Pemimpin Dalam Pandangan Islam
Dalam pandangan agama Islam, pemimpin ideal harus memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pemimpin tersebut harus menjadi teladan bagi masyarakat dan memiliki visi yang jelas untuk memimpin masyarakat dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pemimpin ideal juga harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan konteks sosial dan sejarah, serta memiliki kemampuan untuk memahami makna dan konteks ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan pemimpin. Setiap pemimpin Islam harus memiliki 4 moral Agama yaitu moral iman, Islam, taqwa, ihsan. Pemimpin dalam pandangan Islam harus sebisa mungkin mencontoh para ulama’ dan umara’ seperti Abu Bakar As-Shidiq.
Dalam teori Double Movement Fazlur Rahman, pemimpin ideal harus memiliki kemampuan untuk melakukan dua gerakan. Gerakan pertama adalah memahami makna dan konteks ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan pemimpin, serta mempertimbangkan nilai-nilai universal yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut. Gerakan kedua adalah mempertimbangkan konteks sosial dan sejarah dalam memahami makna dan konteks ayat-ayat Al-Qur’an, serta beradaptasi dengan nilai-nilai universal yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.
Teori Fazlur Rahman
Teori Gerak Ganda ( Double movement ) Fazlur Rahman
Fazlur Rahman, seorang pemikir Muslim ternama, menawarkan sebuah teori penafsiran Al-Qur’an yang disebut “Teori Gerak Ganda” (Double movement). Teori ini bertujuan untuk memahami pesan Al-Qur’an secara komprehensif dan kontekstual, dengan mempertimbangkan dua gerakan utama:
- Gerakan dari konteks masa kini ke masa Al-Qur’an (From the display circumstance to Qur’anic times)
Langkah pertama melibatkan pemahaman konteks masa kini di mana Al-Qur’an ditafsirkan. Hal ini meliputi isu-isu sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang dihadapi umat Islam saat ini. Memahami konteks ini membantu para penafsir mengidentifikasi pertanyaan dan permasalahan yang relevan dengan teks Al-Qur’an.
- Gerakan dari masa Al-Qur’an ke konteks masa kini (From Qur’anic times back to the display)
Setelah memahami konteks masa kini, langkah selanjutnya adalah kembali ke masa Al-Qur’an diturunkan. Para penafsir perlu mempelajari sejarah, budaya, dan situasi sosio-politik Middle easterner pada masa Nabi Muhammad SAW. Hal ini dilakukan untuk memahami makna dan maksud asli teks Al-Qur’an dalam konteks aslinya.
Konsep Pemimpin Dalam Teori Double Movement
Teori Double Movement merupakan salah satu teori tafsir Al-Qur’an yang digagas oleh Fazlur Rahman, seorang cendekiawan Muslim Pakistan. Teori ini menawarkan pendekatan untuk memahami pesan Al-Qur’an dalam konteks modern. Salah satu aspek penting dari teori ini adalah konsep pemimpin. Menurut Rahman, Al-Qur’an tidak menyediakan model kepemimpinan yang kaku dan baku. Sebaliknya, Al-Qur’an menawarkan prinsip-prinsip umum tentang kepemimpinan yang dapat diinterpretasikan dan diimplementasikan sesuai dengan konteks zaman. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
- Keadilan : Pemimpin harus adil dan tidak memihak dalam menjalankan tugasnya.
- Kebenaran : Pemimpin harus selalu berkata dan bertindak berdasarkan kebenaran.
- Kepercayaan : Pemimpin harus dapat dipercaya oleh rakyatnya.
- Amanah : Pemimpin harus bertanggung jawab atas amanah yang diembannya.
- Kebijaksanaan : Pemimpin harus bijaksana dalam mengambil keputusan.
- Keberanian : Pemimpin harus berani dalam membela kebenaran dan keadilan.
