Krajan.id – Mahasiswa KKN Moderasi Beragama dari Posko 57 UIN Walisongo Semarang telah sukses menyelenggarakan seminar bertema “Membangun Keharmonisan di Desa Kebumen Melalui Moderasi Antarumat Beragama” di Balai Desa Kebumen, Sabtu (27/07/2024). Acara ini dihadiri oleh perangkat desa, tokoh masyarakat, dan berbagai organisasi keagamaan seperti NU, Anshor, Fatayat, IPNU, IPPNU, serta Muhammadiyah.
Meskipun masyarakat Desa Kebumen mayoritas beragama Islam, tidak dapat dimungkiri diadakannya seminar moderasi beragama yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat agar tetap menjaga keharmonisan serta kerukunan antarumat beragama di Desa Kebumen.
Winarto, dosen UIN Walisongo Semarang, menjadi narasumber utama dalam seminar ini. Ia menekankan bahwa moderasi beragama tidak hanya relevan bagi umat Islam, tetapi juga bagi semua agama di Indonesia.
Selain berkaitan dengan semua agama, berkaitan pula dengan program-program pemerintah bahkan program-program di tingkat desa, termasuk pendidikan. Mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi yang salah satu contohnya adalah diterapkannya mata kuliah moderasi beragama di Perguruan Tinggi.
Winarto menyatakan, “Moderasi beragama adalah komitmen terhadap kebangsaan dan cara untuk memperkuat cinta tanah air ‘Hubbul Wathon Minal Iman’.”
Perbedaan merupakan suatu keniscayaan yang mana suatu bentuk sikap saling melengkapi. Munculnya moderasi beragama sudah ada sejak lahirnya Islam.
“Orang yang beragama harus mengakui Bhineka Tunggal Ika, yang mana bukan hanya golongan Nasionalis saja, tetapi di agama juga diajarkan bagaimana menghargai perbedaan. Oleh karena itu, adanya perbedaan di Desa Kebumen ini justru memperindah suasana,” tutur Winarto.
Keberadaan moderasi beragama menghubungkan antara agama dengan negara. Dalam hal ini, agama dan negara bisa berjalan beriringan. Orang yang ingin mengabdi kepada negara dapat diimplementasikan melalui agama. Sumber-sumber moderasi beragama dalam teologi Islam berasal dari KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab At-Tauhid oleh Abu Mansyur Al-Maturidzi.
Empat indikator moderasi beragama yang disampaikan Winarto meliputi: (1) Harus setia terhadap bangsa atau komitmen terhadap kebangsaan; (2) Toleransi, satu dengan yang lain harus saling menghormati; (3) Anti kekerasan; (4) Penghormatan terhadap tradisi.
Diharapkan, melalui seminar ini, masyarakat Desa Kebumen semakin memahami pentingnya moderasi beragama dan mampu mengamalkan ibadah dengan sikap yang moderat, sehingga tercipta suasana harmonis yang penuh toleransi.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.