Pewarna Alami Daun Pandan: Inovasi Pemanfaatan Tanaman Pandan menjadi Pewarna Alami Bebas Bahan Kimia

Sesi praktik pembuatan pewarna alami daun pandan. (doc. Pribadi)
Sesi praktik pembuatan pewarna alami daun pandan. (doc. Pribadi)

Krajan.id – Desa Sendangmulyo di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang sangat menjanjikan. Salah satu kelompok yang aktif memanfaatkan potensi ini adalah Kelompok Wanita Tani (KWT), yang selama ini telah menghasilkan produk seperti jahe bubuk dan sirup. Namun, di tengah beragam tanaman yang tumbuh di desa ini, pandan menjadi salah satu tanaman yang sering diabaikan, meskipun tumbuh subur di pekarangan rumah warga.

“Saat ini, daun pandan hanya kami gunakan sebagai tambahan untuk membuat makanan menjadi wangi. Belum ada pemanfaatan lain,” ungkap Ibu Tutik, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT).

Bacaan Lainnya

Pada Sabtu (20/7/2024), Vera Fariska, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Diponegoro, hadir di rumah Ibu Tutik untuk memperkenalkan inovasi pemanfaatan daun pandan menjadi pewarna alami yang bebas bahan kimia. Dalam kegiatan tersebut, Vera memberikan penjelasan serta praktik langsung mengenai proses pembuatan pewarna alami dari daun pandan.

Vera menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk memanfaatkan tanaman pandan yang melimpah di halaman rumah warga. “Dengan memanfaatkan daun pandan sebagai pewarna alami, kita bisa menciptakan produk yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki potensi nilai jual,” jelas Vera Fariska.

Kegiatan yang diikuti oleh anggota Kelompok Wanita Tani ini dimulai dengan penjelasan tentang kandungan dan manfaat daun pandan. Vera juga membagikan pamflet yang berisi prosedur pembuatan pewarna alami dari daun pandan, sehingga peserta dapat mempraktikkannya sendiri di rumah.

Proses pembuatan pewarna alami cukup sederhana. Daun pandan yang telah dipotong kecil-kecil diblender dengan perbandingan 10 lembar daun pandan untuk 100 ml air. Setelah diblender, campuran tersebut disaring untuk diambil sari airnya. Sari air ini kemudian disimpan di kulkas selama 2-3 hari hingga terbentuk endapan. Endapan inilah yang kemudian digunakan sebagai pewarna alami.

Sesi foto bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Kerjo, Desa Sendangmulyo. (doc. Pribadi)
Sesi foto bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Kerjo, Desa Sendangmulyo. (doc. Pribadi)

Selama sesi diskusi, antusiasme peserta sangat terasa. Beberapa anggota KWT yang hadir baru mengetahui cara pembuatan pewarna alami ini.

“Ternyata cukup mudah ya mbak cara pembuatannya,” ujar Ibu Tutik dengan penuh semangat. Vera juga menjawab berbagai pertanyaan terkait aroma dan cara penggunaan pewarna alami tersebut.

Baca Juga: Mahasiswa KKN Tim II UNDIP Inisiasi Gerakan Edukasi dan Pencegahan Penyakit Zoonosis Leptospirosis untuk Pengayaan Mata Pelajaran Biologi bagi Siswa MTs Negeri 1 Giriwono

Dengan adanya inovasi ini, Ibu Tutik dan anggota KWT merasa termotivasi untuk memanfaatkan daun pandan yang tumbuh subur di pekarangan rumah mereka. Mereka berharap dapat mengolahnya menjadi produk yang bernilai tambah, baik untuk kebutuhan sendiri maupun sebagai potensi usaha.

“Kami sangat terinspirasi dengan solusi yang diberikan. Ini bisa menjadi kegiatan tambahan yang bermanfaat,” tambah Ibu Tutik.

Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan lebih inovatif dalam memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar mereka, sehingga dapat menghasilkan produk yang tidak hanya bermanfaat tetapi juga memiliki peluang untuk meningkatkan ekonomi desa.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pembimbing : Erwin Adriono, S.T., M.T.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *