Desa Ujungmanik, Krajan.id – Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan, mahasiswa KKN Membangun Desa UNS Periode Juli-Agustus 2024 mengadakan kegiatan sosialisasi bertema “Pakaian Berkelanjutan” di Desa Ujungmanik.
Acara yang berlangsung di Balai Desa Ujungmanik pada (8/8/2024) ini berhasil menarik perhatian 82 anggota PKK desa, yang dengan antusias mengikuti pelatihan dan sosialisasi terkait konsep pakaian berkelanjutan.
Dalam wawancara, pada (10/9/2024) dengan mahasiswa KKN UNS, Nabilah Khoirunisah dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), terungkap bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai sampah pakaian dan barang-barang bekas seperti sepatu dan tas, yang sering kali langsung dibuang, padahal masih bisa diperbaiki dan dimanfaatkan kembali.
Menurut Nabilah, latar belakang pemilihan tema “Pakaian Berkelanjutan” berangkat dari kekhawatiran akan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap dampak lingkungan dari sampah pakaian.
“Banyak orang yang langsung membuang pakaian, sepatu, atau tas yang sudah rusak, padahal barang-barang tersebut masih bisa diperbaiki atau dimanfaatkan kembali,” ungkap Nabilah. Oleh karena itu, konsep pakaian berkelanjutan menjadi sangat relevan untuk disosialisasikan.
Nabilah menjelaskan bahwa pakaian berkelanjutan merupakan bagian dari gaya hidup berkelanjutan atau eco-living, di mana produk yang digunakan dapat bertahan lebih lama dan tidak merusak lingkungan.
“Pakaian berkelanjutan adalah produk yang bisa dipakai dalam jangka waktu lama. Dengan demikian, kita turut menjaga lingkungan agar tidak semakin rusak,” tambah Nabilah.
Dalam pelatihan ini, mahasiswa KKN memperkenalkan teknik Sashiko Mending, sebuah teknik sulaman sederhana yang berasal dari Jepang. “Kami memilih Sashiko karena teknik ini cukup sederhana dan bisa diikuti oleh para peserta,” jelas Nabilah.
Teknik ini hanya memerlukan benang sulam, jarum sulam, dan gunting kain, serta bisa memanfaatkan kain bekas untuk menambah nilai artistik pakaian yang sudah rusak.
Keunikan teknik ini terletak pada kemampuannya untuk meng-upcycle atau memperbarui barang bekas sehingga memiliki nilai lebih tinggi.
“Sashiko mending tidak hanya memperbaiki pakaian yang rusak, tetapi juga memperindahnya sehingga pakaian yang tadinya hendak dibuang dapat kembali digunakan,” tambah Nabilah.
Respon masyarakat terhadap sosialisasi dan pelatihan ini sangat positif. Nabilah menyebut bahwa para peserta sangat antusias dan terlibat aktif dalam setiap proses kegiatan.
“Masyarakat sangat antusias, bahkan ketika hujan gerimis turun di awal acara, mereka tetap semangat mengikuti pelatihan,” ungkapnya.
Meskipun ada tantangan cuaca, kegiatan berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti. Mahasiswa KKN juga berusaha keras untuk mengemas materi dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat.
“Kami menggunakan pendekatan yang akrab dengan masyarakat, serta mengenalkan istilah baru dalam bahasa yang lebih familiar, sehingga lebih mudah dipahami,” kata Nabilah.
Salah satu indikator keberhasilan kegiatan ini, menurut Nabilah, adalah adanya perubahan pandangan masyarakat terhadap penggunaan pakaian. Setelah mengikuti sosialisasi, banyak peserta yang mulai menerapkan praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
“Banyak yang berkata bahwa mereka akan lebih berhati-hati dalam membeli pakaian dan mencoba memperbaiki pakaian yang rusak daripada langsung membuangnya,” ujar Nabilah.
Selain itu, mahasiswa KKN juga mengenalkan cara lain untuk memperpanjang usia pakaian, seperti tidak langsung membuang pakaian yang terkena noda atau mengalami kerusakan kecil.
“Sebisa mungkin pakaian diperbaiki dan terus digunakan sampai benar-benar habis masa pakainya,” tambah Nabilah.
Mahasiswa KKN berharap bahwa sosialisasi ini dapat memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat Desa Ujungmanik. Mereka juga menginginkan agar praktik pakaian berkelanjutan ini dapat diteruskan oleh masyarakat meskipun KKN telah berakhir.
“Kami berharap masyarakat terus menerapkan dan mengembangkan ilmu yang sudah kami berikan di sini,” harap Nabilah.
Lebih lanjut, mereka juga berharap program serupa dapat dikembangkan di desa-desa lain, mengingat fast fashion kini menjadi masalah global.
“Fast fashion memudahkan masyarakat untuk membeli pakaian murah dengan kualitas rendah, namun tren ini sebenarnya merugikan lingkungan. Program ini sangat mungkin dilaksanakan di desa-desa lain oleh mahasiswa KKN berikutnya,” kata Nabilah.
Dalam pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan, mahasiswa KKN bekerja sama dengan lembaga PKK Desa Ujungmanik. Mereka melibatkan langsung anggota PKK dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
“Kami sangat berterima kasih kepada PKK Desa Ujungmanik yang telah membantu kami dalam sosialisasi ini,” kata Nabilah.
Mengenai dampak jangka panjang, Nabilah optimis bahwa sosialisasi pakaian berkelanjutan ini dapat membantu mencegah permasalahan lingkungan di masa depan.
“Dengan memiliki kesadaran atas sampah pakaian, masyarakat dapat membatasi pembelian pakaian baru dan lebih mengutamakan penggunaan pakaian yang ada hingga habis masa pakainya,” jelas Nabilah.
Sebagai penutup, Nabilah menyampaikan pesan pentingnya praktik pakaian berkelanjutan kepada masyarakat. “Kami merasa bahwa hidup berkelanjutan, termasuk dalam hal pakaian, harus dilakukan secara kolektif oleh kita semua. Dengan begitu, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mandiri,” kata Nabilah.
Melalui sosialisasi ini, mahasiswa KKN UNS berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, serta mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan pakaian dan barang-barang sehari-hari.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.