Ki Marogan: Ulama Besar Palembang dan Warisannya

Dokumentasi bersama. (doc. Penulis)
Dokumentasi bersama. (doc. Penulis)

Palembang, salah satu kota tertua di Indonesia, dikenal sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 sekaligus pusat penyebaran Islam di Sumatra Selatan. Kota ini memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Islam, dan banyak ulama besar yang lahir dan membawa pengaruh agama hingga ke pelosok Nusantara. Salah satu tokoh penting adalah Asy Syeikh Kiai Mgs. H. Abdul, yang dikenal sebagai Ki Marogan.

Lahir pada abad ke-18 di Palembang, Ki Marogan adalah ulama besar yang berdakwah bukan hanya di Palembang, tapi juga ke berbagai daerah dan luar negeri. Warisannya, termasuk masjid dan mushola yang dibangunnya, serta konsep wakaf yang diterapkannya, terus menginspirasi banyak generasi.

Bacaan Lainnya

Kehidupan masa kecilnya penuh tantangan. Pada usia delapan tahun, ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, namun sang ayah meninggal dalam perjalanan pulang, menjadikannya yatim. Kisah masa kecilnya, seperti peristiwa hilangnya di Sungai Musi dan ditemukan beberapa tahun kemudian di Mekkah, menunjukkan awal perjalanan spiritual Ki Marogan. Sepulangnya dari Mekkah, ia mendirikan sebuah bangsal dan mendedikasikan hidupnya untuk berdakwah.

Baca Juga: Peran Suami Istri Sebagai Mitra Setara dalam Rumah Tangga di Tengah Isu Gender

Falsafah hidupnya, “Di mana ada air, di situ ada kehidupan,” menjadi inspirasi bagi banyak orang. Peristiwa lain yang diingat adalah ketika Belanda mengujinya dengan kisah ikan dalam kelapa, yang menunjukkan kebijaksanaan dan kekuatan spiritualnya.

Ki Marogan mendirikan mushola di berbagai tempat yang ia kunjungi, dan peninggalan terbesarnya adalah Masjid Ki Marogan di tepi Sungai Musi, dibangun pada tahun 1891 dengan 16 tiang kayu tanpa paku, simbol perjuangannya dalam menyebarkan Islam dan mengajarkan wakaf.

Sebagai ulama yang berkomitmen pada wakaf, ia mewakafkan sebagian besar hartanya untuk masjid dan fasilitas keagamaan. Ia tegas melarang anak-anaknya menjual harta yang diwakafkan, agar sepenuhnya bermanfaat bagi umat dan mendapat ridha Allah.

Baca Juga: Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia: Mengoptimalkan Potensi Ekonomi dan Strategi Geopolitik

Ki Marogan wafat pada 17 Rajab 1901 dalam usia sekitar 109 tahun. Meski telah tiada, ajaran dan pengaruhnya tetap hidup di hati masyarakat Palembang. Wafatnya diperingati tiap tahun dalam acara “Khall,” penghormatan terhadap jasa-jasanya.

Dengan peninggalan masjid, mushola, dan ajaran tentang wakaf, Ki Marogan menjadi inspirasi generasi ke generasi dalam menjaga semangat keislaman dan memanfaatkan harta untuk umat. Hingga kini, Kota Palembang mengenang sosoknya sebagai ulama besar yang berperan penting dalam perkembangan Islam di Sumatra Selatan.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *