Ketika Banyak Petani Terlilit Modal, Ada Perusahaan yang Justru Menolak Utang—Mengapa?
Bangka Belitung, Krajan.id – Di tengah maraknya keluhan petani dan pelaku agribisnis terkait akses modal, CV Putra Tri Bersaudara yang berlokasi di Desa Paya Benua, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, justru menempuh jalur berbeda. Sejak berdiri pada tahun 2022, perusahaan ini memilih untuk menjalankan seluruh operasionalnya tanpa mengandalkan pinjaman, baik dari bank maupun lembaga keuangan lainnya.
Kebijakan ini menjadi sorotan saat mahasiswa Jurusan Agribisnis Universitas Bangka Belitung mengadakan kunjungan lapangan pada (8/5/2025). Mereka datang untuk menggali lebih dalam tentang sistem pembiayaan, manajemen usaha, serta strategi keberlanjutan yang diterapkan oleh perusahaan tersebut.
Pembiayaan agribisnis di Indonesia hingga kini masih menjadi persoalan klasik. Banyak petani dan pelaku usaha kecil menengah kesulitan mendapatkan akses kredit yang layak. Birokrasi rumit, agunan yang tinggi, dan bunga yang tidak bersahabat menjadi kendala utama. Tak jarang, pinjaman justru menjadi beban yang mencekik.
Namun, CV Putra Tri Bersaudara menunjukkan bahwa kemandirian finansial bukan hal mustahil. Dengan modal awal sebesar Rp500 juta, perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan kelapa sawit ini mampu menjalankan seluruh aktivitas bisnisnya tanpa bantuan pihak eksternal. Mereka tidak memiliki prosedur pengajuan pinjaman dan menghindari beban bunga yang kerap menjadi momok dalam usaha agribisnis.
“Seluruh operasional kami berjalan menggunakan dana internal. Ini memang membuat kami lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan bisnis,” ujar perwakilan manajemen saat berdiskusi dengan para mahasiswa.
Perusahaan ini, yang sejak tahun 2025 berpindah tangan namun tetap mempertahankan filosofi kemandiriannya, mengelola keuangannya secara ketat. Pembukuan dilakukan secara teratur oleh tim akuntansi, dan pengeluaran selalu disesuaikan dengan pendapatan agar tidak terjadi defisit. Strategi ini tidak hanya menjaga stabilitas keuangan, tetapi juga melatih disiplin dalam pengelolaan usaha.
Namun, strategi ini tentu bukan tanpa risiko. Ketika permintaan pasar turun, pendapatan pun terpengaruh, dan perusahaan terpaksa harus memangkas berbagai biaya agar tetap bertahan. Tanpa cadangan modal eksternal, kemampuan bertahan menghadapi guncangan pasar menjadi terbatas.
Mahasiswa yang mengikuti kunjungan tersebut mengapresiasi pendekatan mandiri yang diambil oleh CV Putra Tri Bersaudara. Menurut mereka, strategi self-financing mencerminkan ketangguhan dan kedisiplinan dalam manajemen keuangan. Namun, dalam jangka panjang, strategi ini bisa menimbulkan risiko stagnasi.
Baca Juga: Dairyland Cimory: Ketika Yoghurt Menjadi Penguat Identitas Wisata
“Tanpa suntikan modal eksternal, akan sulit bagi perusahaan untuk memperluas kapasitas produksi atau melakukan inovasi. Padahal, dalam teori siklus hidup agribisnis, fase pertumbuhan membutuhkan ekspansi yang tak bisa hanya mengandalkan modal awal,” ungkap salah satu mahasiswa peserta kunjungan.
Sebagai solusi, para mahasiswa menyarankan agar perusahaan mulai mempertimbangkan bentuk pembiayaan eksternal yang tidak membebani, seperti:
- Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang menawarkan bunga rendah dan prosedur ringan.
- Kemitraan dengan perusahaan besar atau penyedia bibit untuk menjamin keberlanjutan pasokan dan perluasan pasar.
- Pelatihan manajemen risiko agribisnis, termasuk asuransi pertanian atau sistem kontrak berjangka, yang bisa memberikan perlindungan saat terjadi fluktuasi harga atau gagal panen.
Dengan pendekatan ini, CV Putra Tri Bersaudara tetap bisa menjaga prinsip efisiensi sambil memperoleh dukungan finansial dan teknis untuk memperluas jangkauan usahanya.
Baca Juga: Mengupas Strategi Pembiayaan Internal PT Timah Agro Manunggal yang Tangguh Namun Minim Fleksibilitas
Kisah CV Putra Tri Bersaudara menunjukkan bahwa agribisnis dapat dijalankan tanpa ketergantungan terhadap utang, sebuah pencapaian yang jarang ditemui di tengah tantangan sektor pertanian Indonesia. Namun, untuk naik kelas dan bersaing di pasar yang lebih luas, keterbukaan terhadap kolaborasi menjadi hal yang penting.
Kemandirian adalah pondasi yang kuat, tetapi keberlanjutan membutuhkan strategi yang lebih progresif. Mari bersama-sama mendukung pelaku agribisnis lokal, bukan hanya agar mereka mandiri, tapi juga mampu berkolaborasi dan berkembang secara berkelanjutan.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
*Dosen pengampu: Dr. Evahelda, S.T.P., M.Si & Garist Sekar Tanjung, S.P., M.Sc