Kehidupan dengan kemajuan zaman yang sangat pesat teknologi digital telah memberikan perubahan yang sangat signifikan dan krusial dalam bentang kehidupan berinvestasi, generasi z memiliki antusiasme yang tinggi dan menjadi salah satu fenomena yang menarik perhatian dalam popularitas investasi salah satunya penggunaan kripto.
Generasi z atau Gen Z, lahir dan tumbuh di tengah pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi, gen Z sendiri lebih condong ke dan gemar terhadap instrumen investasi yang inovatif apabila memberikan potensi keuntungan yang tinggi.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah keterlibatan mereka dalam investasi kripto didorong oleh pemahaman mendalam tentang potensi dan risiko, atau sekadar mengikuti tren fear of missing out (FOMO) di era digital?
Gen Z dikenal memiliki karakteristik yang unik dalam hal pengelolaan keuangan. Mereka cenderung lebih sadar akan pentingnya investasi sejak dini dibandingkan generasi sebelumnya, terutama karena terpaan informasi yang masif melalui internet dan media sosial.
Mereka juga lebih adaptif terhadap teknologi dan mencari solusi keuangan yang praktis dan efisien. Berbeda dengan generasi baby boomer atau generasi X yang mungkin lebih konservatif dalam berinvestasi, Gen Z tidak ragu untuk mencoba instrumen baru yang dianggap menjanjikan, termasuk aset kripto.
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas investasi kripto meroket, terutama di kalangan anak muda. Cerita tentang investor awal yang sukses meraih keuntungan besar dari Bitcoin atau Ethereum terus beredar luas di media sosial. Narasi mengenai potensi revolusi finansial juga mendorong persepsi bahwa kripto adalah jalan pintas menuju kekayaan.
Tidak heran jika Gen Z melihat kripto sebagai peluang emas untuk mendapatkan return signifikan dalam waktu singkat, terlebih dalam situasi ekonomi yang menantang dan tingkat inflasi yang terus meningkat.
Fenomena FOMO menjadi salah satu pendorong utama tingginya minat ini. Mengutip dari laman juruscuan.com, banyak orang nekat membeli Bitcoin, Ripple, atau Ethereum di harga tinggi tanpa memahami seluk-beluk cryptocurrency, hanya karena takut tertinggal mendapatkan profit.
Ini mencerminkan kecenderungan impulsif yang cukup riskan. Kenaikan harga yang drastis beberapa tahun terakhir semakin memperparah gejala FOMO, mendorong banyak orang, termasuk Gen Z, untuk terjun tanpa pertimbangan matang.
Fenomena ini memunculkan dua kemungkinan yang saling terkait. Pertama, sebagian Gen Z terjun ke dunia kripto setelah melakukan riset dan memahami fundamental aset digital tersebut, termasuk teknologi blockchain yang mendasarinya, potensi pertumbuhan jangka panjang, dan tentu saja, risikonya. Mereka melihat kripto sebagai bagian dari diversifikasi portofolio investasi mereka.
Namun, di sisi lain, tidak sedikit Gen Z yang tergiur untuk berinvestasi kripto semata-mata karena hype dan tekanan sosial di media sosial. Mereka mungkin melihat teman-teman atau influencer memamerkan keuntungan dari perdagangan kripto dan merasa takut ketinggalan tren FOMO. Keputusan investasi dalam kasus ini lebih didasarkan pada emosi dan spekulasi jangka pendek daripada analisis yang matang.
Data dari Kompas.id mengungkapkan bahwa meski memiliki risiko tinggi, aset kripto tetap diminati oleh kalangan muda. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat nilai transaksi kripto pada September 2024 mencapai Rp 33,67 triliun.
Walaupun terjadi penurunan dibanding Agustus 2024 sebesar Rp 48,92 triliun, total transaksi selama Januari-September 2024 tercatat melonjak menjadi Rp 426,69 triliun, naik dari periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah pelanggan aset kripto juga meningkat drastis, mencapai 21,27 juta orang. Jenis aset yang paling banyak diperdagangkan meliputi Tether (USDT), Ethereum (ETH), Bitcoin (BTC), Pepe (PEPE), dan Solana (SOL).
Kemudahan akses melalui berbagai platform perdagangan kripto digital juga menjadi faktor pendorong. Dengan beberapa klik di smartphone, siapa pun dapat membeli dan menjual berbagai jenis kripto. Kemudahan ini, sayangnya, juga dapat mengurangi kehati-hatian dalam berinvestasi, terutama bagi mereka yang belum memiliki pemahaman yang kuat tentang pasar keuangan.
1. Daya Tarik Kripto: Lebih dari Sekadar Angka Keuntungan
Ketertarikan Gen Z terhadap kripto tidak hanya didorong oleh potensi keuntungan finansial semata. Ada faktor-faktor lain yang turut berperan. Pertama, narasi disrupsi dan inovasi teknologi yang melekat pada kripto dan blockchain sangat menarik bagi generasi yang tumbuh dengan internet dan teknologi digital. Mereka melihat kripto sebagai bagian dari masa depan keuangan yang lebih terdesentralisasi dan transparan.
Kedua, komunitas online yang kuat di sekitar berbagai proyek kripto menciptakan rasa memiliki dan partisipasi. Diskusi di media sosial, forum daring, dan grup-grup investasi menjadi sumber informasi dan dukungan bagi para investor pemula.
Ketiga, aksesibilitas modal yang relatif rendah untuk memulai investasi kripto dibandingkan dengan instrumen tradisional seperti properti atau saham tertentu, menjadikannya pilihan yang menarik bagi Gen Z dengan modal terbatas. Namun, daya tarik ini perlu diimbangi dengan pemahaman yang mendalam tentang risiko yang menyertainya.
2. Peran Media Sosial dan Influencer dalam Membentuk Persepsi
Media sosial dan influencer memainkan peran yang signifikan dalam membentuk persepsi dan keputusan investasi di kalangan Gen Z. Informasi tentang kripto, baik yang positif maupun negatif, menyebar dengan cepat melalui platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok.
Kisah sukses instan yang dibagikan oleh influencer dapat memicu FOMO dan mendorong investasi impulsif tanpa riset yang memadai. Sebaliknya, peringatan dan analisis kritis dari sumber yang terpercaya seringkali kurang mendapatkan perhatian yang sama.
Algoritma media sosial juga dapat memperkuat echo chamber, di mana pengguna hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan keyakinan awal mereka. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memverifikasi informasi dari berbagai sumber sebelum membuat keputusan investasi.
3. Literasi Keuangan Kripto: Kesenjangan Antara Minat dan Pemahaman
Meskipun minat Gen Z terhadap investasi kripto tinggi, seringkali terdapat kesenjangan yang signifikan antara minat tersebut dan tingkat literasi keuangan kripto yang memadai. Banyak yang tertarik pada potensi keuntungan tanpa benar-benar memahami mekanisme pasar kripto yang volatil, risiko keamanan siber yang mengintai aset digital, atau perbedaan mendasar antara berbagai jenis kripto.
Kurangnya pemahaman ini dapat berakibat fatal, terutama ketika pasar mengalami koreksi tajam. Edukasi yang berkelanjutan dan mudah diakses mengenai dasar-dasar teknologi blockchain, analisis fundamental dan teknikal dalam kripto, serta manajemen risiko menjadi krusial. Inisiatif dari platform perdagangan, komunitas investor, dan lembaga keuangan untuk meningkatkan literasi keuangan kripto di kalangan Gen Z perlu terus didorong.
Agar investasi kripto di kalangan Gen Z dapat memberikan manfaat jangka panjang dan terhindar dari risiko kerugian besar akibat spekulasi semata, berbagai pihak perlu berperan aktif. Platform perdagangan kripto perlu meningkatkan transparansi dan menyediakan informasi edukatif yang mudah dipahami.
Regulator perlu terus mengembangkan kerangka kerja yang melindungi investor tanpa menghambat inovasi. Dan yang terpenting, Gen Z itu sendiri perlu proaktif dalam meningkatkan literasi keuangan dan berinvestasi berdasarkan pemahaman yang baik, bukan sekadar mengikuti arus digital.
Investasi kripto di kalangan Gen Z adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh kombinasi antara potensi keuntungan riil dan hype digital. Meskipun teknologi menawarkan peluang investasi yang menarik, penting bagi generasi ini untuk membedakan antara peluang yang terukur dan jebakan FOMO. Dengan meningkatkan literasi keuangan dan berinvestasi secara bijak, Gen Z dapat memanfaatkan potensi kripto sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang mereka.