo. Peninjauan terakhir dilakukan di Kebayanan Jatisari, yang memiliki empat situs peninggalan bersejarah.
Tradisi lokal masih dilestarikan di berbagai situs peninggalan sejarah tersebut. Masyarakat setempat rutin menggelar ritual sadranan sebanyak dua kali dalam setahun, yakni setiap Jumat Legi dan Jumat Pon, sebelum dan sesudah musim panen. Selain itu, beberapa warga masih menggunakan tempat-tempat tersebut sebagai lokasi panyuwunan atau tempat berdoa dan memohon berkah.
Salah satu situs yang menjadi perhatian dalam peninjauan ini adalah Punden Kelir di Kebayanan Bulu. Punden ini merupakan tempat sakral yang terdiri dari pohon besar dan sembilan makam. Dahulu, terdapat pohon besar di lokasi ini yang mampu menampung hingga 25 orang untuk bersembunyi, namun kini telah tumbang dan terbakar.
Baca Juga: Senam Sehat Bersama Tim Pengabdian Masyarakat UMBY Disambut Antusias Warga Dusun Pencitrejo
Nama Punden Kelir berasal dari istilah “kelir” yang digunakan dalam pertunjukan wayang. Konon, masyarakat sering mendengar suara gamelan dan melihat bayangan niaga gaib yang menyerupai pertunjukan wayang di area tersebut. Sejumlah warga meyakini bahwa punden ini pernah digunakan sebagai tempat panyuwunan.
Hingga kini, masyarakat setempat masih menggelar ritual sadranan di Punden Kelir setiap Jumat Legi, menjelang musim panen dan awal musim tanam, sebagai wujud rasa syukur. Namun, kondisi punden ini kini memprihatinkan. Banyak area yang tidak terawat dan ditumbuhi rumput liar. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembersihan agar situs bersejarah ini tetap lestari.
“Dalam kegiatan peninjauan, mahasiswa KKN UNS menghadapi beberapa kendala, antara lain lokasi yang sulit dijangkau, minimnya narasumber yang dapat memberikan informasi mendalam, serta kondisi situs yang mulai tidak terawat,” jelas Tim KKN Tematik 87 UNS Desa Sambi.
Baca Juga: KKN 22 UMBY Hijaukan Dusun Maladan dengan Penanaman Pohon dan Buah-buahan
Peninjauan ini tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan situs sejarah kepada mahasiswa dan masyarakat, tetapi juga sebagai upaya pelestarian warisan budaya di Desa Sambi. Harapannya, melalui kegiatan ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga peninggalan sejarah semakin meningkat, sehingga generasi mendatang tetap dapat menikmati warisan budaya yang ada.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
keren bgttt tim KKN UNS