Kreatif! Program Ecobrick, KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo Berhasil Ubah Sampah Plastik Jadi Identitas Desa Blorok

Dokumentasi bersama. (doc. KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo)
Dokumentasi bersama. (doc. KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo)

Desa Blorok, Krajan.id – Sampah plastik telah menjadi masalah utama yang mengancam lingkungan karena sulit terurai secara alami. Indonesia bahkan menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar ke laut di dunia. Aktivitas sehari-hari, terutama di tempat-tempat perdagangan seperti pasar, minimarket, toko-toko, hingga pedagang keliling, hampir selalu melibatkan penggunaan plastik.

Meskipun plastik dianggap praktis karena mudah didapatkan, murah, dan ringan, dampaknya terhadap lingkungan sangat merugikan karena sampah plastik sangat sulit terurai.

Bacaan Lainnya

Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan masih sangat minim, terbukti dengan seringnya sampah plastik dibiarkan berserakan setelah acara-acara seperti pengajian atau pertunjukan musik. Melihat permasalahan ini, KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo mencoba menghadirkan solusi melalui program ecobrick yang mereka laksanakan di Desa Blorok.

Tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi jumlah sampah plastik serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

“Ecobrick adalah metode yang kami pilih karena bisa memanfaatkan sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat. Kami ingin masyarakat sadar bahwa sampah plastik yang dibiarkan begitu saja bisa menyebabkan banyak masalah, mulai dari bau tidak sedap hingga pemandangan yang tidak nyaman,” tulis Tim KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo dalam press release yang diberikan, (3/9/2024).

Ecobrick merupakan teknik pengolahan sampah dengan cara mengisi botol plastik dengan sampah-sampah plastik kering seperti bungkus makanan, minuman, dan pembungkus lainnya hingga botol tersebut menjadi padat. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Rusel Maier, seorang seniman asal Kanada yang tinggal di Filipina.

Di Desa Blorok, kegiatan ecobrick dimulai dengan tahap perencanaan. Tim KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo mengajukan izin kepada Kepala Desa Blorok untuk memasang hasil ecobrick mereka yang bertuliskan “BLOROK” di depan balai desa.

Setelah mendapatkan izin, mereka memesan kerangka besi bertuliskan “BLOROK” dan mulai mengumpulkan botol-botol plastik yang sudah tidak digunakan.

Baca Juga: Pendampingan dan Pemberdayaan UMKM di Desa Gedong oleh Mahasiswa KKN 94 UNS: Upaya Meningkatkan Kualitas dan Pemasaran Produk Lokal

Proses pengumpulan botol plastik melibatkan observasi lingkungan sekitar desa serta beberapa toko yang menjual produk-produk berkemasan plastik.

“Kami berhasil mengumpulkan sekitar 250 botol plastik untuk diisi dengan sampah plastik yang kami kumpulkan dari berbagai tempat di desa,” jelas Tim KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo.

Pengumpulan sampah yang kemudian diolah menjadi Ecobrick. (doc. KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo)
Pengumpulan sampah yang kemudian diolah menjadi Ecobrick. (doc. KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo)

Tahap berikutnya adalah mengisi botol-botol tersebut dengan sampah plastik yang sudah dipotong kecil-kecil. Proses ini, yang dimulai pada (7/8/2024), melibatkan seluruh anggota posko serta anak-anak dari desa setempat. Meskipun melelahkan, kegiatan ini memperkuat rasa kebersamaan dan kerjasama di antara anggota posko.

“Kami merasa bangga bisa melibatkan masyarakat, terutama anak-anak, dalam kegiatan ini. Mereka sangat antusias dan hal ini membuat kami semakin bersemangat untuk menyelesaikan proyek ini,” tambah Tim KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo.

Setelah semua botol diisi dan dicat, ecobrick dipasang pada kerangka besi pada (15/8/2024) di depan Balai Desa Blorok. Dengan selesainya program ini, Tim KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo berharap masyarakat Desa Blorok lebih peduli terhadap sampah plastik dan termotivasi untuk mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

Baca Juga: KKN UNS Kelompok 329 Perkenalkan Inovasi Pupuk Bio-Ion kepada Kelompok Tani Hargo Mulyo di Desa Kanigoro

“Kami berharap ecobrick ini menjadi simbol kesadaran lingkungan dan inspirasi bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah,” kata mereka.

Proses pembuatan identitas Desa bertuliskan BLOROK dari Ecobrick yang telah dibuat. (doc. KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo)
Proses pembuatan identitas Desa bertuliskan BLOROK dari Ecobrick yang telah dibuat. (doc. KKN MIT 18 Posko 92 UIN Walisongo)

Dengan adanya ecobrick di Desa Blorok, diharapkan masyarakat dapat lebih termotivasi untuk mengolah sampah plastik menjadi produk yang berguna, bukan hanya untuk kebersihan lingkungan tetapi juga untuk meningkatkan nilai estetika desa mereka.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *