Perbandingan Kebijakan Pendidikan di Indonesia dan Mesir

Ilustrasi gambar/freepik
Ilustrasi gambar/freepik

Pendidikan adalah pilar utama pembangunan bangsa. Baik Indonesia maupun Mesir, sebagai negara berkembang dengan sejarah dan budaya yang berbeda, memiliki kebijakan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks sosial masing-masing. Meskipun tujuan keduanya serupa, yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendekatan dan implementasi kebijakan pendidikan di kedua negara ini menunjukkan sejumlah perbedaan dan persamaan yang menarik untuk dianalisis lebih lanjut.

Di Indonesia, kebijakan pendidikan berakar pada Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan diarahkan untuk membentuk insan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan memiliki wawasan global. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika menjadi landasan penting dalam menciptakan sistem pendidikan yang menghormati keberagaman budaya dan agama di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, Mesir mendasarkan sistem pendidikannya pada nilai-nilai Islam sebagai agama mayoritas dan warisan peradaban kuno. Institusi seperti Universitas Al-Azhar, yang merupakan pusat pendidikan Islam tertua di dunia, memiliki pengaruh besar dalam membentuk kurikulum pendidikan di Mesir. Peran pendidikan agama di Mesir menjadi sangat dominan, terutama melalui jalur Al-Azhar.

Indonesia memiliki struktur pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dasar selama 6 tahun, pendidikan menengah pertama 3 tahun, menengah atas 3 tahun, serta pendidikan tinggi. Program Wajib Belajar 9 Tahun diperluas menjadi Wajib Belajar 12 Tahun guna meningkatkan akses pendidikan bagi seluruh anak Indonesia.

Struktur pendidikan Mesir serupa, dengan pembagian tingkat dasar, menengah pertama, dan menengah atas masing-masing selama 6, 3, dan 3 tahun. Namun, Mesir memiliki dua jalur pendidikan utama, yaitu pendidikan umum dan sistem Al-Azhar. Sistem Al-Azhar menggabungkan kurikulum pendidikan umum dengan pembelajaran agama yang lebih intensif.

Kedua negara menghadapi tantangan dalam mengurangi tingkat putus sekolah, terutama di daerah terpencil. Mesir memiliki tambahan tantangan berupa kesenjangan gender dalam akses pendidikan, meskipun ada upaya terus-menerus untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia pendidikan.

Indonesia mengalokasikan 20% dari total APBN untuk sektor pendidikan, sesuai amanat UUD 1945. Langkah ini bertujuan meningkatkan akses, kualitas, dan pemerataan pendidikan. Namun, tantangan implementasi masih terjadi, termasuk distribusi anggaran yang tidak merata dan persoalan korupsi.

Mesir, di sisi lain, mengalokasikan anggaran pendidikan yang lebih kecil dibandingkan Indonesia. Hal ini berdampak pada fasilitas pendidikan di Mesir yang cenderung kurang memadai. Meski pemerintah memberikan pendidikan gratis di sekolah negeri, kualitasnya sering kali menjadi sorotan. Sebagai akibatnya, fenomena les privat atau lesson privat menjadi kebutuhan umum, terutama bagi siswa dari keluarga kurang mampu.

Kurikulum di Indonesia terus mengalami perubahan untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga Kurikulum Merdeka, fokus utamanya adalah pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi.

Mesir juga mereformasi kurikulumnya, meski dengan fokus lebih kuat pada pendidikan agama, terutama dalam sistem Al-Azhar. Kurikulum umum di Mesir masih cenderung teoretis, dengan penekanan yang kurang pada aspek praktik atau teknologi.

Metode pengajaran di kedua negara masih didominasi oleh ceramah, meskipun ada upaya untuk mengintegrasikan teknologi dan metode belajar aktif. Di Mesir, rasio guru terhadap siswa yang tinggi menjadi kendala, sedangkan di Indonesia tantangan utamanya adalah meningkatkan kompetensi guru, khususnya di wilayah terpencil.

Baca Juga: Tantangan dan Transformasi Pendidikan di Era Digital dalam Menyiapkan Generasi Masa Depan: Adaptasi dari Sistem Pendidikan di Qatar

Pandemi COVID-19 mendorong kedua negara untuk beradaptasi dengan teknologi dalam pendidikan. Di Indonesia, platform seperti Rumah Belajar dan penggunaan aplikasi seperti Zoom menjadi alat penting selama pembelajaran jarak jauh. Namun, kendala akses internet dan perangkat teknologi di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) masih menjadi masalah utama.

Mesir juga menghadapi kendala serupa. Meski pemerintah mulai memperkenalkan tablet sebagai alat pembelajaran, distribusinya masih terbatas. Upaya ini menunjukkan komitmen awal, tetapi diperlukan langkah lebih besar untuk mencapai inklusivitas.

Baik Indonesia maupun Mesir memiliki tantangan besar dalam meningkatkan pemerataan pendidikan, memperbaiki kualitas tenaga pengajar, dan memastikan kurikulum relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

Indonesia, dengan geografisnya yang luas, menghadapi tantangan pemerataan pendidikan di wilayah terpencil. Mesir, dengan tradisi pendidikan berbasis agama, perlu memanfaatkan keunggulan ini untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dalam sistem pendidikannya.

Baca Juga: Pendidikan Islam di Indonesia dan Qatar: Perbandingan Sistem Pendidikan untuk Membentuk Karakter Bangsa

Ke depan, kedua negara dapat memanfaatkan teknologi digital, meningkatkan investasi dalam infrastruktur pendidikan, serta memastikan inklusivitas dalam akses pendidikan untuk semua kalangan. Belajar dari pengalaman global juga menjadi langkah penting untuk memperbaiki sistem yang ada.

Kebijakan pendidikan di Indonesia dan Mesir mencerminkan kebutuhan unik masing-masing masyarakat. Mesir menonjol dalam pendidikan berbasis agama melalui sistem Al-Azhar, sementara Indonesia mengedepankan diversitas budaya dan agama dalam sistem pendidikannya.

Meski menghadapi tantangan yang berbeda, kedua negara memiliki peluang besar untuk memperbaiki sistem pendidikan mereka dengan berinovasi dan saling belajar dari praktik terbaik internasional.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *