Krajan.id – Desa Sepapan di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, baru-baru ini menjadi saksi dari program pemberian menu sehat selama 45 hari yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN-PMD UNRAM. Program ini bertujuan untuk mengatasi masalah stunting yang masih mengkhawatirkan di desa tersebut.
Dalam wawancara dengan Reni Selfiani, seorang mahasiswa dari Program Studi Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terungkap bahwa program ini menjadi salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang nyata dan bermanfaat bagi warga setempat.
Menurut Reni, program ini menyasar sepuluh anak stunting yang tersebar di berbagai dusun di Desa Sepapan, yaitu Dusun Rumes, Sepapan Bat, Dasan Repok, Bare Due, Orong Bukal, dan Tenten Pejeruk. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap angka stunting yang masih tinggi di desa tersebut.
“Kami ingin membantu mengurangi angka stunting, terutama karena dampak jangka panjangnya sangat signifikan terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak,” ujar Reni, Sabtu (17/8/2024).
Ia menjelaskan bahwa program ini bukan hanya sekadar memberikan edukasi, tetapi juga tindakan nyata dengan membagikan menu sehat berbahan dasar telur selama 45 hari. Sosialisasi Isi Piringku yang telah dilaksanakan sebelumnya menjadi langkah awal yang baik, namun tidak cukup.
“Telur dipilih karena kandungan proteinnya yang tinggi dan lengkap, serta kolin yang baik untuk perkembangan otak anak. Dengan program ini, kami berharap dapat memberikan asupan gizi tambahan yang berkualitas tinggi bagi anak-anak stunting,” tambahnya.
Selama 45 hari, mahasiswa menyediakan enam menu berbeda yang dirancang khusus untuk anak-anak stunting. Menu tersebut antara lain nugget tempe, perkedel tahu, bola-bola mie, sop jagung, sup telur puyuh, dan sempol telur.
“Kami memastikan bahwa setiap anak mendapatkan satu telur per hari, ditambah dengan sayuran yang baik untuk anak stunting,” kata Reni.
Menu-menu ini disiapkan setiap hari kerja dengan bahan-bahan yang didapat dari pasar oleh dua mahasiswa yang bertanggung jawab.
Proses persiapan dimulai dari pagi hari, di mana mahasiswa pergi ke pasar, memasak hingga pukul 11 siang, dan kemudian mengantarkan makanan ke rumah-rumah anak stunting. Tantangan yang sering dihadapi adalah ketidakhadiran anak dan orang tua di rumah saat makanan diantar.
“Kami mengatasinya dengan menitipkan makanan kepada tetangga dan meminta orang tua merekam saat anak mereka memakan makanan tersebut,” jelas Reni.
Reni menjelaskan bahwa pemilihan anak-anak yang menerima bantuan didasarkan pada data dari puskesmas dan observasi langsung ke rumah sasaran.
“Kami memastikan bahwa anak-anak yang dipilih benar-benar layak menerima bantuan,” tegasnya.
Program ini juga melibatkan kader dan orang tua melalui penyuluhan dan praktik Isi Piringku. Pendampingan dilakukan untuk mengajarkan cara mengolah menu yang bervariasi setiap hari, menghindarkan anak dari jajan sembarangan, dan memberikan tips seputar gizi anak.
“Kami juga menggunakan grup chat sebagai wadah komunikasi, mendengar keluhan orang tua, dan memberikan saran seputar kesehatan anak,” tambahnya.
Dalam jangka pendek, Reni berharap program ini dapat meningkatkan status gizi anak-anak yang menjadi sasaran dan meningkatkan nafsu makan mereka.
“Kami berharap orang tua juga bisa meniru kegiatan ini dengan rajin membuat menu sehat untuk anak-anak mereka dan menghindari jajanan tidak sehat,” kata Reni.
Selama 45 hari pelaksanaan, beberapa kendala seperti ketidakhadiran orang tua dan anak, serta masalah kesehatan seperti cacingan pada anak, berhasil diatasi. Mahasiswa memberikan solusi dengan terus melakukan pendekatan kepada orang tua, memastikan anak rutin diberikan makanan sehat, dan memberikan obat cacing dua kali setahun jika diperlukan.
Baca Juga: Nugget Ikan: Solusi Praktis Menu Bergizi untuk Keluarga
Untuk mengukur efektivitas program, mahasiswa melakukan post test setiap minggu melalui wawancara dengan orang tua untuk memastikan peningkatan nafsu makan anak dan penerapan menu sehat.
“Kami juga memeriksa kesehatan anak sebelum dan setelah program untuk melihat perubahan Z score mereka,” jelas Reni.
Tanggapan dari orang tua anak-anak yang menerima bantuan sangat positif. Mereka merasa terbantu dan lebih memahami pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak mereka.
“Orang tua jadi tidak pusing memikirkan menu yang variatif setiap hari. Mereka juga merasa senang karena anak-anak mereka bisa berbaur dengan orang baru dan makan dengan lahap,” ungkap Reni.
Ke depannya, Reni berharap program ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan banyak melakukan pelatihan kepada ibu-ibu di desa, ibu hamil, dan para kader. “Kami ingin angka stunting di desa ini bisa mencapai nol berkat peningkatan pengetahuan orang tua tentang gizi anak,” katanya penuh harap.
Baca Juga: Pentingnya Susu sebagai Sumber Protein Hewani untuk Pertumbuhan Optimal Anak
Bagi Reni, pengalaman berbaur dengan masyarakat desa dan mengetahui masalah yang mereka hadapi adalah pelajaran berharga.
“Saya merasa bisa memberikan solusi kepada mereka, terutama kepada ibu-ibu yang masih awam tentang cara mengakses informasi seputar gizi anak,” kata Reni.
Ia juga berharap program-program serupa dapat terus disempurnakan dan bantuan kepada masyarakat bisa lebih tepat sasaran.
Reni menutup wawancara dengan pesan kepada semua pihak yang terlibat dalam program ini dan masyarakat luas.
“Semoga program ini semakin disempurnakan dan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Mari kita terus bekerja sama untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan bisa tepat sasaran dan lebih terbuka kepada masyarakat,” pungkasnya.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.