Indonesia dan Malaysia dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, dan keduanya menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama. Pendidikan bukan hanya sarana untuk mencerdaskan generasi, tetapi juga investasi strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masing-masing negara. Namun, perbedaan kondisi sosial, geografis, dan kebijakan memberikan warna tersendiri dalam sistem pendidikan kedua negara.
Di Indonesia, pendidikan menjadi tantangan besar terutama karena kesenjangan akses antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di perkotaan, fasilitas pendidikan yang tersedia cenderung lebih lengkap dan modern. Sebaliknya, di pedesaan, akses pendidikan masih menghadapi berbagai kendala seperti minimnya infrastruktur, kurangnya guru berkualitas, hingga fasilitas belajar yang tidak memadai.
Meskipun pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kesenjangan tersebut masih memerlukan perhatian serius.
Malaysia, di sisi lain, telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam pemerataan pendidikan. Sistem pendidikan di negara ini lebih terintegrasi dengan upaya pemerintah dalam menyamaratakan akses di seluruh wilayah.
Program wajib belajar di Malaysia yang meliputi jenjang dasar hingga menengah berhasil meningkatkan angka partisipasi anak-anak dalam pendidikan. Hal ini didukung oleh alokasi anggaran yang memadai untuk pembangunan infrastruktur pendidikan, peningkatan kualitas guru, dan modernisasi fasilitas sekolah.
Dalam hal pembiayaan pendidikan, Indonesia dan Malaysia memiliki karakteristik yang berbeda. Di Indonesia, biaya pendidikan di sekolah negeri relatif terjangkau, namun kualitasnya seringkali kalah bersaing dengan sekolah swasta yang biayanya lebih tinggi. Malaysia, dengan sistem yang lebih terstruktur, mampu memberikan standar pendidikan nasional yang baik di hampir semua sekolah, baik negeri maupun swasta.
Kemajuan teknologi memengaruhi sistem pendidikan di kedua negara. Malaysia dianggap lebih maju dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses belajar-mengajar. Pemerintah Malaysia secara aktif mendukung digitalisasi pendidikan, mulai dari pengadaan perangkat hingga pelatihan guru dalam menggunakan teknologi di kelas.
Sementara itu, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam implementasi teknologi, terutama di wilayah terpencil. Kurangnya akses internet dan perangkat yang memadai menjadi hambatan utama.
Dari segi kurikulum, Indonesia mengadopsi Kurikulum Merdeka yang menekankan pada kreativitas siswa, pembelajaran berbasis proyek, dan pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis dan kolaborasi. Di Malaysia, pendekatan kurikulum lebih terfokus pada STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) serta standar pendidikan berbasis kompetensi. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global.
Baca Juga: Perbandingan Kebijakan Pendidikan di Indonesia dan Mesir
Sebagai negara mayoritas Islam, Indonesia dan Malaysia tetap menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi. Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran di Indonesia adalah Bahasa Indonesia, meskipun di beberapa daerah digunakan juga bahasa daerah. Sementara itu, Malaysia menggunakan Bahasa Melayu dengan tambahan Bahasa Inggris sebagai bagian dari kebijakan pendidikan bilingual
Pendidikan agama Islam menjadi bagian penting di kedua negara. Di Indonesia, pelajaran agama Islam diintegrasikan dalam sistem pendidikan nasional melalui madrasah, pesantren, dan sekolah umum. Di Malaysia, pendidikan agama Islam difokuskan di sekolah-sekolah agama yang diatur secara terpisah namun menjadi pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan. Tujuannya sama, yaitu membekali siswa dengan nilai-nilai Islam sebagai pedoman hidup.
Kedua negara juga menghadapi tantangan besar dalam memulihkan sektor pendidikan pasca-pandemi COVID-19. Di Malaysia, pemerintah mengalokasikan dana untuk menangani dampak pembelajaran yang tertunda akibat pandemi. Program-program seperti pelatihan guru, penyediaan infrastruktur digital, dan dukungan kepada siswa berkebutuhan khusus menjadi prioritas
Indonesia, melalui kebijakan Kurikulum Merdeka, berupaya mereformasi sistem pendidikan agar lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Pemerintah juga mendorong digitalisasi pendidikan, meskipun pelaksanaannya masih bertahap. Selain itu, upaya peningkatan kesejahteraan guru terus dilakukan karena guru adalah elemen kunci dalam menciptakan generasi yang berkualitas.
Sebagai negara mayoritas Islam, baik Indonesia maupun Malaysia terus berinovasi untuk memadukan nilai-nilai Islam dengan kebutuhan modern. Investasi dalam infrastruktur dan sumber daya manusia menjadi fokus utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Meski ada perbedaan dalam pendekatan kebijakan, kedua negara menunjukkan komitmen yang sama untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif, modern, dan berkualitas.
Indonesia masih perlu mengatasi masalah mendasar seperti kesenjangan akses dan mutu pendidikan, sementara Malaysia dapat menjadi contoh dalam hal pemerataan pendidikan yang lebih merata. Dengan belajar dari pengalaman masing-masing, Indonesia dan Malaysia berpotensi menjadi negara dengan sistem pendidikan yang tidak hanya unggul secara nasional, tetapi juga mampu bersaing di kancah global.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.