Generasi Alpha, Kurikulum Merdeka, dan Tantangan Bagi PAI

Nabilla Kusumawardhani, “Kesehatan Mental Generasi Alpha di Indonesia: Tinjauan Terkini dan Kekhawatirannya” (Source: kompasiana)
Nabilla Kusumawardhani, “Kesehatan Mental Generasi Alpha di Indonesia: Tinjauan Terkini dan Kekhawatirannya” (Source: kompasiana)

Generasi Alpha, yang mencakup anak-anak kelahiran tahun 2010 hingga 2025, adalah generasi yang tumbuh di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Mereka dikenal sebagai digital natives, generasi yang sejak lahir sudah terbiasa dengan perangkat digital dan internet. Namun, akrabnya mereka dengan teknologi juga membawa tantangan tersendiri.

Generasi ini memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya, seperti ketergantungan tinggi pada teknologi, rasa ingin tahu yang besar, dan kecenderungan meniru konten tanpa memikirkan etika atau dampak jangka panjangnya.

Bacaan Lainnya

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, hampir separuh anak usia dini di Indonesia—sekitar 33,44%—menggunakan ponsel, dan 24,96% mengakses internet. Teknologi, terutama media sosial, tidak hanya menawarkan pengaruh positif, tetapi juga membawa risiko besar.

Akses tanpa batas ke dunia maya membuka peluang terpapar konten negatif seperti kekerasan, perilaku tidak etis, dan nilai-nilai yang mungkin bertentangan dengan ajaran Islam. Krisis moral ini semakin nyata dengan data UNICEF tahun 2021 yang menunjukkan bahwa 45% dari 2.777 remaja usia 14-24 tahun di Indonesia pernah mengalami cyberbullying.

Realita ini memunculkan ironi dalam dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI). Meskipun pembelajaran PAI telah diterapkan di sekolah, tampaknya belum cukup untuk mengatasi masalah krisis moral yang semakin kompleks.

Kurikulum Merdeka yang kini diterapkan menawarkan kebebasan dan fleksibilitas dalam proses belajar-mengajar, berfokus pada student-centered learning. Namun, jika kebebasan ini tidak dibarengi dengan penguatan nilai-nilai agama, kurikulum ini bisa membuka celah bagi pengaruh yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Lalu, bagaimana PAI menanggapi tantangan ini?

Pendekatan Baru dalam PAI untuk Generasi Alpha

PAI memiliki peran vital dalam membentuk karakter moral Generasi Alpha. Namun, pendekatan tradisional seperti metode ceramah dan hafalan tidak lagi memadai. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib berkata, “Didiklah anak-anak sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zamannya, bukan di zamanmu.”

Pertama, metode pembelajaran PAI harus relevan dengan gaya hidup digital Generasi Alpha. Penggunaan media sosial dan teknologi digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan konten Islami yang edukatif. Guru PAI dapat membuat konten video pendek Islami di TikTok atau Instagram, menggunakan aplikasi seperti Canva dan Minecraft Education Edition untuk bahan ajar, hingga membuat podcast interaktif antara guru dan siswa.

Baca Juga: Mengoptimalkan Sumber Daya Pangan Nasional untuk Masa Depan Indonesia

Kedua, meski Kurikulum Merdeka berfokus pada student-centered learning, bimbingan dan pengawasan intens tetap diperlukan. Anak-anak belum sepenuhnya mampu belajar mandiri, dan cenderung meniru perilaku lingkungan sekitar mereka. Oleh karena itu, guru PAI perlu berperan aktif dalam memberikan pengajaran moral dan agama yang kokoh.

Kebebasan belajar yang ditawarkan Kurikulum Merdeka harus tetap dibingkai dalam norma-norma agama, sehingga siswa memiliki landasan yang kuat untuk mengeksplorasi minat mereka tanpa melanggar nilai-nilai Islam.

Kolaborasi dalam Membentuk Karakter Generasi Alpha

Pendidikan moral tidak bisa berdiri sendiri. Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat penting dalam membentuk karakter Generasi Alpha. Di sekolah, guru harus konsisten menanamkan nilai-nilai Islam, sementara orang tua berperan menjaga moral anak-anak di rumah, terutama dalam mengawasi penggunaan perangkat digital.

Masyarakat juga perlu menciptakan ekosistem sosial yang mendukung, dengan menyediakan lingkungan digital yang sehat dan Islami.

Baca Juga: Kenaikan UKT dan Demonstrasi Mahasiswa, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Dengan tantangan era digital dan penerapan Kurikulum Merdeka, PAI perlu berinovasi dan beradaptasi. Inovasi dalam teknologi pembelajaran, adaptasi materi ajar yang relevan, serta kolaborasi antara berbagai pihak akan menjadi kunci keberhasilan dalam membentuk generasi yang kuat dalam iman dan akhlaknya.

Hanya dengan upaya bersama, kita dapat memastikan Generasi Alpha menjadi generasi yang unggul tidak hanya dalam teknologi, tetapi juga dalam moralitas dan spiritualitas.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *