Dampak Laporan Murid terhadap Motivasi dan Kondisi Mental Guru

Ilustrasi guru sedang mengajar
Ilustrasi guru sedang mengajar

Fenomena meningkatnya laporan murid terhadap guru kini menjadi perhatian serius di dunia pendidikan Indonesia. Banyak guru merasa semakin tertekan, karena mereka tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga harus berhati-hati dalam setiap tindakan yang mereka lakukan di dalam kelas. Bagi sebagian guru, laporan murid yang sering kali disertai sanksi dari pihak sekolah telah berdampak besar terhadap motivasi serta kondisi mental mereka.

Secara prinsip, laporan dari siswa terhadap guru seharusnya dapat memberikan manfaat. Melalui laporan, siswa dapat menyampaikan keluhan terkait metode mengajar yang kurang efektif, perlakuan diskriminatif, atau bahkan dugaan pelanggaran etik. Namun sayangnya, dalam beberapa kasus, laporan ini justru disalahgunakan untuk hal-hal yang kurang substansial, seperti ketidakpuasan siswa terhadap teguran atau sanksi yang diberikan oleh guru.

Bacaan Lainnya

Meningkatnya jumlah laporan terhadap guru dalam beberapa waktu terakhir menimbulkan kekhawatiran. Banyak guru yang merasa tertekan akibat ketakutan akan dilaporkan, baik oleh orang tua maupun wali murid.

Tekanan ini bahkan berkontribusi terhadap fenomena burnout di kalangan pendidik. Sebuah contoh nyata diungkapkan oleh seorang guru di Lamongan yang menulis di akun Instagram pribadinya, “Mau negur takut dilaporkan polisi.”

Fenomena ini juga tercermin dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Solusi Sehat Mental, yang menyebutkan bahwa para guru adalah salah satu profesi yang rentan terhadap masalah kesehatan mental, terutama yang terkait dengan stres dan tekanan pekerjaan.

Ketakutan akan dilaporkan oleh murid atau orang tua sangat memengaruhi motivasi sebagian besar guru. Beberapa guru mengaku bahwa mereka kini lebih berhati-hati dalam mengajar dan menghindari teguran yang mungkin dianggap terlalu keras, meskipun sebenarnya dimaksudkan untuk mendisiplinkan murid. Hal ini tentu berdampak pada kualitas pengajaran yang diterima oleh murid.

“Bukan hanya saya, hampir semua guru sekarang lebih hati-hati saat menegur dan menghukum siswa. Semua takut dilaporkan polisi jika ada orang tuanya yang tidak terima,” ujar NN, seorang guru SMP di Tuban.

Baca Juga: Mengenal Tarian Haka Asal Suku Maori yang Dilakukan di Parlemen New Zealand

Fenomena ini menyoroti urgensi untuk memberikan dukungan kesehatan mental bagi para guru. Seperti yang diungkapkan dalam webinar “Jaga Kesehatan Mental Guru, Waspadai Gejala dan Dampak Teacher Burnout”, yang diselenggarakan oleh Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) bersama Program Studi Psikologi FISIP Universitas Brawijaya dan Tupperware Indonesia, penting bagi para guru untuk mendapatkan perhatian terkait kesejahteraan mental mereka.

“Guru adalah ujung tombak pendidikan di sekolah, namun tanpa kesehatan mental yang baik, seorang guru tidak akan bisa optimal dalam mendidik siswa-siswanya,” ujar Lio, salah satu pembicara di webinar tersebut. Selain itu, Lio juga menekankan pentingnya bagi para guru untuk menjaga keseimbangan emosi dan mental, terutama di lingkungan sekolah yang penuh tekanan.

Menanggapi fenomena ini, banyak pakar pendidikan menyarankan agar sekolah memperkuat pendidikan karakter dan etika bagi para siswa, agar mereka lebih memahami batasan-batasan serta menghargai hubungan profesional dengan guru.

Salah satunya, Albert Aries, pakar hukum pidana dari Universitas Trisakti, mengungkapkan bahwa aparat penegak hukum perlu segera menghindari penggunaan instrumen hukum pidana sebagai sarana pembalasan. Ia menegaskan bahwa proses hukum terhadap pendidik yang mengambil tindakan disiplin terhadap murid harus menggunakan pendekatan keadilan restoratif, yang menekankan penyelesaian masalah di luar pengadilan.

Baca Juga: Iklan Free-to-Play: Umpan Manis Menuju Kecanduan Gacha

Meskipun hak murid untuk melaporkan guru adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan, keseimbangan harus tetap dijaga. Guru memerlukan dukungan dan perlindungan agar mereka tetap termotivasi dalam menjalankan tugas mereka. Saatnya kita semua—baik pemerintah, sekolah, siswa, maupun orang tua—bekerja sama untuk memastikan keseimbangan antara hak siswa dan kesejahteraan guru.

Dengan perhatian yang lebih besar terhadap kesejahteraan guru, kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus ditingkatkan, demi kepentingan murid dan untuk menjaga semangat para pendidik yang menjadi penopang masa depan bangsa.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *