Solusi Tolak Sisa Makanan: Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Perkenalkan Composting kepada Generasi Muda

Sesi foto bersama panitia dengan partisipan. (doc. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur)
Sesi foto bersama panitia dengan partisipan. (doc. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur)

Surabaya, Krajan.id – Upaya inspiratif dalam meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap pengelolaan limbah makanan dilakukan oleh Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur. Melalui kampanye bertajuk “Gerakan Tolak Sisa Makanan”, acara ini berlangsung di SMP Al Falah Darussalam dengan menghadirkan Ayu Andini, mahasiswa Argo Teknologi UPN “Veteran” Jawa Timur, sebagai pemateri utama. Ayu dikenal sebagai salah satu mahasiswa yang mendalami isu pengelolaan limbah makanan dan keberlanjutan lingkungan.

Kampanye ini diprakarsai oleh tim mahasiswa yang terdiri dari Anisa Nur, Emilliana Putri, Hikma Nurma, Nabilah Daffa, dan Sarah Syahida. Mereka mengusung visi untuk menciptakan generasi muda yang sadar akan pentingnya mengelola konsumsi makanan secara bertanggung jawab, guna mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi sisa makanan.

Bacaan Lainnya

Sesi pemaparan materi oleh pemateri. (doc. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur)

Sesi pemaparan materi oleh pemateri. (doc. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur)

Dalam pemaparannya, Ayu Andini mengungkap data mengejutkan bahwa Indonesia menghasilkan 23-48 juta ton sampah setiap tahun, dengan limbah makanan menjadi salah satu kontributor terbesar. “Sisa makanan tidak hanya menyumbang emisi gas metana yang memicu pemanasan global, tetapi juga berkontribusi pada krisis pangan dunia dan ancaman kesehatan masyarakat,” jelas Ayu.

Ayu juga mengangkat isu lokal dengan mencontohkan kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo di Surabaya, yang setiap hari menerima 1.800 ton sampah, melebihi kapasitas pengolahannya yang hanya 1.000 ton.

“Kondisi ini menunjukkan perlunya langkah konkret untuk mengurangi limbah hingga 500-600 ton per hari. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan prinsip 3R: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang),” tambah Ayu.

Ia juga menyoroti kontribusi sampah tersebut dari wilayah sekitar seperti Sidoarjo, Gresik, dan Mojokerto yang turut menyumbang tingginya volume sampah di Surabaya.

Sebagai solusi untuk mengurangi sampah khususnya pada sisa makanan, Ayu Andini juga memperkenalkan metode composting atau pengomposan, yang dapat dilakukan dengan mudah oleh siswa SMP di rumah.

Langkah pertama adalah memisahkan sampah organik, seperti sisa nasi, sayuran, buah-buahan, kulit telur, dan dedaunan, dari sampah anorganik seperti plastik atau logam. Setelah itu, sampah organik tersebut dimasukkan ke dalam wadah khusus, seperti ember atau tong berlubang kecil untuk memastikan sirkulasi udara yang baik.

Baca Juga: Mahasiswa Amikom Yogyakarta Gelar Pelatihan untuk Pengurus LKS Raharja Desa Kedungkeris Bersama Seniorlife

Agar proses penguraian berjalan lebih cepat, Ayu menyarankan penggunaan aktivator, seperti pupuk starter atau biang kompos, yang dicampurkan secara merata dengan bahan-bahan organik. Campuran ini perlu diaduk secara rutin setiap 3-4 hari untuk memastikan sirkulasi udara tetap terjaga dan mempercepat dekomposisi. Dalam waktu 2-3 bulan, sampah organik akan berubah menjadi kompos yang kaya nutrisi dan dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.

“Kompos hasil pengolahan ini tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga lebih bermanfaat bagi tumbuhan dibandingkan pupuk anorganik. Dengan langkah sederhana seperti ini, kita bisa membantu mengurangi sisa makanan sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan,” ujar Ayu.

Pemateri Ayu Andini memaparkan materi terkait gerakan tolak sisa makanan. (doc. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur)
Pemateri Ayu Andini memaparkan materi terkait gerakan tolak sisa makanan. (doc. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur)

Metode ini pun mendapat respons positif dari para siswa, karena selain mudah dilakukan, manfaatnya dirasakan langsung dalam mendukung gaya hidup ramah lingkungan.

Baca Juga: Dari Gulma Jadi Energi: Inovasi Biobriket Eceng Gondok Waduk Cengklik sebagai Sumber Energi Terbarukan Desa Ngargorejo

Anisa Nur, salah satu panitia kampanye, menyatakan harapannya bahwa kegiatan ini dapat menanamkan kebiasaan positif sejak dini.

“Kami yakin perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Jika kebiasaan tidak menyisakan makanan dan mengelola sampah diterapkan secara konsisten, kita bisa mencegah krisis lingkungan yang lebih parah di masa depan,” ungkapnya.

Kampanye ini mendapat respons positif dari siswa dan para pendidik SMP Al Falah Darussalam. Penyampaian materi yang berbasis data, jelas, dan disampaikan dengan cara interaktif membuat acara ini menarik sekaligus edukatif. Harapannya, inisiatif ini dapat menginspirasi institusi lain untuk mengambil langkah serupa dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *