Krajan.id – Mahasiswa Kukerta Universitas Riau (UNRI) 2024 sukses mengadakan kegiatan sosialisasi tentang penggunaan surat anonim sebagai metode untuk mengidentifikasi dan menganalisis kasus perundungan (bullying).
Kegiatan yang berlangsung pada (3/8/2024) di Yayasan Darul Ulum (Madrasah Aliyah) ini dihadiri oleh 27 murid kelas XI dan XII, yang dengan antusias mengikuti jalannya sosialisasi.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan solusi bagi korban atau saksi perundungan yang seringkali enggan melapor karena khawatir dengan intimidasi lebih lanjut.
Pasty Cristina Nababan, salah satu mahasiswa Ilmu Kelautan yang terlibat dalam program Kukerta ini, menjelaskan, “Korban atau saksi sering kali takut untuk melapor karena takut mendapatkan intimidasi lebih lanjut. Dengan menggunakan surat anonim, mereka bisa melapor tanpa takut identitasnya terungkap. Hal ini menjadi jembatan untuk mendorong keberanian mereka berbicara.”
Menurut Pasty, anonimitas memungkinkan pelapor untuk lebih terbuka dalam berbagi informasi tanpa harus terlibat langsung dalam proses investigasi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pelaporan dan mengidentifikasi lebih banyak kasus bullying di sekolah.
Kegiatan dimulai dengan sosialisasi tentang pentingnya surat anonim dan dampak positif maupun negatif dari penggunaannya. Para siswa diberikan penjelasan mengenai definisi bullying, serta manfaat dari pelaporan anonim sebagai upaya pencegahan perundungan.
“Setelah sosialisasi, para peserta diberikan selembar kertas sebagai wadah untuk menyampaikan keluh kesah mereka, baik itu berupa pengalaman perundungan yang dialami, disaksikan, atau bahkan masalah lain yang mereka hadapi selama di sekolah,” ungkap Hafis Hamdi Assidiqi, mahasiswa Teknik Elektro yang juga turut mengorganisir kegiatan ini.
Setelah semua surat anonim terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisis setiap surat yang masuk. Hafis menjelaskan lebih lanjut, “Surat-surat ini kemudian dianalisis berdasarkan jenis perundungan dan tingkat keparahannya. Setiap laporan diverifikasi dan diberi penilaian, kemudian langkah-langkah tindak lanjut diambil berdasarkan hasil analisis.”
Proses analisis ini bertujuan untuk menemukan pola perundungan yang terjadi, mengidentifikasi pelaku, dan merancang solusi yang tepat.
Respon para peserta terhadap sosialisasi ini cukup positif. Menurut Shania Chintya, mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah yang juga terlibat dalam kegiatan ini, para siswa merasa lebih nyaman dan diberdayakan setelah mengetahui bahwa ada cara yang aman untuk melaporkan perundungan tanpa harus mengungkapkan identitas mereka.
“Para siswa merasa lega karena bisa menyampaikan masalahnya tanpa takut. Mereka juga merasa lebih berani untuk melapor dan merasa bahwa suara mereka didengar,” ujar Shania.
Namun, meskipun antusiasme peserta tinggi, pelaksanaan sosialisasi ini juga dihadapkan pada beberapa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah mengubah mindset siswa yang mungkin merasa ragu atau takut menggunakan sistem surat anonim.
“Beberapa peserta awalnya skeptis dan khawatir surat anonim ini dapat membahayakan status sosial mereka, atau bahwa pelaporan ini mungkin membawa konsekuensi yang tidak diinginkan,” jelas Pasty.
Selain itu, tantangan teknis seperti keterbatasan akses teknologi juga menjadi hambatan. “Kami harus memastikan bahwa setiap peserta mendapatkan pemahaman yang jelas tentang sistem ini, meskipun mereka mungkin tidak memiliki akses teknologi yang memadai untuk mengikuti program digital yang lebih canggih,” tambah Hafis.
Sosialisasi ini tidak hanya melibatkan mahasiswa Kukerta UNRI, tetapi juga bekerja sama dengan pihak sekolah. Guru-guru di Yayasan Darul Ulum berperan aktif dalam mendukung program ini, menyediakan fasilitas dan membantu dalam pelaksanaan kegiatan.
“Kerjasama dengan pihak sekolah sangat penting untuk memastikan bahwa program ini berjalan dengan baik dan mendapatkan dukungan penuh dari lingkungan sekolah,” kata Shania.
Setelah surat anonim terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan tindak lanjut terhadap hasil yang ditemukan.
“Kami dari tim Kukerta berencana untuk menindaklanjuti setiap surat yang menunjukkan adanya kasus perundungan. Namun, karena keterbatasan waktu, rencana ini belum sepenuhnya terealisasi,” jelas Hafis.
Meski demikian, tim Kukerta berharap agar pihak sekolah dapat terus memantau dan menindaklanjuti setiap laporan yang masuk dengan memberikan pendampingan kepada korban dan mencari solusi jangka panjang.
Baca Juga: Upaya Penanggulangan Stunting di Nagari Lubuk Gadang Timur Mendapat Perhatian Serius
Ketika ditanya tentang efektivitas metode ini, ketiga mahasiswa sepakat bahwa penggunaan surat anonim adalah metode yang efektif dalam mengidentifikasi dan mengurangi kasus perundungan.
“Metode ini memberikan rasa aman bagi para korban dan saksi bullying untuk melapor, tanpa khawatir tentang keselamatan mereka. Ini adalah langkah yang tepat untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan ramah,” ujar Pasty.
Harapan ke depan, setelah sosialisasi ini selesai, adalah agar para peserta dapat menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami berharap para siswa tidak hanya menggunakan informasi ini untuk diri mereka sendiri, tetapi juga menyebarkannya ke lingkungan mereka dan menjadi agen perubahan di sekolah mereka,” tambah Shania.
Selain itu, ketiga mahasiswa Kukerta ini berharap program serupa dapat diperluas ke wilayah atau komunitas lain yang juga membutuhkan sosialisasi seperti ini.
“Tentu saja, program ini bisa diterapkan di sekolah-sekolah lain. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi keberhasilan sosialisasi ini dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan setempat untuk menyesuaikan program ini dengan kebutuhan daerah lain,” tutup Hafis.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.