Pada era yang terus berkembang, isu hak asasi manusia telah disuarakan dengan lantang sebagai upaya mempertahankan hak-hak individu, terutama hak perempuan. Pandangan ini tentu memengaruhi persepsi dan peran antara suami dan istri dalam rumah tangga masa kini. Peran tersebut sering kali menjadi bahan perdebatan panjang, yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya kesadaran pasangan suami istri akan pentingnya menjaga keharmonisan rumah tangga.
Perbedaan cara pandang kerap kali menjadi pemicu gagalnya hubungan rumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang mengedepankan nilai kesetaraan gender untuk membangun perspektif baru bahwa suami dan istri adalah mitra setara dalam rumah tangga.
Sebagai suami dan istri, diperlukan pola relasi yang seimbang, yaitu pola yang didasarkan pada keyakinan bahwa tidak ada pihak yang lebih dominan dari yang lain. Relasi ini mesti dilandasi pemahaman bahwa suami dan istri adalah sama dan saling menghormati, tanpa meninggikan salah satunya.
Baca Juga: Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pola relasi suami istri adalah pandangan masyarakat terhadap tradisi patriarki. Budaya patriarki memosisikan peran suami dalam rumah tangga sebagai lebih dominan daripada peran istri. Pandangan ini telah lama tertanam di masyarakat, yang secara tidak langsung berdampak pada kurangnya kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender di dalam rumah tangga. Akibatnya, banyak istri yang tidak mempertanyakan masalah ini karena dianggap sebagai kodrat yang harus diterima.
Banyak masyarakat salah memahami perbedaan antara kodrat dan gender. Gender dibentuk oleh peran dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya sosial, yang sifatnya dapat berubah. Sebaliknya, kodrat merupakan anugerah Tuhan yang tidak dapat diubah, seperti jenis kelamin, melahirkan, dan menyusui. Kodrat ini tidak dapat dijalankan oleh laki-laki dan merupakan perbedaan alami yang perlu dipahami.
Dalam menghadapi isu gender, dibutuhkan strategi suami istri untuk mewujudkan kesetaraan demi keharmonisan rumah tangga dan sebagai langkah untuk mengurangi kekerasan dalam rumah tangga. Dengan prinsip kesetaraan, tidak ada pihak yang berlaku sewenang-wenang. Berikut beberapa cara untuk mencapai kesetaraan tersebut.
Baca Juga: Gizi Buruk dan Pentingnya Makanan Sehat bagi Anak di NTT
Pertama, perlu membentuk kerja sama tim yang seimbang antara suami dan istri dalam menjalankan tugas-tugas domestik, seperti mencuci, membersihkan rumah, dan mengurus anak. Kedua, melakukan musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama sebagai bentuk penghargaan terhadap hak masing-masing dalam membangun komunikasi yang baik.
Ketiga, penting untuk menjaga keterbukaan dan kejujuran. Kejujuran menjadi dasar untuk membangun kepercayaan suami istri, sehingga dapat mencegah kesalahpahaman yang berpotensi menimbulkan konflik.
Dalam menjalankan peran rumah tangga demi menciptakan keluarga yang harmonis dan mengurangi risiko kekerasan dalam rumah tangga, diperlukan perubahan pola pikir yang mengedepankan kesetaraan gender. Pandangan lama yang berasal dari tradisi patriarki perlu diubah menjadi pola relasi yang setara, di mana suami istri saling memahami, menghormati, dan melengkapi untuk membangun rumah tangga yang harmonis.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.