Rahman menekankan bahwa pemimpin tidak hanya harus memiliki kualitas-kualitas tersebut, tetapi juga harus mampu menginspirasi dan memobilisasi rakyatnya untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin yang sempurna adalah yang mampu memimpin rakyatnya menuju kebaikan dan kemajuan. Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang kepemimpinan yaitu QS. An-Nisa ayat ; 59. QS An-Nisa ayat 59 turun dilatarbelakangi oleh peristiwa yang terjadi di tengah pasukan kaum muslim.
Rasulullah SAW mengutus mereka ke suatu tempat dan menunjuk Abdullah bin Huzafah sebagai komandan. Abdullah bin Huzafah kemudian memerintahkan pasukan untuk memasuki sebuah lembah yang penuh api. Perintah ini membuat sebagian pasukan ragu dan enggan menaatinya. Mereka berkata, “Kami telah beriman kepada Rasulullah SAW untuk terhindar dari api neraka, mengapa sekarang kami diperintahkan untuk masuk ke dalam api di dunia?” Peristiwa ini sampai kepada Rasulullah SAW dan beliau pun menegur Abdullah bin Huzafah.
Baca Juga: Studi Teori Double Movement pada Kasus Penistaan Agama oleh Muhammad Kace
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ketaatan kepada pemimpin hanya wajib dilakukan dalam hal kebaikan, bukan dalam hal maksiat atau kemungkaran. Sebagai respons atas peristiwa tersebut, turunlah QS An-Nisa ayat 59 yang menegaskan pentingnya menaati Allah dan Rasul-Nya, serta pemimpin yang adil. Ayat ini juga menekankan pentingnya menyelesaikan perselisihan dengan kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Berikut beberapa poin penting terkait latar belakang turunnya QS An-Nisa ayat 59:
Ayat ini turun sebagai respons atas peristiwa di mana Abdullah bin Huzafah memerintahkan pasukannya untuk memasuki lembah yang penuh api. Peristiwa ini menimbulkan kebingungan dan keraguan di kalangan pasukan. Rasulullah SAW menegur Abdullah bin Huzafah dan menjelaskan bahwa ketaatan kepada pemimpin hanya wajib dilakukan dalam hal kebaikan. Ayat ini menegaskan pentingnya menaati Allah dan Rasul-Nya, serta pemimpin yang adil. Ayat ini juga menekankan pentingnya menyelesaikan perselisihan dengan kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Pesan moral yang dapat dipetik dari QS An-Nisa ayat 59 :
- Pentingnya menaati pemimpin selama perintahnya tidak bertentangan dengan syariat Islam.
- Pentingnya menyelesaikan perselisihan dengan kembali kepada Al-Quran dan Sunnah.
- Pentingnya menggunakan akal dan hati nurani dalam memahami dan menjalankan perintah agama.
Menjadi pemimpin Muslim yang ideal bukanlah hal yang mudah. Diperlukan keimanan yang kuat, tekad yang bulat, dan komitmen untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Namun, dengan usaha dan dedikasi, setiap Muslim dapat menjadi pemimpin yang membawa kebaikan dan manfaat bagi umat manusia.
Referensi
- Abdullah Saeed, Paradigma, Prinsip Dan Metode Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an (Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2015).
- Akbar, Anillahi Ilham, “Pemimpin Ideal dalam al-Qur’an: Analisis Teori Double Movement Fazlur Rahman.” Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2023.
- Beta Firmansyah, “Aplikasi Teori Double Movement Fazlu Rahman terhadap Hukum memilih Pemimpin Non-Muslim”, Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol. 5, No. 1, (Juni, 2019).
- Fazlur Rahman, Islam Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual.
- Labib Muttaqin, Aplikasi Teori Double Movement Fazlu Rahman (Malang: al-Manahij, 2013).
- M. Quraish Shihab, “Membangun Karakter Pemimpin”, 108.
- Wally, “Membangun Karakter Pemimpin”, 108.