Gizi buruk adalah kondisi yang merujuk pada status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U), yang mencakup kategori underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Anak-anak dikategorikan mengalami gizi buruk jika indeks BB/U mereka berada di bawah -3 standar deviasi (SD) (Kemenkes, 2011).
Di daerah pedesaan, penyebab utama gizi buruk sering kali melibatkan kemiskinan, terbatasnya akses ke makanan bergizi, rendahnya pengetahuan tentang nutrisi, serta minimnya fasilitas kesehatan. Tanda-tanda anak gizi buruk meliputi berat badan rendah, tinggi badan tidak sesuai usia, lemas, kehilangan nafsu makan, kulit kering, rambut rontok, dan kondisi tubuh yang tampak lesu.
Dampak Gizi Buruk di Pedesaan
Kekurangan gizi tidak hanya berakibat pada kondisi fisik, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup anak. Dampak jangka panjang gizi buruk antara lain:
- Stunting: Kekurangan gizi kronis yang menghambat pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak.
- Wasting: Penurunan berat badan drastis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka pendek.
- Menurunnya Produktivitas: Individu dewasa dengan riwayat gizi buruk cenderung memiliki energi rendah dan rentan terhadap penyakit, yang berdampak pada produktivitas kerja.
- Tingginya Angka Kematian Anak: Anak dengan gizi buruk lebih mudah terjangkit penyakit dan infeksi, yang dapat berujung pada kematian.
Kasus Gizi Buruk di NTT
Di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), masalah gizi buruk pada anak-anak masih menjadi persoalan yang serius. Anak-anak di kawasan ini sering mengalami kekurangan gizi makro dan mikro akibat akses pangan yang terbatas, kemiskinan, serta kurangnya pemahaman orang tua mengenai pentingnya asupan gizi yang seimbang.
Baca Juga: Jalan Braga: Salah Satu Ikonik Kota Bandung yang Digemari Pendatang
Pemerintah telah berupaya mengatasi masalah ini melalui program pemberian makanan tambahan. Meski demikian, tantangan yang dihadapi sangat besar, sehingga intervensi perlu didukung sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Gizi Buruk
Pemerintah di NTT bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita dan ibu hamil. Program ini menyediakan makanan tambahan bergizi, seperti biskuit bernutrisi tinggi dan makanan lokal sesuai kebutuhan gizi, untuk balita yang mengalami gizi buruk serta ibu hamil yang berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Baca Juga: Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja
Selain itu, posyandu juga berperan penting dalam pemantauan pertumbuhan balita, mencakup penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, serta pemberian vitamin. Edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya gizi seimbang juga diberikan untuk deteksi dini dan intervensi cepat.
Peran Makanan Sehat
Makanan sehat sangat penting bagi tubuh untuk menjaga fungsi organ dan memastikan kinerja optimal. Makanan sehat umumnya mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan tubuh. Mengonsumsi beragam jenis makanan tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi tetapi juga mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara optimal.
Masalah gizi buruk di NTT adalah hasil dari interaksi berbagai faktor ekonomi, sosial, dan geografis. Upaya yang telah dilakukan belum cukup tanpa perbaikan yang lebih signifikan dalam distribusi pangan, layanan kesehatan, pendidikan, serta infrastruktur. Harapannya, dengan adanya komitmen kuat dari pemerintah, organisasi nasional dan internasional, serta partisipasi masyarakat, masalah gizi buruk di NTT bisa diatasi. Masa depan anak-anak di NTT dapat lebih cerah dengan asupan makanan sehat dan gizi yang memadai.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.