Inovasi Tim Pusaka TOGA dan KWT Puspa Gemari Manfaatkan Limbah Minyak Jelantah Jadi Lilin Aromaterapi

Dokumentasi Tim Pusaka TOGA
Dokumentasi Tim Pusaka TOGA

Krajan.id — Tim PPK Ormawa LSiS FMIPA UGM melalui program Pusaka TOGA bekerja sama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Puspa Gemari, Padukuhan Kedaton, sukses mengadakan pelatihan pembuatan lilin aromaterapi berbahan dasar limbah minyak jelantah.

Bacaan Lainnya

Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan solusi atas permasalahan lingkungan sekaligus memberdayakan ibu-ibu KWT dengan keterampilan baru yang berpotensi meningkatkan ekonomi rumah tangga.

Pelatihan tersebut dipimpin oleh Rima dan Kimiko, perwakilan dari tim Pusaka TOGA, yang menjelaskan tahapan pembuatan lilin aromaterapi. Ibu-ibu KWT terlibat langsung dalam seluruh proses, Proses pembuatan lilin aroma terapi diawali dengan memotong daun sereh yang sudah disediakan. Pemotongan daun sereh tersebut juga dilakukan oleh ibu-ibu KWT.

Daun sereh yang telah diiris kemudian dimasukkan kedalam minyak jelantah yang telah dimasak terlebih dulu, hal tersebut bertujuan agar bau dari minyak jelantah dapat diminimalisir dengan minyak atsiri yang dihasilkan dari daun sereh tersebut.

Setelah aroma dari daun serehnya sudah mulai tercium, minyak daun sereh kemudian disaring dan ditambahkan serbuk asam stearat yang berfungsi untuk memadatkan minyak agar dapat menjadi lilin. Lilin cair yang telah dimasak tersebut kemudian ditempatkan di wadah hingga memadat.

“Minyak jelantah dapat mencemari tanah dan air jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, kami mengajarkan cara memanfaatkannya menjadi lilin aromaterapi yang memiliki nilai tambah,” jelas Naurah Diaz Tanti, salah satu narasumber.

Baca Juga: Tingkatkan Kreativitas dan Kesadaran Lingkungan, Mahasiswa KKN-PPM 65 UMBY Angkatan XLV Gelar Pelatihan Ecoprint untuk Anak-anak MI Muhammadiyah Munggur, Ngeposari

Fitricia Nisa Indriani menambahkan bahwa penggunaan daun serai dalam proses ini bukan hanya untuk menghilangkan bau minyak jelantah, tetapi juga sebagai aroma khas lilin yang dihasilkan. “Kami ingin ibu-ibu KWT tidak hanya memiliki keterampilan baru, tetapi juga bisa menciptakan produk yang unik dan bernilai jual,” ujarnya.

Dokumentasi hasil jamu fermentasi oleh Tim Pusaka TOGA
Dokumentasi hasil jamu fermentasi oleh Tim Pusaka TOGA

Antusiasme para peserta terlihat dari semangat mereka dalam mengikuti setiap tahap pembuatan lilin. Mereka diberi kebebasan untuk berkreasi dengan aroma yang diinginkan, sehingga setiap lilin memiliki karakteristik yang berbeda.

Tidak hanya itu, pelatihan ini juga mencakup strategi pemasaran dan promosi, di mana ibu-ibu KWT diajarkan cara mengemas produk secara menarik, menetapkan harga yang kompetitif, dan memanfaatkan media sosial untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Baca Juga: Kolaborasi Mahasiswa KKN UMBY 61 dengan KWT di Kangkung A Perkenalkan TOGA sebagai Solusi Kesehatan dan Inovasi Kesejahteraan Berbasis Potensi Lokal

Dengan keterampilan dan pengetahuan baru ini, diharapkan ibu-ibu KWT Kedaton dapat mengembangkan usaha lilin aromaterapi sebagai sumber pendapatan tambahan, sekaligus berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

“Kami berharap pelatihan ini dapat menjadi langkah awal dalam memberdayakan masyarakat, khususnya ibu-ibu, untuk lebih mandiri secara ekonomi,” tutup Naurah.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *