Krajan.id – Sebuah inovasi kreatif yang digagas oleh Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Merdeka Belajar Kampus Merdeka (KKN MBKM) Universitas Riau (UNRI) telah menginspirasi masyarakat Desa Banjar Panjang untuk memanfaatkan limbah minyak jelantah yang biasanya hanya dibuang begitu saja. Sosialisasi dan demonstrasi pembuatan lilin aroma terapi dari limbah minyak jelantah ini diadakan pada pukul 9.00 pagi di Balai Desa Banjar Panjang, dihadiri lebih dari 40 ibu-ibu rumah tangga dan anggota PKK desa setempat.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Mahasiswa KKN MBKM UNRI dengan tujuan utama untuk mengedukasi dan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan limbah rumah tangga, khususnya minyak jelantah, yang sering kali diabaikan.
“Sasaran dalam kegiatan Sosialisasi dan Demografi Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah menjadi Lilin Aroma Terapi ini adalah Ibu-Ibu Rumah tangga dan PKK, dan jumlah peserta yang hadir lebih dari 40 orang,” kata Reisty Alfia, mahasiswi Pendidikan Biologi dari FKIP UNRI yang turut serta dalam kegiatan ini.
Dalam wawancara, Reisty menjelaskan alasan utama mengapa tim KKN memilih topik ini. “Minyak jelantah sering kali tidak dikelola dengan baik di lingkungan masyarakat. Hal ini bisa menyebabkan rusaknya lingkungan sekitar. Pencemaran lingkungan akibat limbah minyak jelantah ini dapat berdampak negatif pada kesehatan masyarakat dan ekosistem setempat,” jelasnya, Selasa (27/8/2024).
Lebih lanjut, Reisty menekankan bahwa kegiatan ini sejalan dengan tujuan KKN, yaitu memberdayakan masyarakat desa melalui transfer pengetahuan dan teknologi. Dengan memanfaatkan limbah minyak jelantah, tim KKN UNRI berharap dapat mendorong pemanfaatan sumber daya lokal secara efektif dan efisien.
Masyarakat Desa Banjar Panjang, khususnya ibu-ibu PKK, memberikan respon yang sangat positif terhadap ide pembuatan lilin aroma terapi ini.
“Respon awal masyarakat desa Banjar Panjang khususnya Ibu PKK sebagian besar antusias dan memiliki rasa penasaran yang tinggi. Ide pembuatan lilin dari minyak jelantah ini membangkitkan rasa penasaran masyarakat untuk lebih mencari tahu proses pembuatan serta manfaatnya,” ujar Reisty.
Namun, seperti pada banyak inovasi baru, awalnya ada keraguan dari sebagian ibu-ibu. Meski begitu, setelah mengikuti kegiatan ini, semua keraguan itu hilang. Seluruh pertanyaan yang ada di benak ibu-ibu pun terjawab melalui sosialisasi dan demonstrasi yang dilakukan.
Reisty juga berbagi pandangan mengenai proses pembuatan lilin aroma terapi dari minyak jelantah, yang dia dan timnya ajarkan kepada peserta. “Tahap pembuatan lilin aroma terapi dimulai dari pencarian bahan-bahan utama seperti minyak jelantah yang kami kumpulkan dari warga-warga sekitar,” jelasnya.
Selanjutnya, minyak jelantah yang telah disaring dipanaskan di atas kompor sambil diaduk dengan panas sedang. Parafin kemudian ditambahkan dan diaduk hingga larut dan menyatu dengan minyak jelantah dengan perbandingan 1:1. Setelah itu, crayon bekas atau pewarna makanan dimasukkan untuk memberi warna pada lilin. Setelah larut, essential oil ditambahkan untuk memberikan aroma terapi. Larutan lilin kemudian dituangkan ke dalam wadah yang telah disiapkan dan dibiarkan hingga memadat.
Meski proses ini terlihat sederhana, ada beberapa tantangan yang dihadapi selama demonstrasi.
“Tantangan yang kami hadapi selama kegiatan berlangsung adalah kurangnya sarana dan prasarana dalam demonstrasi, sehingga banyak ibu-ibu yang tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut,” ungkap Reisty.
Dari kegiatan ini, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh masyarakat Desa Banjar Panjang. Secara ekonomi, produk lilin aroma terapi ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi peluang usaha baru di desa.
“Pemanfaatan minyak jelantah menjadi lilin aroma terapi dapat dijadikan peluang usaha yang memungkinkan dikembangkan di lingkungan masyarakat. Selain itu, limbah minyak jelantah dapat terkelola dengan baik sehingga dapat mencegah pencemaran lingkungan di masyarakat,” tambahnya.
Reisty juga menilai bahwa masyarakat Desa Banjar Panjang memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha berbasis lilin aroma terapi ini.
“Bahan dasar yang mudah ditemukan di masyarakat dan permintaan pasar yang cukup tinggi, baik di pasar lokal maupun nasional, menjadikan produk lilin aroma terapi sebagai peluang usaha yang memberdayakan masyarakat Desa, terutama bagi ibu rumah tangga dan pemuda desa yang belum memiliki pekerjaan tetap,” katanya.
Ibu-ibu PKK memainkan peran penting dalam kegiatan ini. Reisty menyampaikan bahwa keterlibatan mereka dari awal hingga akhir menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi.
“Sehingga besar harapan kami pengalaman mereka selama kegiatan dapat menjadi pedoman dalam membimbing masyarakat dalam mengembangkan produk ini,” ujar Reisty.
Ketika ditanya mengenai rencana keberlanjutan setelah kegiatan KKN ini berakhir, Reisty menjawab dengan optimis.
“Kami sangat berharap dilakukannya pelatihan lanjutan terkait pemanfaatan minyak jelantah setelah kegiatan KKN kami berakhir agar nantinya program pemanfaatan minyak jelantah ini dapat menjadi program unggulan dari Desa Banjar Panjang dan menjadi produk unggulan khas dari Desa,” harapnya.
Meskipun kegiatan ini berjalan dengan lancar, Reisty dan timnya menyadari bahwa mengubah kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan minyak jelantah tidaklah mudah. “Tantangan yang kami hadapi di antaranya masih banyak masyarakat yang terbiasa membuang minyak jelantah ke saluran pembuangan atau tanah,” katanya.
Namun, tim KKN UNRI tidak menyerah. Mereka berusaha mengatasi tantangan ini dengan memberikan edukasi yang komprehensif dan terus mendorong masyarakat untuk melihat manfaat langsung dari tindakan mereka dalam mengelola limbah.
Di akhir wawancara, Reisty menyampaikan harapannya terhadap keberlanjutan program ini. “Kami berharap pelatihan pembuatan lilin aroma terapi yang telah dijalankan dapat terus berproduksi secara mandiri dan berkelanjutan, tanpa harus terus-menerus bergantung pada pendampingan dari luar,” tuturnya.
Dia juga berharap agar pemerintah desa dan pemerintah daerah dapat memberikan dukungan penuh terhadap program ini, baik dalam bentuk kebijakan maupun anggaran.
Melalui kegiatan ini, Mahasiswa KKN MBKM UNRI tidak hanya memberikan solusi praktis untuk pengelolaan limbah, tetapi juga membuka peluang baru bagi masyarakat Desa Banjar Panjang untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.