Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perubahan cepat dan tantangan yang semakin kompleks, sistem pendidikan di seluruh dunia menghadapi tuntutan untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Indonesia dan Mesir, dua negara dengan warisan sejarah dan budaya yang kaya, telah meluncurkan berbagai reformasi pendidikan guna memenuhi kebutuhan zaman.
Artikel ini membahas perbandingan antara program Merdeka Belajar di Indonesia dan reformasi pendidikan di Mesir, dengan menyoroti pendekatan, pelaksanaan, tantangan, dan peluang dari kebijakan pendidikan masing-masing.
Program Merdeka Belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia merupakan upaya untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan menyenangkan. Konsep ini menitikberatkan pada kebebasan dan otonomi dalam lingkungan belajar, baik bagi siswa maupun sekolah.
Dengan pendekatan yang menekankan pada pengembangan potensi individu secara maksimal, Merdeka Belajar bertujuan untuk mengubah paradigma pendidikan yang selama ini terlalu kaku dan seragam.
Salah satu aspek yang menonjol dalam Merdeka Belajar adalah keberadaan Kurikulum Merdeka, yang memberikan fleksibilitas kepada sekolah untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan lokal dan siswa. Kebijakan ini diikuti dengan penggantian Ujian Nasional menjadi Asesmen Nasional, yang dirancang untuk memberikan gambaran lebih komprehensif tentang kemampuan siswa, mulai dari literasi, numerasi, hingga karakter.
Selain itu, program Guru Penggerak menjadi bagian penting dalam kebijakan ini dengan menciptakan pemimpin pendidikan yang mampu menginspirasi perubahan di lingkungan sekolah. Penggunaan teknologi pendidikan, seperti platform Merdeka Mengajar, juga diperkenalkan untuk mendukung pembelajaran yang lebih personal dan adaptif.
Namun, implementasi Merdeka Belajar menghadapi tantangan yang tidak kecil. Masalah pemerataan akses pendidikan masih menjadi kendala utama, terutama di wilayah-wilayah terpencil yang sering kali kekurangan infrastruktur dan tenaga pengajar berkualitas. Selain itu, kemampuan teknologi digital yang belum merata di berbagai daerah juga menjadi penghalang dalam penerapan kebijakan ini secara optimal.
Di sisi lain, Mesir juga telah melakukan reformasi signifikan dalam sistem pendidikannya untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja global dan menyesuaikan diri dengan tuntutan abad ke-21. Dengan latar belakang sebagai pusat pendidikan dunia Arab, Mesir fokus pada modernisasi sistem pendidikan sambil tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional.
Reformasi di Mesir menitikberatkan pada revisi kurikulum yang memasukkan keterampilan abad ke-21, terutama dalam mata pelajaran STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika), serta meningkatkan partisipasi pendidikan melalui pembangunan sekolah dan universitas baru.
Baca Juga: Aspek Ekonomi dalam Ketahanan Pangan: Tantangan dan Solusi
Penggunaan teknologi menjadi komponen penting dalam reformasi pendidikan Mesir. Digitalisasi materi pembelajaran dan pengembangan platform e-learning diharapkan dapat memperluas akses pendidikan ke berbagai lapisan masyarakat. Program pengembangan guru juga mendapat perhatian, dengan pelatihan intensif yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengajaran dan penggunaan metode pembelajaran modern.
Namun, implementasi reformasi ini tidak lepas dari kendala. Resistensi budaya terhadap perubahan, terutama dalam mengintegrasikan pendekatan modern dengan nilai-nilai tradisional, sering kali menjadi hambatan utama. Selain itu, kesenjangan kualitas pendidikan antara institusi negeri dan swasta masih menjadi persoalan besar yang memerlukan perhatian serius.
Ketika membandingkan kedua inisiatif tersebut, terdapat perbedaan signifikan dalam pendekatan filosofisnya. Merdeka Belajar di Indonesia lebih menekankan pada kebebasan dan pemberdayaan siswa, guru, serta sekolah, dengan fokus pada pembentukan karakter, kreativitas, dan soft skills. Di sisi lain, reformasi pendidikan Mesir berorientasi pada modernisasi dan standardisasi sistem untuk meningkatkan daya saing global, dengan perhatian besar pada penguatan keterampilan teknis dan mata pelajaran STEM.
Baca Juga: Kebiasaan Gen Z Menormalisasikan Terlambat: Budaya yang Perlu Direfleksikan
Dalam hal penggunaan teknologi, kedua negara memiliki pandangan yang serupa, yakni melihat teknologi sebagai alat penting dalam reformasi pendidikan. Namun, pendekatan mereka berbeda. Indonesia menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran yang lebih fleksibel dan personal, sementara Mesir memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk memperluas akses dan meningkatkan efisiensi sistem pendidikan.
Tantangan yang dihadapi oleh kedua negara juga memiliki kesamaan, terutama dalam hal pemerataan kualitas pendidikan. Di Indonesia, tantangan geografis yang luas dan beragam menjadi kendala utama dalam memastikan implementasi kebijakan yang konsisten di seluruh wilayah. Sementara itu, Mesir harus berhadapan dengan resistensi budaya serta kesenjangan besar antara pendidikan di sektor negeri dan swasta.
Meski demikian, baik Merdeka Belajar maupun reformasi pendidikan Mesir menawarkan pembelajaran yang dapat saling melengkapi. Indonesia, misalnya, dapat mengambil inspirasi dari fokus Mesir pada penguatan mata pelajaran STEM, sementara Mesir dapat belajar dari fleksibilitas Indonesia dalam pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan lokal.
Baca Juga: Petani Miskin, Rakyat Kelaparan: Siapa yang Bersalah?
Keberhasilan jangka panjang dari kedua inisiatif ini akan sangat bergantung pada kemampuan masing-masing negara dalam mengatasi tantangan yang ada. Evaluasi berkelanjutan, adaptasi terhadap kebutuhan zaman, dan kolaborasi internasional menjadi elemen penting untuk mempercepat kemajuan reformasi pendidikan di kedua negara. Kerja sama bilateral antara Indonesia dan Mesir, misalnya, dapat menjadi langkah strategis dalam berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam pendidikan.
Kesimpulannya, baik Merdeka Belajar di Indonesia maupun reformasi pendidikan di Mesir mencerminkan komitmen yang kuat dari kedua negara untuk menciptakan sistem pendidikan yang mampu menjawab tantangan global. Dengan keberanian untuk berubah dan kemampuan untuk terus belajar, kedua negara memiliki peluang besar untuk menghasilkan generasi muda yang kompeten, kreatif, dan siap bersaing di era global.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.