Peningkatan kasus diabetes pada anak-anak di Indonesia menjadi masalah serius yang patut mendapat perhatian. Berdasarkan laporan terbaru, kasus diabetes pada anak melonjak hingga 70% pada awal tahun 2023, dan angka ini terus bertambah hingga saat ini. Salah satu penyebab utama adalah gaya hidup anak-anak yang semakin kurang bergerak, dipengaruhi oleh penggunaan gadget yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, pola konsumsi makanan yang tinggi gula dan rendah nutrisi juga menjadi faktor yang memperparah kondisi ini.
Sumber dari Halodoc menyebutkan bahwa diabetes tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga semakin sering ditemui pada anak-anak. Banyak faktor yang menyebabkan diabetes pada anak, dan para orang tua perlu waspada terhadap perubahan gaya hidup yang tidak sehat pada anak-anak mereka.
Pola Konsumsi yang Mengkhawatirkan
Menurut Direktur Bidang P2P Kementerian Kesehatan, pola makan anak-anak yang cenderung mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula dan lemak jenuh serta rendah serat menjadi salah satu pemicu utama diabetes pada usia dini.
Minuman kemasan, makanan cepat saji, serta camilan yang sarat dengan kandungan gula sering kali menjadi bagian dari konsumsi harian anak-anak di Indonesia. Jika pola konsumsi ini terus dibiarkan, maka risiko diabetes tipe II akan semakin meningkat. Kondisi ini diperparah dengan minimnya aktivitas fisik, yang pada akhirnya meningkatkan resistensi insulin dan menambah berat badan secara drastis.
Kondisi ini telah menjadi kebiasaan sejak dini, seperti yang dijelaskan oleh seorang pejabat Kementerian Kesehatan: “Anak-anak secara alami suka makanan manis, dan makanan instan sudah menjadi favorit mereka. Secara tidak langsung, kebiasaan ini membebani kesehatan mereka sejak kecil. Orang tua harus lebih memperhatikan, mengawasi, dan mengajarkan anak-anak mereka untuk membatasi konsumsi gula serta menjalani gaya hidup sehat.”
Data yang Mengejutkan
Berdasarkan laporan dari detiksumbagsel.com, kasus diabetes tipe 1 pada anak-anak usia 12 hingga 18 tahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini diperkuat oleh data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang menyatakan bahwa deteksi dini yang lebih baik turut menyumbang pada peningkatan kasus yang terlapor.
Pada bulan Januari 2023, IDI melaporkan bahwa prevalensi kasus diabetes pada anak-anak meningkat 70 kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2010. Saat itu, hanya ada 0,028 kasus per 100.000 anak. Kini, jumlah tersebut melonjak menjadi 2 per 100.000 anak. Sebagian besar kasus yang ditemukan adalah diabetes tipe 1, sementara diabetes tipe 2 menyumbang sekitar 5-10% dari total kasus.
Sebanyak 1.645 anak tercatat menderita diabetes melitus yang tersebar di 13 kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Yang mengkhawatirkan, hampir 60% dari penderita ini adalah anak perempuan. Berdasarkan kelompok usia, sebanyak 46% penderita diabetes adalah anak-anak berusia 10-14 tahun, sementara 31% berusia di atas 14 tahun.
Data ini menandakan bahwa jika tidak ditangani dengan serius, peningkatan kasus diabetes pada anak akan berdampak buruk pada masa depan bangsa. Generasi penerus yang diharapkan dapat memajukan negara justru akan tumbuh dengan berbagai penyakit kronis yang mengganggu produktivitas mereka.
Memahami Diabetes pada Anak
Secara umum, masyarakat sudah cukup akrab dengan istilah diabetes, sebuah gangguan kesehatan kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Namun, masih banyak yang mengira bahwa diabetes hanya menyerang orang dewasa.
Faktanya, diabetes juga dapat menyerang anak-anak, dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami apa itu diabetes pada anak, bagaimana cara mencegahnya, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk menangani penyakit ini.
Ada dua jenis diabetes yang paling umum pada anak-anak, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kurangnya produksi insulin akibat kerusakan sel beta pada pankreas. Sementara itu, diabetes tipe 2 biasanya disebabkan oleh resistensi insulin, meskipun kadar insulin dalam darah normal.
Penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik dan autoimun, sedangkan diabetes tipe 2 lebih sering dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat dan kegemukan.
Baca Juga: Dampak Buruk Hilirisasi Nikel: Hilirisasi atau Eksploitasi?
Gejala diabetes pada anak, baik tipe 1 maupun tipe 2, sering kali sulit dibedakan. Anak-anak mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas, tetapi dalam beberapa kasus, mereka bisa mengalami gejala seperti sering haus dan buang air kecil, nafsu makan meningkat, berat badan turun tanpa sebab, kelelahan, gangguan penglihatan, dan luka yang sulit sembuh.
Gejala-gejala ini patut diwaspadai oleh para orang tua, terutama jika anak juga menunjukkan tanda-tanda perubahan gaya hidup yang semakin tidak sehat.
Faktor Risiko dan Pencegahan
Salah satu penyebab utama diabetes pada anak-anak adalah faktor keturunan. Jika orang tua atau saudara kandung mengidap diabetes, maka risiko anak untuk terkena penyakit ini juga akan meningkat. Selain itu, infeksi virus tertentu dapat merusak sel-sel pankreas yang memproduksi insulin, yang akhirnya mengakibatkan diabetes.
Obesitas juga menjadi faktor risiko utama, terutama untuk diabetes tipe 2. Anak-anak yang memiliki jaringan lemak berlebih cenderung mengalami resistensi insulin, yang pada akhirnya meningkatkan kadar gula darah.
Baca Juga: Kecanduan Game Online: Penyakit Masa Kini yang Merusak Masa Depan
Untuk mencegah diabetes pada anak, sangat penting bagi orang tua untuk menerapkan pola hidup sehat sejak dini. Pola makan yang seimbang, kaya akan serat dan rendah gula, sangat dianjurkan. Anak-anak harus dibiasakan untuk mengonsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein sehat. Aktivitas fisik yang teratur juga sangat penting.
Dengan membatasi waktu anak-anak di depan layar dan mendorong mereka untuk bermain di luar atau mengikuti kegiatan olahraga, risiko diabetes dapat diminimalisir. Orang tua juga harus aktif mengajarkan anak-anak mereka untuk menjalani gaya hidup sehat dengan memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah Teknologi Deteksi yang Lebih Baik Menjadi Penyebab Lonjakan Kasus?
Ada beberapa pandangan yang menyatakan bahwa lonjakan kasus diabetes pada anak juga bisa disebabkan oleh kemajuan teknologi dalam diagnosis. Di masa lalu, mungkin banyak kasus diabetes pada anak-anak yang tidak terdeteksi.
Namun, dengan teknologi yang lebih canggih dan kesadaran yang meningkat, lebih banyak kasus yang teridentifikasi. Dengan adanya deteksi dini, dokter bisa lebih cepat menangani pasien, sehingga meskipun jumlah total penderita mungkin tetap sama, data kasus yang dilaporkan mengalami peningkatan.
Namun demikian, faktor gaya hidup tetap menjadi penyebab utama diabetes pada anak-anak di Indonesia. Kemudahan akses terhadap makanan cepat saji dan minuman tinggi gula, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik akibat penggunaan gadget, adalah kombinasi yang mematikan bagi kesehatan anak-anak. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup harus menjadi fokus utama dalam upaya menekan angka kasus diabetes pada anak-anak.
Baca Juga: Benih Padi Hibrida: Solusi untuk Ketahanan Pangan Nasional
Peningkatan kasus diabetes pada anak di Indonesia merupakan sebuah sinyal bahaya yang harus segera ditanggapi oleh masyarakat, terutama para orang tua. Gaya hidup modern yang serba cepat dan instan tidak hanya mempengaruhi kesehatan orang dewasa, tetapi juga anak-anak.
Dengan pola makan yang tidak sehat dan aktivitas fisik yang minim, risiko diabetes pada anak semakin tinggi. Masyarakat perlu lebih waspada terhadap kebiasaan yang dijalani anak-anak dan berperan aktif dalam memberikan contoh hidup sehat. Deteksi dini dan penanganan yang tepat juga sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dari penyakit ini.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.