Desa Gandu Wetan, Krajan.id – Dalam beberapa dekade terakhir, konsep ekonomi hijau dan gaya hidup ramah lingkungan menjadi semakin relevan untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan dan pembangunan yang semakin kompleks.
Kerusakan alam yang disebabkan oleh aktivitas manusia telah memicu persoalan mendasar seperti pencemaran sampah, penggunaan plastik berlebihan, hingga bencana alam yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
Berbagai solusi pun mulai dikembangkan, salah satunya adalah pendekatan ekonomi berbasis alam, yang bertujuan memperbaiki kondisi lingkungan sekaligus mengedepankan kesejahteraan manusia.
Salah satu konsep yang kini menjadi perhatian adalah blue economy atau ekonomi biru. Konsep ini digagas oleh ekonom asal Belgia, Gunter Pauli, sebagai alternatif dari konsep ekonomi hijau.
Pauli berpendapat bahwa ekonomi biru lebih mendasar karena tidak hanya sekadar ramah lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan alam dan keanekaragaman hayati.
Di Indonesia, praktik ekonomi biru sebenarnya telah lama berlangsung dalam masyarakat adat seperti Dayak dan Baduy. Mereka menjaga kelestarian alam sebagai inti dari kehidupan mereka, serta menerapkan prinsip-prinsip yang mendukung keberlanjutan. Setidaknya, ada tujuh prinsip dasar yang diusung dalam ekonomi biru:
- Mengutamakan lokalitas dengan menggunakan bahan baku lokal sesuai kebutuhan.
- Memanfaatkan energi yang mudah diakses dan terbarukan.
- Mengembangkan inovasi berbasis pengetahuan lokal, budaya, dan lingkungan.
- Menjaga keanekaragaman hayati.
- Mengedepankan kolaborasi dan kooperasi ekonomi, bukan persaingan.
- Memastikan manfaat pembangunan dirasakan secara adil, inklusif, dan holistik.
- Mengelola limbah secara minim agar alam dapat bekerja secara alami.
Gerakan ini menjadi semacam angin segar di tengah kondisi bumi yang kian mengkhawatirkan. Konsep ekonomi berbasis alam mengajarkan bahwa manusia tidak lagi bisa mengeksploitasi sumber daya alam secara masif. Sebaliknya, harus ada perubahan menuju perilaku sehat yang lebih ramah lingkungan, pengetahuan yang lebih terarah, serta teknologi tepat guna yang mampu mengurangi ketimpangan sosial dan memperbaiki kondisi lingkungan.
Kontribusi Desa Gandu Wetan dalam Ekonomi Biru
Di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Desa Gandu Wetan menjadi salah satu contoh nyata penerapan prinsip-prinsip ekonomi biru. Desa ini terkenal dengan pemandangannya yang asri dan udaranya yang sejuk. Mayoritas warganya adalah petani kopi dan jambu, namun sejak tahun 2016, mereka mulai membudidayakan tanaman Strobilanthes cusia, yang dikenal sebagai penghasil pewarna alami berwarna biru.
Tanaman ini tidak hanya menambah nilai ekonomis, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan. Saat ini, sekitar 170 petani di Desa Gandu Wetan terlibat dalam budidaya Strobilanthes cusia di lahan seluas 65 hektar, yang berada di antara ladang kopi dan jambu.
Pewarna alami yang dihasilkan dari tanaman ini diolah dan dipasarkan oleh berbagai UMKM di Temanggung, Solo, dan Yogyakarta, salah satunya adalah Shibiru, sebuah usaha yang bergerak dalam pembuatan kain dan bahan pewarna alami.
“Produk pewarna alam ini telah diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, Amerika, dan Eropa. Ini adalah bukti bahwa produk lokal desa bisa menembus pasar global,” dikutip krajan.id dari situs kanaldesa.com.
Hal ini menunjukkan bahwa Desa Gandu Wetan tidak hanya memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana, tetapi juga mampu memaksimalkan potensi ekonomi yang dimiliki dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Pewarna alami memang bukan hal baru di Indonesia. Sejak lama, masyarakat menggunakan pewarna alam dalam proses produksi tekstil. Namun, seiring perkembangan zaman, pewarna berbahan kimia semakin banyak digunakan, baik dalam skala kecil maupun besar.
Sayangnya, pewarna kimia sering kali menyebabkan pencemaran air, yang pada akhirnya berdampak buruk pada lingkungan. Oleh karena itu, gerakan kembali ke pewarna alami menjadi semakin relevan saat ini.
Baca Juga: Mahasiswa KKN UMK Sukses Gelar Lokakarya Digitalisasi Pemasaran Produk UMKM di Desa Mangunanlor
Produk pewarna alami dari Desa Gandu Wetan telah berhasil menyebarkan warna biru pada berbagai produk tekstil di Indonesia dan dunia. Desa ini telah membuktikan bahwa gerakan ekonomi biru bukan hanya konsep teori, tetapi bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Desa Gandu Wetan adalah salah satu contoh nyata bagaimana masyarakat desa berperan aktif dalam gerakan yang mendukung keberlanjutan alam dan lingkungan.
Menuju Masa Depan Ekonomi Biru
Indonesia sebagai negara dengan keragaman hayati yang melimpah, hutan yang luas, serta kekayaan laut yang besar, memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam penerapan ekonomi biru. Gerakan kecil dari Desa Gandu Wetan ini adalah bagian penting dari mata rantai perubahan tersebut.
Suara nyaring dari desa ini memperlihatkan bahwa penerapan ekonomi yang memihak pada lingkungan adalah jawaban dari krisis yang dialami bumi saat ini.
Gunter Pauli mengatakan, “Inovasi, gotong royong, dan semangat kewirausahaan adalah kunci dalam penerapan ekonomi biru.” Indonesia, dengan segala kekayaannya, sudah seharusnya mulai bergerak ke arah pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan adil.
Desa Gandu Wetan hanyalah satu dari ribuan desa di Indonesia, namun kontribusi mereka dalam ekonomi biru menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tindakan kecil. Pewarna alami dari desa ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi, tetapi juga menjadi jawaban atas kebutuhan dunia akan produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.