Masyarakat Minangkabau memiliki tradisi adat yang sangat kaya dan penuh makna, salah satunya yaitu Batagak Penghulu. Batagak penghulu merupakan sebuah acara adat yang berasal dari masyarakat Minangkabau, yang bertujuan untuk mengangkat dan meresmikan seorang penghulu atau biasa disebut datuak atau pemimpin klan.[1]
Acara adat ini memiliki makna yang dalam dan melibatkan berbagai tahapan serta simbolisme yang kaya. Acara ini menjadi momen penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena berfungsi sebagai pengukuhan pemimpin adat atau datuak dalam struktur suku.
Pada upacara adat tradisi batagak Penghulu dalam suku Chaniago di Nagari Sialang Gaung, tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari pelestarian adat, tetapi juga representasi nilai-nilai kebersamaan dan identitas budaya lokal.
Namun, pelaksanaan Batagak Penghulu di Sialang Gaung memiliki keunikan tersendiri yang mencerminkan harmoni antara adat dan konteks kehidupan modern. Ini menciptakan dinamika yang menarik untuk dibahas lebih jauh.
Dalam tulisan ini, saya akan mengangkat Batagak Penghulu sebagai simbol peran adat di tengah tantangan modernisasi dan kebutuhan masyarakat untuk menjaga tradisi tanpa kehilangan relevansi di era globalisasi.
Masyarakat Minangkabau memiliki tradisi adat yang sangat kaya dan penuh makna, salah satunya merupakan Batagak Penghulu. Acara ini menjadi momen penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena berfungsi sebagai pengukuhan pemimpin adat atau datuak dalam struktur suku. Dalam konteks Suku Chaniago di Nagari Sialang Gaung, tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari pelestarian adat, tetapi juga representasi nilai-nilai kebersamaan dan identitas budaya lokal.
Batagak Penghulu yang dilakukan oleh suku Chaniago merupakan tradisi yang berfungsi sebagai pilar identitas sosial dan kebersamaan, yang mana pilar identitas sosial merupakan unsur-unsur dasar yang membentuk dan mempengaruhi identitas individu atau kelompok dalam suatu masyarakat. Identitas sosial adalah bagian dari cara individu atau kelompok mendefinisikan diri mereka dalam konteks hubungan sosial dan budaya.[2]
Menurut pandangan saya, tradisi Batagak Penghulu di Suku Chaniago tidak hanya berfungsi sebagai acara adat, tetapi juga sebagai pilar yang menjaga identitas sosial masyarakat di tengah ancaman homogenisasi budaya akibat modernisasi.
Melalui pelaksanaan acara ini, masyarakat tidak hanya mengenang warisan leluhur, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial dan rasa kebersamaan yang semakin tergerus dalam kehidupan yang mengedepankan sifat individualistik.
Saya percaya bahwa pelaksanaan Batagak Penghulu bukan hanya soal melestarikan tradisi, tetapi juga sebuah manifestasi dari nilai-nilai bersama, seperti gotong royong, kepemimpinan yang bijaksana, dan penghormatan terhadap norma sosial. Perspektif ini berbeda dari pandangan umum yang sering kali memandang tradisi sebagai sesuatu yang statis dan terisolasi dari perkembangan zaman
- Batagak Penghulu sebagai Simbol Kepemimpinan yang Demokratis
Salah satu aspek menarik dari tradisi Batagak Penghulu merupakan proses demokratis dalam memilih penghulu. Sebelum acara dilaksanakan, masyarakat Suku Chaniago akan mengadakan musyawarah untuk menentukan siapa yang layak menjadi penghulu. Kriteria yang digunakan meliputi kebijaksanaan, kedewasaan, dan kemampuan untuk memimpin kaum secara bijaksana.
Musyawarah ini menjadi contoh nyata dari praktik demokrasi yang berakar pada budaya lokal. Dalam sebuah penelitian oleh Navis, tradisi musyawarah dalam adat Minangkabau dianggap sebagai bentuk demokrasi tradisional yang sangat relevan dengan nilai-nilai modern.
Di era di mana banyak masyarakat mulai kehilangan kepercayaan pada sistem demokrasi formal, tradisi ini mengajarkan bahwa kepemimpinan yang baik berasal dari musyawarah dan konsensus bersama.
- Penguatan Solidaritas Sosial melalui Pelaksanaan Acara
Pelaksanaan Batagak Penghulu melibatkan seluruh lapisan masyarakat Suku Chaniago di Sialang Gaung. Setiap anggota kaum memiliki peran masing-masing, mulai dari persiapan tempat, penyediaan konsumsi, hingga pelaksanaan seni dan ritual adat.
Proses ini memperlihatkan pentingnya gotong royong dan kebersamaan dalam tradisi Minangkabau, masyarakat mengumpulkan dana secara kolektif untuk membiayai kebutuhan acara, seperti jamuan makan dan hiburan.
Dalam konteks kehidupan modern yang sering kali terfragmentasi, tradisi ini menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial. Nilai solidaritas inilah yang membuat Batagak Penghulu tidak hanya menjadi ritual adat, tetapi juga mekanisme penguatan hubungan sosial di masyarakat.
- Adaptasi Tradisi di Tengah Tantangan Modernisasi
Pelaksanaan Batagak Penghulu di Sialang Gaung juga menunjukkan kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sebagai contoh, dokumentasi prosesi Batagak Penghulu suku Chaniago di Sialang Gaung menggunakan teknologi modern, seperti video dan media sosial, sehingga dapat menjangkau generasi muda yang mungkin kurang akrab dengan tradisi ini.
Selain itu, elemen-elemen seni yang ditampilkan selama acara, seperti tari pasambahan dan silek sering kali disesuaikan agar lebih menarik bagi penonton modern. Hal ini menunjukkan bahwa Batagak Penghulu bukan tradisi yang kaku, tetapi mampu berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
- Peran Batagak Penghulu dalam Mempertahankan Identitas Lokal
Di era globalisasi, banyak masyarakat adat yang menghadapi tantangan kehilangan identitas budaya. Namun, pelaksanaan Batagak Penghulu menjadi salah satu cara masyarakat Suku Chaniago di Sialang Gaung menjaga keunikan budaya mereka. Tradisi ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai lokal dapat bertahan bahkan di tengah tekanan homogenisasi budaya global.
Sebagai contoh, penghulu yang diangkat melalui acara ini diharapkan tidak hanya menjadi pemimpin kaum, tetapi juga menjadi penjaga adat dan jembatan antara generasi tua dan muda. Hal ini menciptakan kesinambungan budaya yang sangat penting untuk keberlanjutan tradisi lokal.
Pada tanggal 29 Desember, tahun 2024, salah satu keluarga besar Suku yang ada di Nagari Sialang Gaung, yaitu suku Chaniago menyelenggarakan Batagak Penghulu untuk mengangkat penghulu baru untuk mengisi jabatan kosong dari Datuak Maharajo Kayo yang sudah meninggal serta pergantian dan pelantikan dari para penghulu suku Chaniago. Proses pelaksanaannya melibatkan seluruh kaum dan berjalan dengan lancar meskipun ada berbagai tantangan, seperti kurangnya keterlibatan generasi muda.
Namun, melalui kerja sama, masyarakat berhasil menyelenggarakan acara ini dengan meriah. Prosesi tersebut juga didokumentasikan dan dibagikan melalui platform media sosial, sehingga menarik perhatian masyarakat Minangkabau yang tinggal di perantauan. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa tradisi adat masih memiliki tempat penting di tengah masyarakat modern.
Pesan utama yang ingin disampaikan melalui tulisan ini merupakan bahwa tradisi seperti Batagak Penghulu mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga identitas sosial dan budaya masyarakat. Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur, tetapi juga menjadi mekanisme untuk memperkuat solidaritas sosial dan menciptakan kepemimpinan yang berbasis nilai.
Pelestarian tradisi ini merupakan tanggung jawab bersama, baik oleh masyarakat lokal maupun pemerintah daerah. Dengan mendukung pelaksanaan Batagak Penghulu melalui berbagai cara, seperti memberikan subsidi atau promosi melalui media digital, tradisi ini dapat terus berkembang dan relevan di tengah perubahan zaman.
Kesimpulan
Batagak penghulu merupakan sebuah acara adat yang berasal dari masyarakat Minangkabau, yang bertujuan untuk mengangkat dan meresmikan seorang penghulu atau biasa disebut datuak atau pemimpin klan. Acara Batagak Penghulu di Suku Chaniago, Sialang Gaung, merupakan salah satu tradisi adat yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Prosesi ini tidak hanya menjadi sarana pengukuhan pemimpin adat, tetapi juga menjadi cerminan nilai-nilai kebersamaan, demokrasi, dan penghormatan terhadap leluhur.
Dalam perspektif modern, pelestarian tradisi ini menghadapi berbagai tantangan, seperti perubahan sosial dan globalisasi. Namun, dengan kemampuan masyarakat untuk beradaptasi, Batagak Penghulu dapat terus menjadi simbol kekuatan sosial dan identitas budaya yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Sialang Gaung dan Minangkabau pada umumnya membuktikan bahwa nilainilai lokal tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan modern. Tradisi bukanlah beban, tetapi warisan yang memperkaya dan memperkuat jati diri bangsa.
[1] Widara Salsabila Wardhana, Makna Simbolik Upacara Adat Batagak Pangulu Di Nagari Batipuah Baruahkecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar, Skripsi, Mahasiwa Prodi Ilmu
Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2022. Hlm. 17
[2] S. Kartini, Psikologi Sosial: Identitas Sosial dalam Kehidupan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2017. Hlm. 24